Chapter 4 "Siapa Sea?"

6 1 0
                                    

Sea merasa tak tenang. Hatinya berdegup kencang.

Sekarang untuk dua alasan, yang pertama karena pekerjaan baru itu dan yang kedua karena Romeo begitu dekat dengannya. Kakinya sampai bersentuhan.

Sea menahan emosi yang meluap-luap di kepala.

"Bi-bisa nggak agak jauhan dikit? Gue susah gerak nih!"

Pintanya meringis baik-baik.
Romeo berkedip polos. Dia makan mie yang teracuhkan sejak tadi.

"Hmm? Nggak bisa."

"Apa?!"

Sea melotot menganga.

"Tinggal geser doang apanya yang nggak bisa? Sana-sana, jangan nempel gue ah! Jijik!"

Akhirnya tak bisa membendung emosi itu lagi. Suaranya melengking tinggi. Bahkan mendorong Romeo tapi Romeo tidak berpindah sedikit pun.

"Gue nggak mau geser, ah!" ujar Romeo iseng.

Dia lanjut makan mie lagi.

"Argh, bego! Romeo bego! Gue berasa mau dibunuh cewek-cewek tau gara-gara lo terlalu deket sama gue tau! Sadar dikit napa!"

Menggoyang-goyangkan pundak Romeo sampai Romeo tak bisa makan dengan tenang. Wajahnya merah padam menahan kesal.

Tentu saja Romeo ikut kesal, jadi dia berdecak.

"Apa sih pegang-pegang?" candanya.

Suara itu berat.

"Aaaa, Romeo berisik!"

"Senior, Sea, senior! Sopan dikit dong!"

Romeo begitu santainya menikmati mie lagi.

Sea masih berusaha mendorongnya.

"Bodoh amat!"

Makian tiada henti.

'Sialan ini! Senior nggak tau malu ya cuma dia doang! Gue masih mau pulang hidup-hidup sore ini, bego!' pekik hatinya.

"Nah, lautan manisku! Makan sini, aaaa..."

Tiba-tiba Romeo menyuapinya mie yang sudah digulung di garpu membuat pergerakan Sea diam melongo menatap mie itu.

"Apa itu? Cacing?"

Wajah datar tanpa senyum tanpa minat.

Senyum manis Romeo hilang mati kutu seketika.

"Hehh? Cacing?"

"Hmm, cacing kremi! Kayak lo!"

Berkacak pinggang sok.

Romeo syok.

"Apa? Kegantengan gue ternistakan? Jahatnya sea!"

Wajah Romeo sok sedih berkaca-kaca.
Geram sudah sampai pelipis Sea berdenyut ketat.

"Hentikan, senior. Lo mirip anak anjing," ujarnya tega tanpa ekspresi.

Romeo menyeka matanya sambil berpaling.

"Sea ... kata-kata itu kejam sekali!"

Nada dramanya mulai lagi. Sea memutar bola mata malas. Tiba-tiba tangan Romeo membentuk pelangi percaya diri.

"Hiii!!!"

Sea mendelik kaget meringis.

"Nggak masalah kalau keluar dari mulutmu, Sea. Sebagai senior yang tampan rupawan nan baik hati, gue terima!"

Berubah menatap Sea penuh binar tentram.

"A-apa?!"

Romeo menatapnya dengan tatapan bodoh yang menggoda. Sial, pipi sea bersemu.

The Story of SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang