Bab 18 : Getaran Cinta

1.6K 142 3
                                    


"Rak, Raka...." Mala menggoyang bahu atas Raka berulang-ulang.

Mala sudah menyiapkan makanan untuk disantapnya pagi ini. Mala tidak tau makanan kesukaan Raka tapi tetap saja berusaha memasak, meskipun kemarin makanannya telah dibuang dengan alasan tidak enak.

Bagi Mala yang terpenting saat ini adalah terus berusaha melakukan kewajibannya sebagai seorang istri walaupun ia tak dianggap. Ia hanya berharap dan berusaha agar Raka membuka diri dan dapat menerima hubungan sakral mereka.

"Raka ini udah siang"

"Berisik!! Gue masih ngantuk!" jawabnya membentak Mala, kembali menutup wajahnya dengan selimut.

Mala hanya ingin membangunkan Raka karena waktu sudah menunjukkan jam 06.30. Mala takut jika ia tidak membangunkannya, akan membuat Raka terlambat datang ke kantor.

Mala rela bangun pagi-pagi dan sibuk di dapur menyiapkan makanan untuk Raka. Dirinya terus berusaha memasak membuat makanan yang enak agar tidak seperti kemarin, Raka berangkat ke kantor dengan perut kosong. Tapi bentakan lah yang Mala dapatkan saat membangunkannya.

Perlahan Raka menggeliat karena hari sudah semakin terang. Saat ia melihat ke arah jendela terlihat jelas matahari telah menampakkan diri.

"Jam berapa ini??" gumam Raka meraih ponsel di meja samping tempat tidur.

Saat menyalakan ponsel matanya terbelalak melihat hari sudah jam 7.

"Sial!! Udah jam segini, mana belum mandi" lanjutnya bergegas ke kamar mandi.

Tidak butuh waktu lama Raka keluar dari kamar mandi lalu memakai pakaian kantor yang telah Mala siapkan tanpa memasang dasinya.

"Mana ada meeting hari ini" kesalnya sendiri sambil menyisir rambut dengan cepat dan menyemprotkan parfum ke tubuhnya.

Setelah dirasa rapi ia langsung turun untuk sarapan.

Raka duduk di kursi, menatap makanan di meja dengan tatapan meragukan.

Dibaliknya piring oleh Mala diatas meja mengambilkan nasi dan lauk diletakkannya didepan Raka.

Raka mulai memakan makanannya tanpa ekspresi dan tanpa kata-kata yang keluar dari mulutnya.

"Gimana rasanya??" tanya Mala penasaran pendapat Raka.

"Biasa aja" jawab Raka dengan terus memasukkan makanan kedalam mulutnya.

Jawaban Raka terkesan cuek tetapi Mala tersenyum bahagia melihat usahanya tidak sia-sia, dengan Raka terus memakan makanan yang ada di piringnya tanpa tersisa.

Setelah selesai sarapan Raka berdiri dari kursinya. Mala yang melihat pakaian Raka terlihat polos tanpa dasi segera mengambilkannya ke kamar.

"Pasti dia lupa" gumam Mala yang menaiki tangga.

Sebelum Raka melangkahkan kakinya menuju mobil, Mala memanggilnya dari belakang.

"Raka"

Raka berbalik ketika Mala memanggilnya. Tanpa basa basi Mala mengalungkan dasi ke leher dan mengikatkannya.

Raka menatap wajah Mala yang sedang fokus mengikat dasi. Dilihatnya bulu mata lentik yang cantik berkedip-kedip, hidung yang mancung dan kulit putih bersih sedikit kemerahan dipipinya. Ia kagum melihat betapa indahnya makhluk ciptaan Tuhan yang ada di depannya.

Tanpa terasa dadanya bergemuruh, jantungnya berdetak tidak stabil dan mulai merasa sedikit gerah ditubuhnya. "Apa ini" batinnya di dalam hati.

Selesai memakaikan dasi, Mala meraih tangan kanan Raka dan menciumnya.

"Hati-hati" ucap Mala tersenyum kepada Raka.

Raka melamun menatap wajah Mala. Ia hanya diam bertanya-tanya ada apa dengan hatinya. Apakah ia mulai merasakan cinta?

Suara gerbang terbuka membuyarkan lamunannya mengalihkan pandangan dari wajah Mala. Raka yang kembali tersadar langsung berjalan menuju mobilnya.

Mala melambai-lambaikan tangannya melihat mobil Raka berjalan keluar gerbang. Pak Udin, satpam rumah mereka kembali menutup pintu gerbang.

......................

Setelah selesai meeting, Raka dikejutkan dengan kehadiran Brayn yang tengah duduk bersama seorang pria di sofa ruangan pribadinya.

"Pa" sapa Raka masuk menyalami tangan mertuanya.

Pria yang duduk disamping Brayn langsung berdiri mendengar kedatangan Raka, tersenyum menyapanya.

Raka yang melihatnya hanya menatap dingin membalas tersenyum tipis.

"Kenalin, asisten baru kamu. Anton meminta bantuan papa untuk mencarikan asisten untuk kamu" ucap Brayn menepuk pundak Raka.

"Selamat siang pak, perkenalkan saya Roy" ia memperkenalkan dirinya dengan formal menjabat tangan Raka.

"Saya Raka. Selamat bergabung di perusahaan Bimantara" sambutnya dengan wajah yang berubah ramah.

"Terima kasih pak"

Dengan adanya asisten pekerjaan Raka akan berkurang dibandingkan sebelumnya. Dirinya sekarang bisa sedikit santai dan bisa pulang ke rumah lebih awal tanpa harus pusing lembur di kantor menyelesaikan semua pekerjaannya sendiri.

Malam harinya, Mala di kamar sedang fokus membaca buku setelah menyiapkan makan malam untuk Raka. Ia tidak melupakan kewajibannya yang masih berstatus sebagai pelajar untuk terus belajar.

Tok...Tok...

Suara ketukan pintu membuat Mala menghentikan kegiatan belajarnya.

"Apakah Raka? Tapi mengapa ia tidak langsung masuk seperti biasanya. Kenapa ia harus mengetuk pintu sebelum masuk ke kamarnya sendiri??"

Mala yang bingung dan heran menutup bukunya lalu akan membukakan pintu. Saat pintu dibuka tiba-tiba Raka terjatuh ke dalam pelukan Mala.

"Raka!!"

Bersambung...

AMALA  [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang