Chapter 47 "Cuti"

0 0 0
                                    

"Ssshhh, ini nggak bisa dibiarin. Kenapa dia nggak ngasih tau gue?!"

Shindy itu kesal atau marah, sambil menekan nama kontak seseorang di handphone dia jadi tak karuan.

Jangan tanya bagaimana dengan Romeo sekarang. Karyawan yang terus mengikutinya itu sudah sampai gigit jari dan hampir pingsan melihatnya.

Romeo pangeran yang mengerikan.

Tuuuttt!

Tuuuttt!

Tuuuttt!

Begitu terus nada sambung yang tidak terjawab dari telepon Shindy.

Nomor Sea tidak aktif.

"Hah?! Si kampret macam apa ini! Kenapa nomornya mendadak nggak aktif?! Dia lupa ngisi pulsa setahun apa gimana?!"

Geram udah nggak tertolong Shinya membanting handphone di meja. Setelah itu segera dielusnya.

"Aduh duh handphone gue sayang banget!"

Dia seperti orang gila.

Lalu mendongak menatap Romeo.

"Kayaknya dia nggak bisa dihubungi. Sekarang gimana Senior? Takutnya anak itu kenapa-napa. Dia nggak pernah absen sebelumnya kan?"

Matanya penuh binar khawatir dan bingung bersamaan. Dalam hal ini, perasaan Romeo seperti adonan tepung dan telur yang terus diaduk.

'Shindy bahkan tidak tau. Ada apa dengan Sea?' batinnya.

Apa yang sedang gadis itu pikirkan? Apa yang dia lakukan?

Romeo membasahi bibir bawahnya singkat dan memandang ke arah lain sejenak.

"Kita urus pekerjaan dulu. Soal Sea dilanjut nanti."

"Tapi...,"

"Kita butuh cepat!"

Shindy langsung mingkem dibantah telak oleh Romeo. Karyawan laki-laki yang di belakang Romeo saja sampai terjingkat dan diam.

"Ba-baik!"

Jawab Shindy tak bisa membantah.

'Ck, huh di mana sih si Sea? Kita lagi genting-gentingnya ini eh malah ditinggal. Romeo jadi ngamuk kan!'

Batin hanya bisa menggerutu.

Lalu beberapa jam kemudian...

Sampai sore berlalu...

Dan pekerjaan pun telah selesai pada pukul lima sore.

Benar-benar hari yang sibuk.

Tapi rasa lelah dan gelisah itu masih ada. Banyaj karyawan yang tidak pulang, memilih melanjutkan pekerjaannya karena sudah terlanjur.

Tentu saja ... Termasuk Romeo juga.

Kini dia sedang bersama Shindy di mejanya. Gadis itu mondar-mandir karena Sea tak kunjung bisa dihubungi.

Alhasil tadi semua pekerjaan Sea dia yang mengerjakannya. Mendadak si pemalas itu jadi rajin gara-gara Sea yang hilang.

"Aduh, nggak diangkat lagi teleponnya. Ini udah yang ke lima puluh kali nih."

Gumamnya tepat di sisi Romeo yang berpangku dagu memandang komputer dengan sebelah tangannya mengarahkan mouse ke arah yang dia inginkan.

Wajahnya serius seakan mengerjakan sisa-sisa pekerjaannya. Wajah lelah bekas sibuknya bekerja tersirat dari garis dan pandangan itu.

The Story of SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang