Seharian sudah Mala mendiamkan Raka. Saat ia menuruni anak tangga dengan membawa teko kaca ditangannya untuk mengisi air, di bawah ia sempat berpapasan dengan Raka yang baru saja pulang dari kantor. Bukannya menyapa atau menyambutnya seperti biasa, Mala palah terus melanjutkan langkahnya menuju dapur.
"Masih marah pasti nih anak" batin Raka kesal menatap Mala yang terus berjalan tanpa menyapanya, lalu pergi ke kamar.
Selesai mandi dan berganti pakaian, Raka keluar dari kamar mandi melihat Mala tengah duduk di sofa membaca novel. Dia mendekat dan duduk disamping Mala berniat meminta maaf, awalnya Raka merasa gengsi tapi ia memilih mengalah dari pada terus didiamkan dirumahnya sendiri. Karena sebenarnya Raka amat sangat tak suka didiamkan.
"Tumben lo jadi pendiem?" tanya Raka basa basi yang hanya mendapat lirikan sekilas dari Mala.
Tanpa menjawab Mala langsung berdiri mengganti tempat untuk membaca. Ia memilih duduk di sofa single depan jendela besar kamarnya. Lagi-lagi Raka mengikutinya. Kembali Mala menghindar, ia terus memfokuskan matanya pada novel yang sedang dibaca.
Hingga langkahnya tercegat oleh Raka yang menghadangnya.
"Apa lagi?!" tanya Mala kepada Raka yang berdiri di hadapannya.
Raka menatap Mala intens, melangkahkan kakinya mendekati Mala. Mala beringsak mundur. Jantungnya berdegup kencang, aliran darah seolah berhenti mengalir di urat-urat nadinya hingga wajahnya kini nyaris pucat, napasnya terengah seolah paru-parunya tak lagi menghirup oksigen.
Raka semakin maju. Wanita cantik bermanik coklat itu kini terjebak di antara dinding dan tubuh kekar Raka.
Raka tersenyum menyeringai. Tanggannya menyibak rambut hitam Mala, menyelipkan rambut panjang itu ke belakang telinga.
"Gue ga suka didiemin!" bisik Raka, lantas mencium telinga Mala lembut.
Buku novel seketika jatuh dari tangan Mala.Raka menekankan bibirnya di leher Mala yang membuatnya melenguh. Raka sebenarnya hanya berniat mengertaknya saja, namun apalah daya wangi tubuh Mala yang harum seperti bunga magnolia menggugah hasrat yang terpendam selama ini. Bagaimanapun juga ia pria normal kan? Meskipun Mala belum siap tak disangka bahwa sentuhan itu, nyatanya begitu membuainya.
Raka beralih menatap bibir Mala. Dengan agresif ia lantas mencium bibir Mala yang merekah seolah menunggu ciuman. Mala menolak dengan berusaha mendorong dada bidang Raka sambil terus menggelengkan kepalanya. Namun nihil, Raka begitu brutal menciumnya, memainkan bibir Mala dengan Rakus seolah tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan.
Mala hanya pasrah menutup matanya ketika 'disentuh lebih' oleh Raka, mengingat pernikahannya yang digantung seperti ini tanpa pernyataan cinta. Tak terasa air mata lolos begitu saja.
Raka yang merasakan tetesan air di pipinya, sontak membuka mata menghentikan aksinya. Memandang wajah wanita yang menutup mata di hiasi air mata.
"Maaf" ucap Raka menyesali perbuatannya yang gegabah. Mala membuka matanya perlahan menatap mata Raka yang benar-benar tulus mengucapkannya. Tanpa berucap lagi, Raka memilih pergi.
...............
"Sial!!" teriak Raka memukuli tembok.
"Lo kenapa?!!" tanya Arga baru saja membuka pintu markas menghentikannya. Raka tak menjawabnya, ia membanting tubuhnya kasar di atas sofa.
"Malam ini temani gue tidur di sini!" titah Raka dingin yang diangguki Arga. Arga tidak ingin banyak tanya takut mood saudara jauhnya ini tambah mengamuk.
"Kalo gitu gue panggil yang lain" Arga mengirim pesan kepada semua anggota Black Moon.
Lima belas menit kemudian. Dito, Vano dan Reksa sampai di markas dengan membawa pizza dan ayam goreng.
"Asik makan-makan kita" ucap Adit girang yang telah sampai di markas duluan.
Dito meletakkan makanan it di atas meja, yang langsung akan di comot Adit. Saat akan memgambil ayam, tangan Adit ditepis oleh Arga.
"Biar Raka duluan!" ucap Arga lalu menyodorkan kotak yang berisi beberapa potong ayam goreng. Raka tidak menolaknya karena sejujurnya ia memang sangat lapar.
Mala sedang menunggu kepulangan Raka di balkon kamarnya. Sudah jam 11 malam, lelaki itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Dia yang khawatir mulai menelepon pria yang sudah hampir satu tahun menjadi suaminya. Namun seperti Mala duga, pria itu tidak menjawab telepon darinya.
Mala juga menelepon sekertaris Raka, tetapi sekertarisnya bilang setelah Raka pulang ke rumah, ia tidak pernah kembali ke kantor.
Mala berpikir kembali siapa lagi yang akan ia hubungi untuk mengetahui keberadaan Raka.
Vano. Nama yang tiba-tiba terlintas di pikiran Mala mengingat Vano adalah teman dekat Raka. Mala meninggalkan pesan kepada Vano karena saat di telepon ia tak kunjung menjawabnya.
Keluar dari kamar mandi Vano mengambil ponselnya, dilihatnya sederet panggilan tak terjawab dan pesan dari Mala.
"Tumben-tumbenan dia chat duluan" tanya Vano heran karena biasanya ia yang duluan mengirim pesan kepada Mala.
"Lo tau Raka ada dimana?" salah satu isi chat yang menarik perhatiannya. Bisa-bisanya seorang istri tidak mengetahui keberadaan suaminya.
Vano menduga mereka berdua tengah bertengkar. Ia ingin bertanya tapi ia mengurungkan niatnya, karena menurutnya ini bukan urusan yang berhak ia campuri. Sungguh pikiran Vano saat ini telah dewasa.
Vano mengambil beberapa foto Raka yang tertidur pulas di atas sofa dengan posisi tangan yang menopang dagunya dan mengirimkannya kepada Mala.
Mala terkekeh, melihat seorang ketua geng motor tidur dengan begitu gemasnya. Ia akhirnya bisa tidur tenang setelah mengetahui Raka yang baik-baik saja.
Bersambung...
Makasih yang udah vote sampai detik ini🙌 bagi yang belum vote jangan lupa vote ya...
Sekedar mengingatkan kalau tdk suka sama ceritanya kalian boleh skip aja cerita ini. Toh ini juga bukan cerita yang bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMALA [Hiatus]
Teen FictionNigista Amala Pradivtha merupakan gadis cantik jelita dan penuh keceriaan. Tapi kehidupannya harus berubah seratus delapan puluh derajat ketika ia menikah dengan cinta pertamanya. Seorang pria bernama Kalendra Raka Bimantara. Raka, sosok pria yan...