Bab 38 : Tender

1.2K 113 7
                                    

"Maaf pak hari ini ada meeting" ucap Roy.

"Jam berapa?" tanya Raka.

"9 pak"

Raka meminta Roy memesan makanan. Tidak mungkin ia akan pergi meeting tanpa sarapan. Raka kemudian memakai jas yang pastinya disiapkan sendiri karena tidak ada Mala disampingnya saat ini. Ia melangkah ke kursinya, membuka dokumen-dokunen perusahaan.

Lima belas menit berlalu, Roy datang dengan pelayan yang membawa troli berisi makanan. Pelayan hotel menaruh makanannya di meja depan Raka. Raka yang selesai memeriksa, menutup kembali dokumennya dan mulai sarapan. Roy pamit undur diri memilih untuk tidak menganggu bosnya yang sedang menikmati makanan menyusul kepergian sang pelayan.

..........

Mala memfokuskan seluruh pikirannya pada soal yang berada dihadapannya. Tidak tampak sedikit pun ekspresi kesulitan mengerjakan pada wajah Mala. Ia tampak tenang. Berbeda dengan teman-temannya yang menampilkan beragam ekspresi pada wajah mereka.

Vano tampak gusar mengingat-ingat jawaban yang hilang begitu saja dari pikirannya. Sedangkan Dewi sangat gelisah karena sebentar lagi jam ujian berakhir, sementara masih banyak soal yang belum ia kerjakan.

Kringg...

20 menit kemudian bel berbunyi. Selesai tidak selesai kertas jawaban sudah harus dikumpulkan. Dewi tampak begitu girang karena berhasil menyelesaikan soal, meski dirinya tidak yakin dengan hasilnya nanti. Mala juga tampak puas dengan hasil jawabannya sendiri. Hasilnya biar urusan belakangan setidaknya mereka telah berusaha.

..........

"Freut mich Sie kennenzulernen" [senang bertemu dengan anda]. ucap Raka menyapa.

"Freut mich Sie kennenzulernen" [senang bertemu dengan anda juga]. Abe menjabat tangan Raka.

Kini mereka duduk membahas kerjasama yang sebelumnya telah mereka diskusikan. Raka dengan telaten menjelaskan rencananya yang kemungkinan akan membuat kerjasama mereka berhasil.

"Es tut mir leid, dass ich zu spät komme" [saya minta maaf karena datang terlambat]. ucap seorang wanita membuka pintu ruangan.

Raka dan Abe yang sedang serius sama-sama menoleh ketika pintu terbuka.

"Es ist okay, wir fangen gerade erst an" [tidak apa, kami juga baru mulai]. jawab Abe berdiri disusul Raka yang ikut berdiri.

Raka tidak tahu siapa wanita itu, ia hanya mengira itu adalah tamu Abe.

"Bitte komm herein" [silahkan masuk]. sambung Abe.

Wanita itu berjalan masuk menjabat tangan Abe sambil tersenyum.

"Stellen Sie ihn vor, der sich uns anschließen wird" [perkenalkan dia, yang akan ikut bergabung dengan kita]. ucap Abe memperkenalkan.

Raka menjabat tangan wanita itu. "Stellt mir Raka von der Firma Bimantara vor" [perkenalkan saya Raka, dari perusahaan Bimantara]. ucapnya memperkenalkan diri.

"Amanda Mahendra, von der Firma Skyline" [Amanda Mahendra, dari perusahaan skyline]. jawabnya sambil melepas kaca mata hitam yang berhasil membuat Raka sama sekali tidak mengenalinya.

Raka yang terkejut segera melepaskan tangannya, menatap heran Amanda yang tiba-tiba ada disana.

"kennt ihr euch??" [apakah kalian saling mengenal]. tanya Abe mengetahui mereka sama-sama dari Indonesia.

"ja, sogar mehr als sich zu kennen" [ya, bahkan lebih dari mengenal satu sama lain]. jawab Amanda tersenyum penuh arti.

Raka ingin membantah tapi ia tidak ingin menimbulkan keributan. Mereka kembali duduk membahas kerjasama mereka.

Beberapa jam kemudian.

"Schön, mit euch beiden zusammenzuarbeiten!" [senang bekerjasama dengan kalian berdua]. ucap Abe yang puas akan presentasi keduanya lalu bergantian menyalami keduanya. Dilanjutkan dengan menandatangani kontrak kerja.

Raka sebenarnya ingin membatalkan kerjasama itu karena Amanda yang ikut bergabung. Tapi ia tidak bisa karena Abe adalah klien utama perusahaannya. Bisa-bisa kepalanya nanti ditebas ayahnya jika gagal mendapatkan tender itu.

"Raka tunggu!" ucap Amanda meraih tangan Raka yang akan istirahat makan.

"Apa?!"

"Seneng bisa kerjasama bereng kayak gini"

"Tapi gue ga!!" Raka menampakkan sikap dinginnya.

"Gue janji, gue ga akan ganggu hidup lo lagi. Ini hanya sebatas kerjasama!" ucap Amanda meyakinkan Raka.

Melihat dari wajah Amanda yang meyakinkan, Raka akan melupakan masa lalu dan mulai mempercayainya. Ia akan bersikap profesional, memisahkan antara urusan pekerjaan dengan urusan pribadinya.

Pukul 5 sore, meeting baru saja selesai. Raka melangkah masuk ke kamarnya. Merogoh ponsel dari dalam saku, mengscroll-scroll akun media sosialnya.

Saking asiknya menatap ponsel, Raka terjingkat saat Roy menepuk bahunnya pelan.

"Masih ada rapat malam ini pak"

"Jam berapa?"

"7 malam pak"

Raka mengangguk dan kembali meletakkan ponselnya. Menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. Ia mulai terlelap ketika kamarnya begitu sunyi dan tenang. Raka mengistirahatkan tubuhnya sebentar, rencananya setelah rapat berakhir dirinya akan langsung pulang karena ia sudah berhasil mendapatkan tender.

...................

Mala sudah di kamarnya saat malam hari tiba. Ia terduduk di meja belajar, membaca buku pelajaran yang sudah hampir 10 lembar dibaca. Kegiatan itu merupakan salah satu usahanya untuk mendapat hasil maksimal pada ujian sekolahnya.

Tingg...

Bunyi notifikasi masuk. Mala terlanjur girang duluan berpikir Raka yang menghubunginya.

Saat membuka notifikasi pesan, ternyata bukan dari Raka melainkan nomor asing yang mengirim huruf P. Apa-apaan ini, apa dia berpikir Mala remaja labil yang suka dikirim tulisan P?.

Ada lebih dari sepuluh P saat Mala melihatnya. Ia abaikan nomor itu, tidak langsung diblokir karena takut orang yang dikenalnya. Kalaupun benar-benar penting pasti nomor itu akan menghubunginya kembali nanti.

Daripada menanggapi orang asing yang mengirim chat tidak penting. Mala memilih pergi ke dapur membuat minuman coklat hangat untuk dirinya sendiri. Coklat hangat adalah minuman kesukaannya sekaligus minuman terampuh untuk mengembalikan moodnya.


Bersambung...

AMALA  [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang