Chapter 34 "Masa Depan"

1 0 0
                                    

Hentikan semua obrolan yang menyesakkan tetapi membuahkan cahaya di ruang tamu itu. Mereka memilih untuk tidak terlibat, tetapi akan berada di sisi Sea sebagai temannya apapun keadaannya.

Itu keputusan final yang bisa Sea terima. Dia tidak akan bisa hidup dengan menggunakan uang temannya untuk membantu melunasi hutang-hutang itu. Sea jamin itu.

"Baiklah, apa kalian mau ikut gue besok?"

Senyum Sea semakin cerah. Soal tadi sudah dia lupakan.

"Mau! Sangat-sangat mau! Tapi ke mana? Besok kan libur." Sean semangat.

"Tutup mulut lo! Cuma gue yang berhak mengawasi setiap pergerakan Sea." Romeo menepis udara.

"Jadi kita mau ke mana?"

Berbalik tersenyum kepada Sea.

Sea meringis saja sedangkan Sean berdecak.

"Ke lokasi projek. Melihat seluruh bangunannya direnovasi. Gue udah atur janji sama Rafael dan Olivia, mereka setuju mau ngasih tour gratis tentang renovasi lapangannya!"

Sea sangat antusias. Matanya gemilang.

"Apa? Untuk apa?"

Romeo terkejut.

"Zion juga ada di sana besok." Sea menjentikkan jari.

Seketika Romeo mendelik. Dia sangat tahu jika Romeo tidak akan berkutik jika sudah menyangkut nama Zion. Dia sangat menghormatinya.

"Zion?"

Romeo mengulangi nama itu.

"Hmm, benar sekali! Romeo, bukankah lebih baik kalau kita saling mengenal lebih dalam? Pikirkan saja, kalau kita tahu seluk beluk lapangan lebih baik daripada hanya melihat skemanya saja, siapa tau kita bisa mengatur keuangan lagi. Pikirkan itu, Senior!"

Bujuk rayunya penuh hasutan. Sontak mata tajam bak pangeran Romeo terbuka lebar.

"Mengatur keuangan ... lagi?"

"Benar!" Sea mengangguk kuat.

Romeo nampak berpikir dua kali dalam posisi melongo.

Sean menggeleng berkali-kali pasrah.

"Dia memang gila kerja," ucapnya pelan.

Sea terkikik dan sepertinya Romeo setuju.

"Kalau Sean?"

Berganti melirik sang model.

"Jangan tanya soal diriku, Nona manis! Tentu saja aku akan ikut kemanapun kau pergi."

Dia mendrama mengedipkan sebelah matanya.

Sea bergidik setelah itu tertawa kaku.

"Baiklah, kalau begitu besok pagi kita bertemu di sana!"

Serunya mengepalkan tangan di udara.

"Oh, jangan lupakan game yang telah kau janjikan."

Sean tersenyum penuh penantian membuat semangat Sea menurun.

'Gue bakal ada di posisi di antara tiga laki-laki lagi kalau jadi main game,' hatinya pasrah.

Keesokan harinya mereka benar-benar tiba di sana.

Rafael dan Olivia tercengang melihat Sean, Romeo, dan Sea berdiri pagi-pagi di depan pintu gudang yang bahkan belum dibuka.

Mulut Rafael benar-benar terbuka.

"Pa-pagi yang hebat! Pagi yang hebat macam apa ini? Apa aku tidak salah lihat?"

Rafael mengucek matanya berkali-kali.

The Story of SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang