Chapter 13 "Malu"

4 1 0
                                    

Sea menjelaskan sedikit pikiran negatifnya pasal Romeo, Zion tertawa sampai menutup mulutnya dengan tangan kanan.

Sea melongo.

'Heh? Bagian mana gue yang salah ngomong?'

Dan sejak kapan Zion bisa tertawa serenyah itu sampai menggagalkan tulang-tulang rusuk Sea? Laki-laki itu kesulitan berhenti tertawa.

Wajah Sea merah padam.

'Siaaalll! Gue pasti salah ngomong! Apanya yang lucuuuu?!'

"Hahaha, maaf gue ketawa. Tadi itu ... lucu."

Zion melepas bekapan mulutnya dan tersenyum tipis. Sea mengejang kaku dengan dua alis yang naik.

'Demi apa gue nanya, apanya yang lucu cobaaa?!'

Pengen nangis rasanya. Tetapi jangan, atau malunya akan bertambah dua kali lipat.

"Emm, kalau Romeo yang ada di cafetaria dibilang hilang, kayaknya nggak masalah. Habisnya sekarang masih jam kerja, tapi dia malah beli makanan di sana. Katanya buat minum obat." terang Zion dengan senyum semanis gula pasir.

Sea melongo lagi. Bukan, bukan karena senyum itu, tapi karena kebenaran. Padahal juga terpana dengan senyum itu.

'Astaga, sadar Sea!'

Batin menampar diri sendiri yang hampir hingga di alam bawah sadar.
Meringis kikuk mencari-cari pandangan yang pas asalkan jangan lurus ke netra Zion. Bisa-bisa wajahnya makin merah padam.

"Ahaha, ca-cafetaria ya? Kok si-situ bisa tau?" tanyanya nggak bisa berkata-kata lagi.

Zion meneleng tipis.

"Soalnya bareng ke sana." senyumnya manis semanis gula.

"Hah?"

Apa yang dag dig dug di dada Sea sekarang. Bisa-bisanya dihantam imajinasi kalau dua cowok amazing di kantornya itu jalan bareng ke cafetaria habis rapat. What the .... Pemandangan yang tak bisa terelakkan! Mubazir Sea melewatkannya.

Wajah melongonya itu berakhir sia-sia.

Sea hanya ingin mencarinya itu saja. Bukan khawatir! Sungguh!

Kata-kata itu terus berputar di otak bagaikan mesin ketika berjalan kembali ke ruangannya dengan sangat cepat. Sepatu itu sampai membekas rasanya di lantai koridor. Mungkin jika ini film kartun pasti ada asap keluar dari sudut bibir Sea.

Apa itu yang biasa disebut orang-orang?

Ah, mungkin malu atau tidak mau mengakui tindakannya sendiri. Sebenarnya ... intinya dia lega kalau Romeo tidak pingsan seperti imajinasinya yang bodoh.

"Eeerrrrr si senior bego nggak tau diri ngeselin sejagad raya! Aaarrghhh gue nggak tau lagi!"

Gerutunya tak habis-habis dengan wajah merah merona seperti mau meledak sejak meninggalkan Zion tadi. Pikirannya penuh dengan Romeo yang tengah asik makan di cafetaria. Dia jadi kesal sendiri tak bisa mengontrol diri.

Sedangkan Zion, si dingin itu tersenyum tipis melihat kepergiannya.

~~~

"Woy, Sea... Gue mau pulang duluan. Mau ikut nggak?"

Shindy sudah bersandar di ambang pintu memasang wajah malas tapi aura semangat jelas muncul dari seluruh badannya.

Sea mendelik di balik meja kerjanya melirik Shindy.

"Apa-apaan berseri-seri begitu?"
Bergumam sendiri.

"Emangnya udah selesai? Cepet banget."

Dia masih banyak pekerjaan jadi tak menggubrisnya. Tangannya saja masih menari di atas keyboard komputer.

The Story of SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang