Chapter 53 "Ulat Bulu"

0 0 0
                                    

Sea membiarkan tiga orang yang menjadi tamu tak diundang itu berkeliaran bebas di sekitar rumahnya setelah menjamu dengan minuman dn makanan ringan.

Tentu saja tiga orang payah itu tak sungkan-sungkan menjelajah dunia asing yang tak pernah mereka pijaki itu. Setiap sudut setiap tempat mereka telusuri.
Bahkan Sean sudah sampai di tengah sawah sambil selfie dari tadi.

Sedangkan Sea?

Dia sibuk bertelepon ria dengan Shindy.
Tentunya minta maaf setelah melewati begitu banyak panggilan dari Shindy.

Apa boleh buat? Ternyata nomor Sea sudah tidak aktif. Dia terpaksa beli kartu baru dan nomor rekan-rekannya menghilang tanpa jejak.

"Wa-waaahhh haha. Ini nih ... yang namanya kuasa senior dingin tak tersentuh level atas. Selalu berkuasa di mana-mana. Bahkan di desa juga. Haha, hahaha," tawa Shindy garing di telepon.

"Yaaaa, pokoknya gitu deh."

Sea bingung jadi mengendikkan bahu.

Tadi menceritakan sedikit bagaimana Zion mengatasi reaksi ibu-ibu desa yang menghambat mereka dalam misi menemukan rumah Sea.

Zion sempat menceritakannya juga tadi.

"Terus lo kapan baliknya?"

Batin Sea bingung.

"Eee, nggak tau juga gue. Paling kalau mendekati masa cuti gue habis lah. Lagian sekalian kan melepas kangen di kampung halaman hehe."

Cengirnya sambil menggaruk pelipis.

Dari sana Shindy berdecak.

"Eeemmm begitu. Ck nggak seru dong nggak ada lo. Terus ntar siapa yang bantuin ngerjain kerjaan gue? Kan gue males banget nih. Mana pas lo nggak ada gue mendadak jadi pengganti lo lagi buat dampingin Romeo. Aduuuhhh rasanya udah kayak mau rontok jiwa raga gue tau nggak! Huaaa pengen nangis aja gue!"

Rengek Shindy di sana.

Sea justru ketawa. Sambil bolak-balik jalan di ruang tamu pula.

"Hahaha, ya sorry lah sorry. Ntar kalo udah balik gue ajak healing deh."

"Hah serius?! Beneran?! Lo nggak bercanda kan?!"

Mood Shindy langsung berubah seratus delapan puluh derajat.

"Hahaha giliran healing aja lo semangat."

Shindy tergelak.

"Yaaa gimana ya? Namanya orang stres mesti butuh penyembuhan dong."

"Yaudah deh, kita lanjut aja ntar ya. Gue masih ada perlu ini."

"Yeee, urusan mulu perasaan hidup lo. Kapan tenangnya?"

"Lo pikir gue pemalas kayak lo sampek nggak ada urusan banget?" bales Sea sengaja.

"Eh kurang asem nih anak. Pakek nyindir lagi minta disleding?"

Sea tertawa, "Yaudah ah, bye!"

Dia menutup teleponnya dan Shindy juga mengakhiri percakapan mereka.

Cukup sudah.

Dia menghela napas panjang memandang handphonenya yang telah dimatikan.

Sangat panjang.

"Huft!"

Matanya meredup seolah senja ini tak mampu menandingi keredupannya.

Kelopak mata yang lelah itu berkedip satu kali.

Meremas handphone yang seolah tak berdaya dan mendongak menatap langit penghujung hari yang mulai gelap.

"Sekarang bagaimana?"

The Story of SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang