Bab 48 : Perhatian

1.8K 170 74
                                    


"Malaa...!" teriak Raka khawatir.

Terlihat Mala yang tengah membersihkan pecahan gelas kaca di lantai dapur.

"Sini biar aku aja" ucap Raka mengambil serpihan gelas di tangan Mala.

"Ga usah!" jawab Mala yang terus memunguti pecahan gelas.

"Kamu istirahat aja!"

"Awsss.." rintih Mala saat tak sengaja serpihan gelas mengores jari telunjuknya.

"Kan kamu si bandel!" omel Raka meraih jari Mala dan membersihkan darah Mala dengan mulutnya.

Tatapan mata Mala berhenti. Menatap lelaki yang berbeda seratus delapan puluh derajat dengan lelaki yang saat pertama kali menikah dengannya. Terdesir di hatinya merasakan ketulusan dan kehangatan yang selama ini ia impikan dari sosok laki-laki dihadapannya.

"Tuhan apakah ini sebuah mimpi?" batin Mala yang tidak percaya.

"Apakah sakit?!"

Suara Raka membuyarkan lamunan Mala yang bertanya-bertanya siapakah sosok yang ada dihadapannya saat ini. Apakah Raka, cinta pertama yang bahkan tidak mencintainya? Ataukah lelaki mirip Raka yang berusaha mencintainya?

Mala segera menarik tanggannya mendengar suara Raka.

"Biar bibi yang bersihin, kamu istirahat aja yuk ke kamar" rayu Raka yang tidak mendapat respon dari Mala dan langsung pergi ke kamarnya.

Raka menatap kepergian Mala yang hanya diam tanpa sepatah kata. Ia akan berusaha sabar untuk mendapatkan kembali hati wanitanya.

..................

"Huft.." suara tarikan napas Mala yang terdengar dengan jelas.

"Lo ga boleh percaya! Dia masih sama, Raka yang kasar, Raka yang pemarah dan Raka yang tidak akan pernah mencintai Mala!!" ucap Mala sambil memegangi jantungnya yang berdegup dengan kencang.

Siapa bilang ia tidak terbawa suasana. Mala yang masih mencintai Raka tentu saja baper dengan perlakuannya. Ia memilih pergi dari pada harus merasakan detak jantung yang tak karuan bila berlama-lama di dapur.

Tok...tok...tok

"Mala!" Panggil Raka pelan.

"Kenapa!!" suara ketus Mala dari dalam kamarnya.

"Ini aku bawain makanan buat kamu, kamu buka ya pintunya!"

"Ga! gue bisa ambil sendiri nanti!!"

"Ayolah La, makan biar kamu cepet sembuh"

"GA, YA GA!!" teriak Mala.

Selang beberapa menit Raka kembali mengetuk pintu.

Tok...

Tok...

Tok...

"Ishhhh..." sebal Mala yang membuka pintu kamar karena Raka yang terus mengetuki pintunya.

Raka menyodorkan nampan berisi makanan dengan segelas jus mangga diatasnya melihat pintu terbuka.

"Bawel amat si lo!!" ucap Mala mengambil kasar nampan dari tangan Raka dan kembali menutup pintu kamarnya.

Belum sempat tertutup rapat, Raka terlebih dulu menahan pintunya.

"Apa kesalahan ku udah ga bisa dimaafin ya La?" tanya Raka tidak bersemangat.

Tatapan sinis Mala berubah menjadi tatapan sendu mendengar pertanyaan spontan Raka. Jujur ia masih mencintai Raka, tapi untuk sebuah luka yang telah tertanam dalam dihatinya mungkin butuh waktu untuk ia memaafkan dan kembali mempercayakan hatinya untuk mencintai Raka.

"Jawab La. Apa bener kita udah ga bisa memperbaiki semuanya?"

Pertanyaan kedua terlontar dari mulut Raka yang berhasil membuat rasa nyeri dihatinya.

"Gue butuh waktu!" balas Mala singkat.

"Aku akan kasih waktu semau dan sebanyak yang kamu minta, tapi kamu harus janji bahwa kamu akan memaafkanku dan terus ada disampingku"

"Gue ga bisa janji!" jawab Mala sembari benar-benar menutup pintu kamarnya.

"Beri aku kesempatan lagi La, aku janji akan memperbaiki semuanya" lirih Raka yang masih terdengar oleh Mala dari balik pintu.

"Maafin aku Rak" jawab Mala didalam hati.

.................

"Awsss.."

Mala terbangun ditengah malam karena merasakan sakit dibekas lukanya.

"Kenapa sakit gini ya!" keluh Mala memegangi dadanya.

Mala mencari obat di laci nakas samping tempat tidurnya. Setelah menemukan obat, ia berniat akan meminumnya. Tapi melihat gelas air yang kosong membuatnya harus beranjak dari tempat tidur dan mengambil minum dibawah.

Mala menuruni satu persatu anak tangga di rumah mewahnya.

Atensinya terhenti melihat cahaya yang masih menyala di tengah rumah yang telah gelap gulita. Cahaya lampu itu berasal dari ruang kerja Raka yang pintunya sedikit terbuka.

Mala membuka pintunya sedikit lebih lebar dan melihat Raka yang tertidur di kursi kerjanya sambil memeluk sebuah bingkai foto.

Ia mendekati Raka dan mengambil bingkai itu untuk ditaruhnya kembali di atas meja. Saat membalik bingkai foto itu ia merasa sedih karena foto yang dipeluk Raka adalah foto pernikahan mereka.

Sekesepian itukah Raka hingga harus memeluk foto pernikahan mereka?

Mala menaruh bingkai itu kembali ke tempatnya. Tangannya terulur membelai rambut Raka. Terlihat kesedihan dan kelelahan tertampil pada wajah tampan Raka.

"Maafin aku ya!" ucap Mala.

Raka yang merasakan sentuhan mulai melengkuh dan tiba-tiba membuka matanya.

"Sial!" batin Mala langsung menjauhkan tangannya dan bergegas berbalik akan pergi karena rasa malu.

Raka segera menarik tangan Mala hingga Mala terjatuh di pangkuannya.

"Lo apa-apaan sih, lepasin ga?!" ucap Mala berusaha melepaskan diri dari gengaman kuat Raka.

Raka menatap dalam mata Mala tanpa berucap.

"Aku cinta kamu"

Bersambung...


Vote terus dan komen yang baik-baik🤗
Cerita menuju chapter bahagia!

Nb: ga rame cerita kayaknya bener-bener berhenti

AMALA  [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang