Chapter 48 "Ketahuan"

0 0 0
                                    

"Bagaimana?" tanya Zion langsung saat itu juga waktu Romeo tiba di tempatnya. Dia sampai berdiri dari duduknya.

Romeo meletakkan tas di bawah dan dia duduk di hadapan Zion sambil meraup wajahnya.

"Astaga dia mengambil cutinya dua minggu. Aku yakin sekali dia pergi ke desa mengatasinya sendiri karena tidak mau kita bantu."

Mata Zion melebar.

"Sudah kuduga begitu."

Dia kembali duduk.

"Aku berencana menyusulnya. Dia mungkin bisa mengatasinya selama ini tapi kedatangan mereka memberi peringatan sudah buruk. Aku khawatir terjadi sesuatu padanya."

Romeo menggulung lengan kemeja putihnya.

"Aku juga. Tunggu, aku sudah mengatur semua jadwal serinci mungkin. Kita adakan lembur selama tiga hari. Ajak Sean sekalian."

Romeo syok.

"Apa? Kau mah ikut?"

"Tentu!"

Zion mengangguk mantap.

"Tapi kenapa?"

Zion tidak menjawab. Dia sibuk dengan laptopnya.

Romeo menggeleng.

"Sudahlah lupakan. Sampai mana progres kita?"

Dia ikut serta melihat ke layar laptop.

"Ini akan menjadi pekerjaan yang menguras segalanya. Hanya tiga hari, Romeo. Kita akan menyelesaikan renovasinya karena itu perlu tambahan tim lapangan. Kau atur lagi keuangannya, aku akan suruh Rafael dan Olivia menambah pekerja," terang Zion.

"Baik!"

Dengan mantap Romeo mengangguk.

"Lalu pangsa pasar juga sudah ditentukan oleh tim pemasaran. Mereka ada target lagi. Kemudian peluncuran juga sudah dipertimbangkan mulai sekarang karena aku sudah mengumumkan perubahan mendadak ini ke semua divisi."

"Hmm, aku mengerti."

"Satu lagi alasan perubahan ini bukan hanya karena masalah pribadi dalam mencari Sea, tapi kita juga kedatangan investor yang mau membuat projek baru untuk perkembangan perusahaan. Direktur utama sudah menyetujuinya."

Zion menatap Romeo dalam.

Romeo menggaruk kepalanya.

"Ssshhh, ada apa lagi ini?"

"Turunkan panas di kepalamu, Romeo. Ini waktu yang tepat. Saatnya kerahkan semua kinerja dan tuntaskan ini segera. Tenang saja, untuk projek yang akan datang, kita akan dapat banyak uang. Kupastikan tim keuangan tidak akan kesulitan meng-handlenya."

"Kau sudah pastikan itu kan?"

"Tentu saja."

"Aku pegang kata-katamu."

Zion tersenyum manis.

"Sekarang apa perlu kita lanjutkan ke lapangan?"

Romeo ikut tersenyum.

"Tentu saja!"

Tangannya terkepal kuat dan saling meninju.

"Rafael! Olivia! Keluarlah kalian! Aku punya tugas penting!"

Romeo mengamuk di cafe. Zion yang diajak ke sana pun hanya memasang wajah datar.

Kedua nama yang dipanggil itu buru-buru memunculkan diri dengan raut penuh tanya. Apron cafe juga masih melekat di tubuh mereka.

The Story of SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang