"Awass..!!!" teriak Mala mendorong Raka.
Bukan tanpa sebab Mala mendorong Raka melainkan karena ia melihat batu yang datang kearah Raka dan berusaha untuk menghalaunya.
Mereka jatuh bersamaan dengan posisi tubuh Mala menindih tubuh Raka, tatapan mereka mulai bertemu satu sama lain dengan batu yang jatuh tepat disamping mereka.
Tanpa berucap Raka dengan cepat menyingkirkan tubuh Mala dari atas tubuhnya dan langsung berdiri.
Karena perlakuan Raka yang terlalu cepat menyingkirkan tubuh Mala membuat tangan Mala tergores kasarnya aspal."Bangsatt!! maju sini lo!!" teriak Raka dengan amarah yang meledak-ledak.
"Apa lo! maju sini!!" balas seorang anggota geng Alaska yang melemparnya batu.
Sebenarnya anggota geng Alaska tidak terima atas kekalahan yang mereka dapatkan dan mulai memancing keributan.
Raka dan anggota gengnya pun terpancing dan mulai saling dorong hingga berkelahi. Keributan semakin memanas ketika motor Vano dibakar anggota geng Alaska.Sebenarnya hal yang mudah bagi Vano untuk membeli motor baru, tapi ini bukan tentang uang melainkan motor kesayangan Vano yang hangus terbakar.
Keributan sampai kepuncaknya, penonton mulai berlarian diikuti teriakan-teriakan ketakutan.
Dewi yang panik lupa akan Mala dan meninggalkan tempat balapan bersama Lea dan Gaby, meninggalkan Mala yang masih terduduk diam meringis kesakitan sambil sesekali meniupi luka ditangannya.
Wiiiuuu....Wiiiuuu....
Sirine mobil polisi terdengar, Mala langsung berdiri dan mulai kebingungan mencari Dewi.
Semua orang panik, satu per satu mulai meninggalkan tempat kejadian.Melihat Mala kebingungan melihat-lihat sekitar tiba-tiba Raka menarik tangan Mala dan menyuruh Mala naik ke motor berwarna hitam mengkilap miliknya.
"Naik buruan!!" suruhnya dengan tegas.
"Ra-Raka!!" kaget Mala sambil didorong menaiki motor Raka.
"Lo jangan kepedean! Gue hanya ga mau utang budi sama lo!!" sambil memakaikan jaket ke tubuh Mala yang terlihat menggigil entah kedinginan atau ketakutan.
Mereka pun segera meninggalkan tempat itu. Disepanjang perjalanan pulang tidak terdengar adanya percakapan dari keduanya, yang terdengar hanyalah suara binatang-binatang kecil malam hari.
Sementara itu di markas Black Moon
"Capek gue, untung ga ketangkep kalo ketangkep bisa-bisa gue dihabisi sama bokap" keluh Dito sambil membanting tubuhnya ke sofa.
"Bener banget, ribet juga kalo harus berurusan dengan polisi" sambung Arga mengkibas-kibas jaketnya.
"Motor kesayangan gueee..." rengek Vano memasuki markas.
Tampang dan gayanya memang terlihat garang tapi tidak dengan hatinya yang seperti hello kitty. Entahlah kenapa Vano bisa masuk ke geng itu. Vano si pria playboy yang cengeng dan mudah menangis bila menyangkut hal-hal yang ia sayangi. Tidak bisa dipungkiri bila Vano seperti itu karena ia anak tunggal keluarganya dan merupakan anggota termuda Black Moon dengan sifat yang masih kekanak-kanakan. Yang suka bermain-main dengan hati wanita untuk menutupi sifat aslinya agar tidak ketara. Itulah rahasia Vano.
"Udah beli lagi aja! nanti gue bantu modif biar sama kaya motor lama lo" tenang Adit anggota Black Moon yang tidak satu sekolah dengan mereka.
"I-iya bener kata Adit" ucap Reksa ngos-ngosan.
Vano pun mulai tenang.
Geng motor Black Moon juga memiliki banyak anggota dari luar sekolah Pelita Bangsa, contohnya Adit dan Reksa yang satu sekolah tapi tidak satu sekolah dengan Raka.
..............................
Srttt.....
Motor Raka berhenti tepat didepan gerbang rumah Mala yang tadi sempat ditunjukkan Mala.
Belum sempat mengucapkan terima kasih Raka sudah pergi dengan motornya.
"Jaket lo!!" teriak Mala yang sudah tidak terdengar oleh Raka.
Mala segera masuk kerumah yang ternyata sudah sepi dan langsung pergi kekamarnya.
"Cowo gila" ucap Mala sambil mengobati luka kecil ditangannya.
Saat ini pikiran Mala penuh dengan pertanyaan-pertanyaan ditambah bayang-bayang kejadian menyeramkan tadi, "tapi sudahlah"
Mala kemudian naik keranjang, mematikan lampu kamar tidur, menarik selimut kemudian siap menjelajah mimpi indahnya.
.............................
Matahari mulai menampakkan wujud disertai sinarnya yang melingkupi segala arah. Sinarnya yang mulai masuk menyorot wajah gadis dengan selimut bulunya.
Mala yang tersorot sinar kembali menarik selimut untuk menutupi wajahnya.
Mama Tari yang mengetahui Mala belum turun juga kemudian naik ke lantai atas untuk membangunkan Mala. Sampai didepan pintu kamar Mala, mama Tari langsung membuka pintu tanpa mengetuknya karena ia tau bahwa anak gadisnya masih tertidur lelap.
Mama Tari duduk disamping ranjang Mala lalu menurunkan selimut yang membalut sekujur tubuh Mala.
"Nak bangun yuk, nanti terlambat ke sekolah" sambil mengelus rambut Mala.
Mala mulai menggeliat, ia membuka mata dengan nyawa yang belum sepenuhnya mengumpul.
"Iya" sahut Mala.Mala beranjak dari kasurnya masuk ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
Mamanya kemudian turun untuk menyiapkan sarapannya.
Mala menuruni tangga dengan mengenakan seragam dan menggendong tas sekolahnya, juga membawa sebuah paper bag ditangannya menuju meja ruang makan.
Mala segera memakan sarapan yang telah disiapkan mamanya dan setelah selesai ia pun berangkat ke sekolah.
Di sekolah....
Sesampainya di sekolah Mala berjalan menuju ruang kelasnya disusul Dewi dari belakang dan langsung merangkul Mala.
"Pagii!! cantik" nada bicaranya yang sama seperti Vano.
"Pagi" sahut Mala ketus sedikit kesal karena Dewi meninggalkannya malam itu.
"Lo marah sama gue??" tanya Dewi.
"Dikit" jawab Mala singkat.
"La, maafin gue yaa, gue lupa karena gue panik jadi ga inget lo sama sekali" sambil melepas rangkulnya yang kemudian menyatukan tangannya meminta maaf.
"Iya gue maafin, tapi kenapa lo ga telepon gue!" tanya Mala protes.
"Handphone gue lowbat, tapi setelah itu gue kesana lagi buat jemput lo, tapi lo udah ga ada, pulang sama siapa lo!!" kepo Dewi.
"Raka" singkat Mala.
"Raka??
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
AMALA [Hiatus]
Fiksi RemajaNigista Amala Pradivtha merupakan gadis cantik jelita dan penuh keceriaan. Tapi kehidupannya harus berubah seratus delapan puluh derajat ketika ia menikah dengan cinta pertamanya. Seorang pria bernama Kalendra Raka Bimantara. Raka, sosok pria yan...