Chapter 54 "Keputusan Sea"

0 0 0
                                    

Senja selalu indah dipandang. Tidak peduli betapa sakitnya dilema kehidupan, saat berhadapan dengan mentari yang hampir terbenam, rasanya sedikit beban itu hilang.

Inilah keajaiban dari senja. Dan kini Sea sedang menikmatinya dengan Romeo di samping kiri rumahnya.

Tepatnya duduk di bebatuan kecil yang Sea susun sejak kecil demi menutupi tepian rumah yang terhubung langsungnya dengan halaman dan tanah.

"Ada apa?" tanya Sea terus terang.

Romeo memalingkan pandangan.

"Apanya?"

Suara laki-laki itu sudah stabil seperti semula. Suara yang selalu Sea dengar di kantor dan mengganggu dirinya.

Begitu halus dan lembut seolah mendayu-dayu seperti pangeran dalam drama.

"Kenapa kalian dagang ke mari? Apa tujuan kalian sebenarnya?"

Tanpa alih-alih, Sea langsung merujuk pada poin pembahasan.

Romeo langsung menoleh dengan ketajaman yang sedikit berkurang.

"Lo udah tau alasannya, Sea." jawab Romeo tenang.

Tidak, tapi ad getaran yang tersampaikan di sana.

Sea merasakannya. Ketakutan Romeo jika ia menolaknya.

"Gue menolaknya!"

Dan benar, Sea menolak. Dalam hati Romeo tak terkejut tapi tetap saja rasanya sedikit terdorong dengan kata-kata itu.

"Tidak ada penolakan. Kami sudah memutuskannya."

"Lalu membiarkanku terlilit hutang dengan kalian? Ini nggak lucu."

"Sea!"

Seketika jantung Sea berdebar dan mulutnya membulat kala Romeo memegang tangannya yang menganggur di atas bebatuan. Sontak dia menoleh dan matanya berpapasan dengan Romeo. Dia bisa melihat jelas pancaran mata itu yang menembuskan maksud yang terdalam.

"Biarkan kami melakukannya." ujar Romeo sehalus angin berbisik.

Itu menghipnotis Sea. Gadis itu tatapannya sedikit melembut.

"Tapi gimana dengan kedepannya Romeo?"

Tetap saja dia takut dan membantah.

Romeo menggenggam tangannya lebih erat.

"Itu pikirkan nanti."

"Gimana bisa? Gue bakal berhutang budi dan uang sama kalian. Ini... Ini... Ini memalukan tau nggak?"

Sea agak panik dalam diamnya.

"Ada gue. Semuanya akan baik-baik aja."

Sea tak mengerti dan mengerutkan dahi.

"Romeo?"

Dia menggeleng.

Romeo kembali menatap ke barat. Tepat di depannya yang hanya ada hamparan padi menunjukkan betapa indahnya langit sore.

"Kurasa mereka tidak akan memberatkanmu soal uang ini. Untuk diriku sendiri... Tidak usah dipikirkan. Aku ikhlas menolongmu."

"Tapi kenapa?!"

Belum selesai Romeo bicara Sea sudah memotongnya cepat.

"Karena aku sendiri tidak tau!"

Romeo langsung berbalik menatapnya.

"Hah?!"

Jantung Sea kembali gemetar.

Romeo kelagapan.

Dia bingung menatap sekeliling dan menunduk.

"Aku ... Aku juga tidak tau... sea."

Sea meluruhkan napasnya tak paham.

"Yang aku tau aku harus membantumu dan aku benar-benar ingin membantumu."

Sejenak euforia menjadi dunia mereka. Mengapa jantung Sea serasa tidak berdetak? Apakah ini ilusi?

Kata-kata yang keluar dari mulut Romeo bahkan mata laki-laki itu mengatakan jauh lebih jelas dari apa yang dia dengar.

Ketajamannya... Seolah menembus sukma Sea.

Gadis itu tercengang terdiam. Dengan mulut sedikit terbuka dia memandang Romeo.

"Apa?"

Lirih gadis itu.

Romeo berkedip beralih menatapnya. Kepala Sea spontan mundur beberapa senti.

"Aku akan melakukannya."

Kata Romeo serius.

Pupil Sea melebar seolah dunia ada padanya. Jantungnya mendadak berdegup cepat.

Mana tadi yang diam seperti tak bernyawa?

Dia terpaku tak bisa berucap dan bertingkah lagi. Hanya satu yang mengganggu dirinya saat ini. Romeo ... Apakah dia ...

'Menyukaiku?'

The Story of SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang