Chapter 44 "Sosok dari Desa"

0 0 0
                                    

Setelah selesai bermain game hingga larut malam, manajer Sean datang ke rumah menjemput Sean, tapi Sean tak mau pulang ke rumah kontrakannya.

Dia mau tidur di rumah Sea semalaman.

"Hah? Maaf, rumahku tidak punya kapasitas kamar lebih."

Sea angkat tangan mengusir secara halus.

Mereka ada di depan teras.

"Apa? Kasihanilah aku, Sea!"

Sean merengek menggaruk kepala belakangnya.

Sea menatapnya malas.

"Ngapain kasihan sama lo?"

Nadanya datar sekaligus letih main game.

"Ck, ayolah! Kau kan baik!" Sean merengek lagi sambil menghentakkan kakinya kesal.

Romeo yang melipat tangan di dada sampai menaikkan sebelah alisnya.

"Gue nggak percaya kita bekerja sama sama model kayak beginian," ujarnya.

"Nggak sopan banget Senior!"

Sontak Sean menunjuk Romeo.

Romeo mendengkus panjang.

"Tuan Manajer, tolong buang dia."

Romeo mengkode manajer Sean dengan gerak matanya.

"Maksudnya bawa dia." timpal Zion sambil senyum.

Sean menatap mereka berdua bergantian tak percaya.

"Teganya kalian mengusirku! Zion juga?! Ayolah kawan, aku belum selesai bermain. Besok ada jadwal padat selain pemotretan. Ada pertemuan ini dan itu. Jadwal ini dan itu. Hahh, melelahkan sekali."

Keluh Sean sambil menghitung jadwalnya dengan jari. Napasnya lesu sama seperti wajahnya yang tertunduk.

Tiba-tiba sang manajer menarik tangannya membuat Sean melotot tertarik ke belakang.

"Karena itu kau harus pulang sekarang, Koridor Sean!"

"Maaf telah membuat kalian kerepotan."

Manajer itu lalu membungkuk merasa bersalah.

"Haaaa! Tolong jangan tarik aku pergi!" Sean mendrama mengulurkan tangannya ke arah Sea.

Sea meringis tak tahan.

"Sean ... aku bisa merekammu dan menjualnya pada penggemarmu sekarang."

'Model kelas atas macam begini?' batin Sea menyahut.

"Aku juga bisa panggil pak RT kalau mau." lanjutnya sambil unjuk tangan.

Seketika Sean terpaku, sang manajer sampai tak sanggup menariknya.

"Ha?! Jangan! Jangan pak RT bersarung yang tua itu! Jangan!"

Pekiknya mendrama.

Mereka masih beradu mulut karena rengekan Sean serta manajer yang kesulitan.

Romeo masih melipat tangannya memandang Sean datar sekaligus risih, sedangkan Zion tersenyum tak enak hati pada sang manajer.

Ya, itu pemandangan yang cukup baik.

Sampai pada akhirnya... Angin dingin menyapu halaman rumah Sea. Semua bulu berdiri dan sejuk menembus tulang.

Seketika semua pergerakan mereka pun terhenti.

Sea terpaku.

'Apa ... yang terjadi?' batinnya tak paham.

Bukankah ini tengah malam? Kenapa tiba-tiba ada angin sedingin hujan es? Bahkan lebih dingin dari badai tempo hari. Seharusnya udara dingin sudah menusuk dari tadi jika memang terjadi.

The Story of SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang