Bab 21 : Rumah Nenek

1.4K 128 2
                                    


"Lo jangan lagi-lagi bicara sama pria asing!!" ucap Raka membuat Mala tidak jadi merebahkan tubuhnya.

"Kenapa?!"

"Gapapa intinya jangan aja!" ketus Raka langsung menuju kasur.

Mala tersenyum tipis, kini ia tau alasan Raka yang terlihat kesal adalah karena ia cemburu melihatnya tadi berbicara dengan seorang pria. Semakin nyata harapan Mala untuk mendapatkan hati Raka.

"Mulai sekarang gue izinin lo tidur diranjang!" ucap Raka meletakkan bantal guling ditengah-tengah.

"Dan jangan pernah berharap lebih dari ini!!" tegasnya kembali.

Mala akhirnya bisa merasakan kembali tidur di kasur yang empuknya melebihi sofa. Mala berjalan menuju kasur. Ia sangat bahagia perlahan Raka mulai menerima kehadirannya.

................

Mala menatap lekat wajah Raka tanpa penghalang yang berbaring di sebelahnya dengan cahaya matahari yang menyorotinya.

Wajahnya tampak tenang dan damai. Berbeda saat ia bangun yang terlihat hanya tatapan kejam dan nada ketus yang keluar dari bibir manisnya. Ia benar-benar kagum menatap visual indah di depan matanya, Raka memang benar-benar tampan dilihat dari sisi manapun.

"Kenapa lo liatin gue?!" Raka yang membuka mata bertanya dengan alis terangkat satu. Memandang wajah Mala yang ada di didepannya.

Mala yang terciduk mengamati Raka merasa malu.
"Ga, gapapa"

Ringtone ponsel Raka berbunyi membuat Raka menghentikan selidiknya kepada Mala. Raka mengubah posisinya duduk dan mengangkat telpon.

"Iya" jawab Raka mengangkat telpon.

Seseorang dari seberang telpon kemudian berbicara kepada Raka.

"Iya nanti Raka kesana" jawabnya kemudian menutup telpon.

"Kita disuruh ke rumah nenek" ujar Raka kepada Mala.

Hari ini adalah hari minggu dimana semua orang akan menghabiskan harinya bersama keluarga. Melepaskan semua beban pekerjaan untuk kembali mengisi daya tak terkecuali Raka dan Mala.

Sampai di rumah nenek Raka, Mala hendak membuka pintu mobil tapi di cegah olehnya. Lalu Raka keluar lebih dulu membukakan pintu untuknya, meraih tangannya dan mengandengnya.

Mala langsung paham akting sedang dimulai. Tapi ini sangat canggung untuk keduannya. Mereka bergandengan pertama kali saat menikah dan sekarang adegan itu terulang lagi.

Kali ini Raka merasa kalau Mala tidak buruk sebagai seorang istri, dari segi penampilan sangat bagus. Badannya yang ramping dan tinggi serasi dengan tubuh Raka yang juga tinggi dan tegap.

Ketika memasuki rumah, Raka masih mengandeng Mala menemui neneknya yaitu nenek Rumi di meja makan. Raka meraih tangan menyalami dan menciumnya yang kemudian diikuti oleh Mala. Raka duduk didekat neneknya hal itu juga diikuti Mala.

"Nenek lega melihat kamu mengandeng istrimu dengan bangga dihadapan nenek" pujinya kepada Raka.

Raka melirik Mala dengan manis dan seromantis mungkin. Aktingnya benar-benar luar biasa. Mala hanya mengangguk tersenyum.

Keluarga Raka sangat baik dan dengan senang hati menerima Mala. Terlihat wajah nenek Rumi yang bahagia dapat memenuhi wasiat mendiang suaminya, menyatukan cucu putra tunggalnya dengan cucu dari sahabat baiknya.

Terlihat makanan sudah tertata diatas meja makan, Raka dan Mala yang juga belum sempat sarapan karena nenek Rumi yang menelpon pagi-pagi menyuruh mereka datang, ikut makan bersamanya.

Mala mengambilkan nasi juga lauk dan memastikan apa yang dibutuhkan Raka terpenuhi sebelum mengambil untuk dirinya sendiri.

"Jadi kapan mau ngasih nenek cicit?" pertanyaan itu membuat Raka yang sedang minum tersedak dan Mala melebarkan matanya kaget dengan permintaan sang nenek.

"Ayolah nek jangan bercanda. Istri Raka saja belum lulus sekolah bagaiman bisa memenuhi permintaan nenek. Lagian kami juga belum siap iya kan?" jawab Raka yang kemudian menoleh bertanya kepada Mala.

"Iya nek" jawab Mala dengan senyum bingung.

"Kalau begitu setelah istrimu lulus saja!" nenek Rumi terus memaksa.

"Kalo itu terserah Mala aja nek"

"Gimana Mala mau ya, soalnya keburu nenek tidak bisa melihat cicit nenek dari cucu kesayangan nenek ini" ucap nek Rumi memohon.

"Nenek pasti sehat terus jadi jangan bilang begitu dan Mala yakin nenek pasti bisa melihat cicit nenek kelak" jelas Mala tersenyum sedikit tertekan dengan pinta sang nenek

Bagaiman bisa ia memberikan cicit untuk nenek sementara pernikahan mereka akan berakhir dalam waktu satu tahun dan juga selama ini Raka belum pernah menyentuhnya.

Selesai sarapan Mala dan Raka menemani nenek Rumi duduk di taman rumah, memotong daun yang tidak beraturan dan menyirami bunga kesayangan neneknya. Nek Rumi juga mengajari Mala cara merajut dan memotong tangkai bunga untuk dimasukkan kedalam vas kaca hiasan, diletakkan dalam rumah agar rumah terlihat indah dan segar.

Seharian mereka habiskan bersama nenek Rumi. Membersihkan taman, Bercanda tawa, wejangan-wejangan dalam menghadapi rumah tangga dan melihat foto-foto masa kecil Raka.

Hari minggu yang sangat mengesankan bagi Mala dapat bertemu dengan wanita tua yang mau menerimanya dan menasehatinya untuk sabar dalam menghadapi Raka.

Bersambung...

AMALA  [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang