Chapter 30 "Penguntit dan Senjata Sapu"

0 0 0
                                    

Merasa ada yang aneh dari belakang. Padahal Sea sudah mengunci pintu sejak dia masuk beberapa saat yang lalu, tapi entah kenapa rasanya ada yang mengganjal. Seperti sedang diawasi.

Tatapan tajam mengarah ke pintu. Tubuhnya telah terbalut kaos dan celana santai ala rumahan dan dirinya sudah mandi. Itu artinya cukup lama sampai dirinya tiba di rumah hingga sekarang. Namun, perasaan apa ini?

"Apa cuma firasat aneh gue aja?"

Dia bergumam di ambang pintu antara dapur dan ruang tamu. Dia sedang mengambil air dingin di kulkas tadi. Sekarang air itu jadi sia-sia. Sea sembunyi di antara pintu itu.

"Ah, bukan apa-apa paling."

Mengibaskan tangannya lalu beranjak menuju kamar dengan langkah gontai.

"Hahh, gue lelah. Lelah mikir..."

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu tiga kali.

"Huaaaa! Siapa itu?!"

Seketika dia loncat di tempat. Melotot menatap pintu yang jaraknya cukup jauh terhalang ruang tamu.

Jantungnya mulai berpacu di luar kendali. Pikirannya kembali tak karuan.

"Jangan-jangan... bener prasangka gue!" pekiknya mencicit.

"Ada yang ngikutin gue." lanjutnya lirih sambil menghembuskan napas.

Pelan-pelan meneguk ludahnya susah payah. Kemudian kaki mulai diangkat untuk mendekati pintu. Matanya pun serius membenarkan insting. Ada orang jahat yang mengintai, itu yang sempat Sea pikirkan. Tapi kenapa orang jahat mengetuk pintu?

Sea tak peduli dengan pertanyaan itu. Dia terus berjalan dan berhenti di depan pintu lalu mematung di sana. Bahkan berhenti bernapas.

Lalu menarik napas dalam-dalam dan berbalik membelakangi pintu.

"Astaga astaga, gue takut! Gimana kalau ... penguntit beneran? Stalker!" cicitnya lagi.

Dia sudah merasakan dibuntuti sejak masuk ke kawasan rumahnya. Siapa lagi kalau bukan stalker?

Celingukan mencari sesuatu untuk berjaga-jaga. Dia menemukan sapu tepat di samping pintu. Tanpa pikir panjang Sea mengambilnya dan membuka pintu cepat sambil menodongkan ujung sapu itu.

"Siapa di sana?!"

Teriaknya keras sampai telinganya sendiri tercengang. Melotot ketika tahu seseorang sedang membatu di depannya karena teriakannya.

"Sean?!"

Kagetnya bukan main. Dia menurunkan sapunya begitu saja. Bertanya-tanya kenapa Sean yang datang jadi penguntit?

"Su-susu stroberi?"

Sean jauh lebih kaget sampai dadanya berdegup kencang menyodorkan kantung kresek yang dibawanya dengan gerakan robot.

Sea berkedip dan menatap kantung kresek itu.

Suasana hening di ruang tamu. Pintu dibiarkan terbuka karena mereka hanya berdua di rumah.

Terlebih lagi lampu terasnya sedang temaram. Sebentar lagi pasti padam karena Sea lupa bayar listrik.

Sean tetaplah Sean, dalam kondisi begitu dia tersenyum percaya diri penuh kharisma ketampanan tiada tanding di depan Sea yang merasa akward setelah menuduhnya sebagai stalker.

'Gi-gimana ini? Sean ada di rumah gue? Gue ngebiarin dia duduk di rumah gue malam-malam begini? Bukan, bukan itu masalahnya. Tapi kenapa dia yang ada di depan rumah gue bukannya penguntit?'

Pikirannya meracau.

"Hahaha, kaku sekali ya. Ngomong-ngomong itu senjata yang keren!"

Tiba-tiba Sean memecah keheningan sambil mengacungkan jempol.

The Story of SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang