Chapter 55 "Lunas"

0 0 0
                                    

Hanya itu yang terlintas di benaknya kala sore di tepian rumah.

Benar-benar memalukan! Bagaimana bisa dia berpikiran seperti itu? Romeo menyukainya? Yang benar saja! Itu hanya kata-kata bodoh yang bisa dia lontarkan saat itu juga.

Sea mondar-mandir di kamarnya malam ini dengan seribu perasaan yang campur aduk tak jelas.

"Tapi ... cuma itu yang bisa gue artikan selama ini. Sshhh, argh mana mungkin bisa begitu? Runtuh dunia kalau Romeo benar-benar suka sama gue. Ya... Secara nggak mungkin juga lah! Nggak mungkin nggak mungkin!"

Mengetuk kepalanya berkali-kali sampai langkahnya cepat tanpa disadari.

"Ck! Duh Seaaaaaa! Lo mikir apaan sih?! Itu nggak mungkin kali! No besar!"

Menjerit sendiri dalam kamar.

Tidak menjerit juga, itu kata-kata selirih angin malam yang memaksa masuk lewat jendela kamarnya.

Bisa gawat kalau dia teriak-teriak dengan asumsi gila seperti itu.

"Aduhh minggir dikit dong senior! Aku nggak bisa bernapas ini!"

Sean sibuk mendorong Romeo yang mendapat tempat paling banyak.

"Bagus kalau gitu! Jangan bernapas sekalian!"

Jawab Romeo tanpa berpindah sedikit pun dari posisinya.

"Kan jahat sekali kau!"

Sean masih sibuk mendorongnya.

"Diamlah kalian berdua!"

Zion berdecak dengan suara sayup mengantuk bercampur lelah. Bahkan matanya sudah terpejam.

Ini sudah pukul dua belas malam. Tiga tamu tak diundang itu sibuk menata diri di ruang tamu untuk tidur. Terpaksa karena Sea tidak punya kamar lain selain kamarnya. Itu pun mereka harus berbagi selimut dan bantal.

Ingin kasihan tapi lucu juga. Jadi Sea biarkan saja. Anggap saja itu bayaran karena mereka main datang saja tanpa memberi kabar.

"Kan ketua udah marah. Romeo, minggir sedikit dong! Kau makan tempat!"

"Hhmp!"

Romeo justru melengos dan memejamkan mata. Namun, kerutan di dahinya setipis tisu.

'Kenapa aku mengatakan omong kosong itu padanya?'

Pikirannya melayang ke sore tadi.

Sean menganga dan terus mencoba berbagai cara agar Romeo bisa dipindahkan. Zion hanya bisa berdecak hingga dia terlelap.

Keesokan harinya...

Situasi tegang menggerogoti beningnya embun di pagi hari pukul delapan ini. Rumah kayu besar bernuansa antik terdapat tanduk-tanduk binatang yang diawetkan terpajang di dinding mengitari rumah. Begitu juga aroma rumput yang seolah mati teredam aura hitam dari balik rumah, tidak tercium kesejukan pagi sama sekali.

Semuanya nampak mengerikan.

Sea, Romeo, Zion, dan Sean ada di sana.

Mereka berdiri di depan pintu di mana dua orang berbadan besar sedang menghalangi mereka di pintu masuk.

Sea menatap mereka tajam, namun tak begitu dingin dengan milik Zion dan Romeo. Bahkan Sean kini tak tersenyum walau tubuhnya ditutup rapi dengan Hoodie bertudung besar dan masker hitam.

Sedangkan Zion dan Romeo hanya mengenakan setelan biasa dan jaket yang membalut dirinya.

"Minggir!"

Intonasi yang tak bersahabat. Sea mengusir dua orang besar itu yang menghalangi jalan. Mereka marah dan tersenyum meremehkan, juga menagih hutang Sea dengan ucapan kasar.

The Story of SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang