Bab 42 : Pengorbanan

2.3K 176 22
                                    

Terlihat dua orang berbadan besar dengan mengenakan jaket kulit berwarna hitam, memasukkan Mala yang telah pingsan ke dalam mobil.

"Malaa!!" teriak Raka melihat Mala dari kejauhan.

Raka melajukan motornya secepat yang ia bisa, berusaha mengimbangi mobil yang membawa Mala.

"Lepasin Mala!!" Raka yang sudah berhasil sampai di samping mobil, mengedor-gedor kaca mobilnya.

Mobil terus melaju tanpa memperdulikan motor Raka yang terus memepetnya.

Naasnya Raka bersenggolan keras dengan mobil yang lebih besar dari motornya, membuat motornya hilang keseimbangan dan dirinya terjatuh di tengah jalan.

"Sial!!" umpat Raka memukul motornya. Untuk bangkit saja rasanya tidak bisa. Selain karena luka dikaki, ia juga merasakan luka dihati melihat mobil telah jauh dari pandangannya membawa wanita yang 'dirasa mulai dicintainya'.

............

Sepasang mata yang terpejam mengerjap perlahan, hingga akhirnya terbuka. Tubuh Mala mematung menatap sekeliling ruangan yang begitu asing. Ruangan yang terlihat begitu besar dengan barang-barang berserakan, membuat Mala ketakutan.

"Gue ada dimana?!" batin Mala.

Bulir keringat dingin mulai membasahi kening gadis itu. Rasa sakit Mala rasakan saat menggerakkan kakinya.

Kedua matanya terbelalak menatap tali setebal 10mm yang melingkar sempurna di pergelangannya. Tali yang terikat pada kaki kursi kayu serta tali yang mengikat kedua tangan dibelakang tubuhnya.

Mala berusaha untuk melepaskan tali dipergelangan tangannya, tapi tidak bisa. Sebuah bayangan akan kejadian sebelum ia kehilangan kesadaran melintas dibenaknya.

Mala ingat jelas, saat itu ia tengah berjalan ditrotoar berniat akan pulang ke rumah orang tuanya. Namun, tiba-tiba sebuah tangan membekap mulutnya hingga ia kehilangan kesadaran.

"G-gue diculik?!!" bibir Mala bergetar kala mengatakannya.

Dibenaknya terlintas berjuta pertanyaan. Kenapa ia diculik? Siapa yang menculiknya? Dan dengan alasan apa orang itu menculik Mala?

Apa mungkin penculik itu ingin menjualnya?

Mala bergidik ngeri membayangkannya. Dia berharap bukan kemungkinan yang itu.

Suara pintu terbuka terdengar masuk ke dalam indera pendengaran Mala, membuat wanita itu sontak menoleh ke pintu.

"Anda siapa?" lirih Mala melihat seseorang yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Sedetik kemudian sosok tersebut membuat Mala takut saat menampilkan tatapan tak suka. Tatapan penuh dendam melihat Mala.

"Hallo cantik, saya pikir kamu masih terlelap karena pengaruh obat bius!" ucap tajam pria itu memasang wajah tanpa ekspresi.

Mala menelan kasar ludahnya mendengar ucapan itu. Mendadak peringatan bahaya seolah berbunyi di kepala Mala, seakan memberitahu untuk menjauh saat pria itu perlahan melangkah semakin dekat.

Pria itu menghentikan langkahnya tepat didepan Mala yang duduk di kursi dengan kaki dan tangan yang terikat. Seringai kecil muncul dibibir pria itu melihat Mala gemetar, lalu berjongkok menyejajarkan tingginya dengan Mala. Kemudian menarik kasar rambut gadis yang sekarang  terpojok.

"Arghhh!!" Mala berteriak merasakan sakit saat rambutnya di tarik kasar oleh pria itu. Tanpa perasaan pria itu terus memperkuat tarikan pada rambut Mala tak peduli teriakan kesakitan gadis itu.

"Kenalin gue Jevon!" ucapnya menyapa lalu menghempaskan kepala Mala hingga terbentur kerasnya dinding.

Belum selesai dengan rasa sakit dikepalanya. Mala kembali tersentak saat Jevon mencengkram kuat kedua pipinya dengan satu tangan.

"Sudah puas hidup bahagia bersama orang yang telah menghancurkan keluarga saya!!" desis Jevon tajam.

Kemarahan terlihat jelas di wajah pria itu, tapi dia seperti menahan diri agar tidak langsung melenyapkan wanita dihadapannya.

Menghancurkan keluarganya?

Mala tak tahu arah pembicaraan Jevon. Bahkan dirinya tidak tahu siapa yang dimaksud, hingga membuat pria itu memperlakukannya seperti ini.

"Sa-sakit. To-tolong le-lepaskan!" lirih Mala bersusah payah mengutarakan apa yang ia rasakan.

Sungguh sangat menyakitkan. Kepala Mala berdenyut, rahangnya terasa akan hancur jika semakin ditekan oleh pria itu.

"Sakit?!" tanya Jevon menyepelekan.

Air mata Mala mulai jatuh membasahi pipi tanpa bisa ia hentikan.

"INI BAHKAN BELUM SEBERAPA DIBANDINGKAN HAL YANG TELAH SUAMI KAMU LAKUKAN!!" teriak Jevon murka lalu kembali menghempaskan wajah Mala.

Deg...

Kini Mala tahu maksud semua perbuatannya. Pria itu ingin membalas dendam pada Raka dengan menggunakan Mala sebagai umpan pancingannya. Tapi sepertinya dia akan kecewa karena Raka mungkin tidak peduli dengan Mala.

Brakk..

Suara pintu yang ditendang membuat Jevon sekilas meliriknya.

"Anjing!! Lepasin dia!!" teriak Raka dari ambang pintu dengan emosi yang meledak-ledak. Raka yang sempat menempelkan alat pelacak motornya pada mobil sebelum dirinya terjatuh akhirnya kini sampai di tempat dimana Mala disekap.

Jevon menoleh, memperlihatkan senyum jahatnya.

"Jevon?!" kejut Raka.

"Hai!! Raka!!"

Jevon berlari ke arah Raka dengan penuh amarah, langsung memukulnya.

Bughh..

Raka yang masih terkejut, tidak siap dengan serangan yang Jevon berikan. Membuat sudut bibirnya sedikit mengeluarkan darah.

Raka membalas pukulan Jevon. Keduanya saling mencegkram kerah jaket lalu melayangkan pukulan.

Mala terus menangis melihat perkelahian yang sangat mengerikan.

"Hentikan!!" teriak Mala tanpa ada yang mendengarkan.

Melihat Raka yang berkelahi dengan Jevon begitu buasnya, Mala kembali berusaha untuk melepaskan ikatan tali.

Setelah beberapa menit Jevon terkapar di lantai nyaris tak berdaya ketika Raka melepaskan pukulan keras mengenai perutnya.

Karena sebuah kasus pengelapan dana perusahaan Bimantara, Raka menjebloskan ayah Jevon kedalam penjara. Sementara ibunya terkena serangan jantung hingga nyawanya tidak terselamatkan.

"Lo gapapa?" tanya Raka khawatir. Lalu melepaskan seluruh ikatan tali. Raka langsung memeluk Mala.

Jevon yang masih tersadar, kembali berdiri mengeluarkan pistol dari dalam jaket. Mengarahkannya ke punggung Raka yang membelakanginya. Perlahan menarik pelatuk.

Dorr..

Jevon tergeletak satelah menarik pelatuknya.

Sebuah peluru keluar dari dalam senapan menembus dada Mala yang berdiri mengantikan tempat Raka.

Sebenarnya terbuat dari apa hati Mala, begitu banyak rasa sakit yang telah diterima tapi tetap saja ia mempedulikan Raka.

Seketika tubuh Mala terhuyung ke belakang dan ditangkap oleh Raka.

Mala yang terbaring dipaha Raka dengan darah yang mengalir, napasnya yang mulai sulit dihembuskan mengangkat tangan meletakkannya dipipi Raka.

Raka memegang tangan Mala yang ada dipipinya. Tanpa sadar lelaki garang itu mulai menumpahkan air mata, menatap mata Mala yang bisa tertutup kapan saja.

"A-ak-ku c-cin-ta k-ka-mu" kata terakhir yang berhasil Mala ucapkan sebelum kehilangan kesadaran.

"Ga, ga, lo harus bangun!" ucap Raka semakin deras mengelurkan air mata.

"Malaaaaa!!" teriak Raka saat tidak merasakan detak jantung Mala.



Bersambung...

AMALA  [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang