Bab 40 : Bertahan atau Melepaskan

1.6K 153 15
                                    

"Hallo, Raka. Kamu belum tidur?"

"Kak Amanda??" tanya Mala basa basi.

Hening, sepertinya Manda kaget yang mengangkat Mala. Raka sebelumnya tidak pernah menaruh ponsel sembarangan. Jika saja ponsel Raka tidak ketinggalan, mungkin Mala tidak pernah tahu Manda masih suka menelepon Raka.

"Hallo?!" Raka memberi nama kontak itu dengan biasa tidak ada yang aneh hanya Amanda Mahendra.

"Ya, aku Amanda. Ini Mala ya? Rakanya kemana?"

Perempuan tak tahu malu, sudah tahu istrinya yang mengangkat telepon. Dia dengan polosnya menanyakan Raka berada di mana.

Rasanya Mala ingin menarik sampai putus bibir Manda saat mendengar suara halus dan memanjanya pada Raka di sambungan telepon ini.

"Hallo, Mala. Memang Raka lagi kemana ya?" tanya Manda kembali karena Mala tidak kunjung memberi jawaban.

"AKU GA PERLU BILANG SAMA KAMU RAKA ADA DIMANA! KAMU HARUSNYA TAHU DIRI UNTUK TIDAK MENANYAKAN SUAMI ORANG MALAM-MALAM BEGINI!!" jawab Mala yang sudah terlalu emosi.

"Aku minta maaf. Aku ga berniat ganggu kalian. Aku hanya ingin tanya-tanya soal pekerjaan padanya"

"Kalo bisa tanya siang hari, kenapa harus malam hari begini!!" tegas Mala mengingat waktu sudah malam tapi Manda masih saja beralasan menanyakan pekerjaan.

"Biasanya aku telepon malam gapapa!" Manda seolah sedang pamer bahwa dirinya sering teleponan dengan Raka. Entah itu benar atau tidak, itulah yang Mala dengar.

"Jangan lagi telepon ke sini jika kamu punya OTAK!!"

Sebelum Manda menjawab, Mala sudah duluan mematikan sambungan. Kemudian ia mencari kontak Manda berniat untuk memblokirnya. Belum sempat Mala melihat sampai akhir, tangan Raka menyambar handphone miliknya dari tangan Mala.

"Lo ngapain pegang-pegang hape gue!"

"Tadi Amanda telepon"

"Terus lo angkat?!"

"Iya"

"Sejak kapan lo lancang angkat telepon gue! Bukannya udah gue bilang jangan pernah mengusik privasi gue sekalipun kita udah sah jadi suami istri! Ga punya etika!!"

"Oh, terus menurut lo beretika ketika seorang wanita telepon malam-malam begini pada pria beristri? Lo masih waras? Otak lo masih jalan?!" kali ini Mala tidak tinggal diam, ia seperti bukan Mala yang penyabar.

Raka menatap dengan tatapan murka.

"Berani-beraninya lo ngebentak dan berkata kasar pada gue!!" tunjuk Raka pada Mala.

Mala mendengkus, ingin melawan tapi takut dengan tubuh Raka yang lebih besar darinya.

"Gue ga punya ruang buat bela diri di rumah ini! Gue satu-satunya orang yang selalu salah!" Mala menarik napasnya dalam. "BAIKLAH GUE NYERAH!!"

Raka terdiam sejenak mendengar ucapan Mala. Berjalan keluar memilih mengakhiri perdebatan daripada nantinya ia melukai Mala karena emosi yang tidak terkontrol.

Ada rasa bersalah dihatinya setelah berbicara keras kepada Mala. Karena banyaknya pekerjaan membuat pikirannya kalut dan melampiaskan amarahnya pada wanita yang tak tahu apa-apa.

Hujan turun membasahi bumi, seolah mewakili perasaan hampa Mala yang berdiri di tepi balkon kamar, tanpa menghiraukan dinginnya udara malam hari disertai percikan air hujan yang sedikit mengenai pakaiannya.

Sudah beberapa menit gadis itu berdiri di sana sambil menatap datar langit tanpa bintang dengan pikiran berkecamuk. Masalah datang bertubi-tubi tanpa memberi sedikit jeda untuk Mala sekedar mengambil napas menyiapkan hatinya. Masalah foto saja belum selesai, kini sudah muncul masalah baru dimana Mala harus beradu mulut dengan Raka karena telepon dari Manda.

Mala seperti mencoba bertahan diatas puing-puing cintanya yang telah rapuh. Ia masih termenung. Berdiskusi dengan hati antara bertahan atau melepaskan.

Mala tersedu-sedu dengan isak tangis yang terdengar perih. Kedua tangannya meremas kuat pakaian yang membalut tubuhnya. Ia mencoba bertahan tapi sepertinya kenyataan ini terlalu sakit untuk terus ia lanjutkan.

..........

Keadaan jalan yang licin dan berkabut, membuat jarak pandang Raka semakin sedikit. Sebuah lampu mobil truk yang tiba-tiba menyorot dari arah berlawanan membuat pandangannya kabur.

Saat ia akan menabrak mobil lain dipertigaan jalan yang kelok, motornya dibelokkan ke arah berlawanan yang membuat mobil itu menabrak sebuah pohon besar karena pengemudinya tidak siapa dengan motor Raka yang langsung berbelok.

Raka turun dari motor dan menghampiri mobil dengan asap yang muncul dari kap mobilnya. Ia melihat dari bagian kaca, ternyata seorang wanita pingsan yang ada didalam mobilnya.

Saat pintu mobil ia buka. Raka mendekati wanita itu dan menyingkirkan rambut panjang yang menutupi wajah korban.

"Manda!!" ucap Raka terkejut mengetahui sang pengemudi adalah Manda.

Tanpa berlama-lama Raka langsung menelepon ambulance, karena jalanan yang sepi ditambah keadaan sedang hujan membuat tidak banyak orang berlalu lalang.

..........

Hujan yang semakin deras menguyur bumi, membuat Mala mau tidak mau harus segera masuk ke dalam kamarnya. Piama yang ia kenakan sudah basah dibagian depan terkena cipratan air dan rasanya pasti tidak nyaman untuk ia gunakan tidur.

Setelah mengunci rapat pintu penghubung kamar dengan balkon, Mala bergerak mengambil pakaian lain di lemari dan akan mengganti pakaiannya yang basah di kamar mandi.

Karena mungkin efek air hujan dan angin malam yang dingin, Mala menjadi flu. Untuk mencegah dirinya terserang penyakit, ia memutuskan untuk membuat teh yang akan membantu tubuhnya hangat kembali.

Jam baru menunjukkan pukul 10 malam, tapi suasana rumahnya sudah seperti tengah malam yang menyisakan sepi. Lampu semua ruangan sudah dipadamkan.

Seperti niat awalnya turun ke lantai bawah untuk membuat teh hangat, gadis itupun berlalu ke dapur. Lampu utama di ruangan itu sudah dipadamkan, menyisakan lampu-lampu kecil sebagai satu-satunya penerangan.

Antara dapur dan ruang makan hanya dibatasi oleh meja counter. Mala menarik salah satu kursi dan mendudukinya. Meja counter itu persis seperti meja-meja yang ada di bar, tapi tentu saja tidak ada minuman beralkohol yang tersusun di meja itu seperti di bar.

Setelah menelan beberapa teguk teh, Mala mulai mengkhawatirkan Raka yang belum juga pulang. Hati dan pikirannya seperti tidak sinkron. Pikirannya berusaha untuk tidak peduli tapi hatinya memaksa terus peduli. Keadaan itu yang saat ini Mala rasakan.

Bersambung...


Yang baca tapi ga vote kira-kira kenapa ya??

AMALA  [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang