"Lo kenapa?!" tanya Dewi melihat melihat ekspresi wajah Mala.
Mala hanya diam ia bingung harus jujur atau tidak pada sahabatnya.
"Hey!" sentak Dewi menjentikkan jarinya didepan wajah Mala, membuat Mala kembali tersadar.
"Apa?" tanya Mala terkejut.
"Lo kenapa!!" nada bicara Dewi kesal karena ia harus mengulang pertanyaannya.
"Ga, gapapa" kata yang selalu diucapkan Mala terus memendam kesedihannya.
"Serius gapapa??"
"Iyaa Dewi gue gapapa" ucapnya meyakinkan Dewi.
Sementara Raka yang sudah sampai di kantor, langsung menyuruh Roy untuk membuatkan kopi serta membawakan sarapan.
"Ini pak kopi dan sarapannya" Roy meletakkan di meja sofa.
Perut Raka yang sudah lapar langsung memakan habis makanan itu hingga tak tersisa.
Raka terus memikirkan Mala yang tidak membangunkannya ditambah sikap Mala yang berubah tidak seperti biasanya.
"Apa gue harus mengajaknya liburan atau hanya sekedar jalan-jalan??" Raka berdialog dengan hatinya.
"Cewek emang rumit! kalo ada yang salah tinggal bilang. Kenapa harus main teka-teki begini sih!!" gumamnya kesal.
..........
Bel pertanda waktu pulang yang sangat dirindukan oleh para siswa telah berbunyi. Wajah penuh lelah setelah seharian duduk di bangku kelas dan mengerjakan deretan tugas, merasakan kebahagiaan saat mendengarnya.
Tak sampai tiga puluh detik setelah guru pengampu mata pelajaran terakhir melangkah keluar kelas, semua siswa berhamburan meninggalkan kelas berjalan keluar sekolah.
Sosok gadis jelita dan sahabat baiknya baru saja keluar kelas menuju gerbang sekolah. Mala tidak menyadari keberadaan Raka yang sejak tadi memandanginya dari kejauhan.
Menyadari kalau Mala hendak menghentikan taxi yang lewat, Raka memutuskan untuk memanggilnya.
"Mala" teriaknya dari luar mobil di seberang jalan.
"La itu suami lo! Tumben-tumbenan dia jemput lo?" tanya Dewi yang sebenarnya menggoda Mala.
"Malaa" sapa Raka melambaikan tangan menyapa dengan senyuman memberi kode untuk mendekat.
Mendapatkan sapaan dari Raka membuat mood Mala memburuk lantaran ia justru ingin menghindarinya, khawatir kalau seluruh sekolah mengetahui status pernikahan mereka.
Mala menuruti kode dari Raka dan menemuinya.
"Iya?" tanya Mala dengan wajah datar.
"Pulang bareng gue!" ajak Raka.
"Kenapa dia tiba-tiba mau jemput gue?" Batin Mala.
"Ayoo" ucap Raka melihat Mala palah melamun.
"Iya" Mala memasuki mobil dan mobil pun melaju untuk pulang.
........................
Bersama selama beberapa minggu dengan status menikah dalam usia belia tentu menjadi hal yang sangat tidak disangka sama sekali oleh Raka dan Mala meski dalam mimpi sekalipun.
Selama beberapa minggu itu pun mereka tidak pernah menghabiskan waktu secara khusus hanya berdua seperti sekarang. Rasa canggung dirasakan oleh keduanya. Raka mengajak mala untuk jalan-jalan dengan motornya setelah pulang untuk berganti pakaian.
Mala nyaris sulit bernapas tatkala tanpa sadar ia harus memeluk punggung Raka yang iseng memainkan rem motornya dalam perjalanan mereka.
"Pegangan yang bener biar ga jatuh" ucap Raka yang kemudian mempersempit jarak diantara mereka.
Mala semakin dibuat salting ketika tiba-tiba Raka bersikap manis menuntun tanggannya di tempat keramaian dan menghapus sisa ice cream coklat yang menempel di bibir Mala.
Sebenarnya di dalam hatinya Raka juga merasa heran mengapa saat berdua seperti ini bersama Mala jauh lebih membahagiakan ketimbang saat pacaran dengan Manda. Rasanya ada ribuan kumbang beterbangan mengisi imajinasinya.
"Nonton yuk!" ajak Raka ketika melewati bioskop.
"Ga" tolak Mala singkat.
"Gue belum pernah ke bioskop" mohon Raka agar Mala menuruti keinginannya.
"Bohong! Terus selama ini apa kabar dengan Manda? Lo pasti sering modusin dia kan kalau gelap-gelapan di bioskop?!" sembur Mala seolah tersengat rasa cemburu.
"Tau darimana dia soal Manda?!" tanyanya dalam hati.
"Lo tanya aja sama orangnya, pergi kemana aja selama gue pacaran sama dia" sahut Raka
"Masa?!!" Mala tidak puas dengan jawaban itu. Sedang Raka hanya mengangguk mengiyakan.
"Ayolahh" ucap Raka lalu menatap dalam Mala.
Tatapan Raka yang sulit dimengerti membuat Mala memilih membuang pandangannya ke arah lain agar tidak terlihat gugup. Jantung Mala tidak bisa kalem seperti habis lari maraton.
"Grogi ya sama gue" ucap Raka mencairkan suasana.
"Ga" elak Mala melanjutkan langkahnya meninggalkan Raka.
Raka berusaha menahan langkah Mala dengan menarik tangannya untuk digandeng memasuki bioskop bersama.
...........
"Lo gapapa kan kalo kita pulang rada malem?" Raka bertanya ketika mereka sudah duduk sesuai nomor tempat duduk dalam bioskop.
"Iya gapapa" Mala hanya melirik Raka.
Katakanlah saja Raka adalah pria yang egois, karena demi keinginannya mengetahui alasan perubahan sikap Mala, ia mengajaknya berjalan-jalan dan merasakan sensasi menonton film di bioskop bersama pasangannya. Ia menimpakan semua tanggung jawabnya di kantor kepada Roy.
"Kalo lo nanti ga nyaman sama filmnya ga usah dipaksain, kita bisa tuker filmnya dengan yang lain" ucap Raka seakan memahami selera gadis yang bersamanya padahal sama sekali ia tidak tau apa-apa.
"Ssttt" Mala menyuruh Raka diam karena lampu dalam ruangan hendak dimatikan.
Film yang mereka tonton bergenre horor sehingga ada sensasi menegangkan dan membuat jantungan.
Dua puluh menit setelahnya Raka mulai merasa bosan dan mulai tidak fokus menonton. Baginya saat bersama Mala jauh lebih seru ketimbang menonton film yang isinya kehaluan.
Wajah cantik Mala dari jarak sedekat ini merupakan sebuah godaan bagi Raka, mendadak nalurinya sebagai lelaki normal mulai bercabang memikirkan bagaimana jika dalam kegelapan seperti di bioskop saat ini, ia mencoba menikmati bibir merah muda itu.
Raka berhayal seraya membuang jauh imajinasi liarnya agar tidak melampaui batas dan menelan ludahnya sendiri ketika bersumpah di awal pernikahan mereka untuk tidak akan pernah menyentuh Mala.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
AMALA [Hiatus]
Teen FictionNigista Amala Pradivtha merupakan gadis cantik jelita dan penuh keceriaan. Tapi kehidupannya harus berubah seratus delapan puluh derajat ketika ia menikah dengan cinta pertamanya. Seorang pria bernama Kalendra Raka Bimantara. Raka, sosok pria yan...