Chapter 58 "Ilusi Romeo"

0 0 0
                                    

Sejak hari itu Sea tak lagi bertemu dengan Olivia. Di cafe, Rafael bekerja sendiri. Dia bahkan tidak bisa menghubungi Olivia untuk waktu tertentu. Rafael pikir Olivia sibuk akan sesuatu, tapi tidak biasanya gadis itu begini. Dia akan selalu berterus terang padanya.

Ada apa dengan Olivia sebenarnya?

"Lo lihat kan? Dia sedih," bisik Sea pada Shindy dan Romeo.

Kebetulan mereka tidak mau makan di cafetaria hari ini karena padat. Jadi mereka mengunjungi cafe.

Terlihat Rafael sedang menunjukkan raut ekspresi yang sangat mendung seperti siang ini. Matahari bersembunyi di balik awan.

Entah ini kebetulan atau takdir.

Sea, Shindy, dan Romeo merasa khawatir karenanya. Padahal Rafael sedang bekerja meracik kopi dan sesekali membersihkan gelas yang basah.

"Haish, kalau begini caranya gimana mereka bisa bersatu?" bisik Shindy.

Benar saja, Sea sudah
menceritakannya pada Shindy. Temannya itu sangat cerewet minta dikasih tau.

Karena keceplosan, Sea juga memberitahukannya pada Romeo. Keceplosan itu tidak sengaja kan. Jadi tidak apa-apa.

"Benar kan? Kasihan Rafael. Dia jadi sedih. Ini sudah dua hari Olivia pergi tanpa kabar yang jelas."

Sea melamun tanpa memakan rotinya selai stroberinya.

Shindy makan saja sambil mengamati Rafael.

"Hmm, benar-benar!"

Mengangguk saja terus makan.

Romeo dengan santai meneguk kopi hitamnya.

"Hahh, masalah hati memang lebih sulit daripada anggaran dana."

Sontak Sea mencebikkan bibir.

"Ck, tolong jangan samakan persoalan cinta sama pekerjaan ya pak. Dasar nggak peka!"

"Heh? Aku mana tau begituan?" bantah Romeo.

"Iya makanya senior nggak peka," timpal Shindy.

"Kalian kompromi ya? Lagian apa masalahnya? Urusan mereka..."

Romeo menggantung ucapannya dan beralih memandang Rafael.

"Biarkan mereka yang memutuskan akhirnya," sambung Romeo.

Sea dan Shindy kompak menatap Rafael dan mereka mengangguk.

Kemudian, hujan turun dengan begitu lebatnya menyambar semua pakaian dan alat kantor mereka yang ada di luar ruangan.

"Sea cepat masuk!"

Romeo kualahan menahan pintu masuk yang seharusnya terbuka otomatis menjadi sulit dibuka karena rusak.

Petugas yang akan memperbaikinya masih di jalan terjebak macet dan hujan.

Shindy sudah lari duluan tadi karena ketakutan. Di langit sangat mendung meskipun tidak membuat gemuruh petir.

"Iya senior!"

Sea buru-buru masuk sambil memegangi kepalanya berteduh dari hujan.

"Aargh!"

Akhirnya pintu tertutup. Tangan Romeo sedikit pegal karenanya.

Sea sontak menarik tangan itu dan memeriksa. Romeo kaget tak bergerak.

"Astaga! Sakit ya? Haduh yang mana yang sakit? Duh maaf ya harusnya nggak usah ditahan tadi biar gue buka sendiri. Sorry ya Romeo."

Sedikit memijat kecil pergelangan tangan dan jari-jari Romeo.

The Story of SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang