Chapter 26 "Roti Bakar Stroberi"

0 0 0
                                    

"Sea, duluan ya!"

"Sea, jangan pulang terlalu malam. Jangan memaksakan diri juga. Kami pulang duluan ya."

"Astaga, kerjaan makin hari makin banyak. Yang sabar ya Sea."

Semua rekan yang tersisa mulai menghilang satu per satu.

"Ya, hati-hati di jalan!"

Jawab Sea ramah sambil melambaikan tangan pula. Lalu pundaknya luruh.

"Hah, gue capek. Ini udah jam berapa?"

Melihat jam dinding yang terpasang di dekat pintu. Jarum panjangnya menunjuk ke pukul tujuh malam.

Seketika mulut Sea melebar.

"Hah?! Udah berjam-jam?!" pekiknya histeris.

Kini di ruangan itu dia sendirian sepi.

"Kenapa udah malam? Nggak berasa banget!"

Lanjutnya menjambak rambut pelan.

"Gue harus buru-buru selesaiin ini. Gue nggak mau pulang larut lagi."

Kembali bekerja secepat kilat dan juga tak lupa untuk teliti. Jika salah sedikit saja bisa bahaya nanti.

Kemudian dia ingat jika Romeo akan kembali dari pekerjaan hujan-hujanannya itu, tapi nyatanya sampai sekarang belum juga datang padahal sudah menghabiskan tiga jam sejak telepon terkahir kali.

"Argh, senior sialan begitu ngapain sampai sekarang belum balik-balik? Jangan bilang dia lupa kalau mau balik. Ini kerjaan gimana kok dilimpahin ke gue semua ini?! Dia kemana sih ..."

Belum selesai mendumel sambil bekerja ekstra, pintu ruangan itu terbuka lebar dengan sangat keras.

"Sea!"

"Huaaaa siapa?!"

Sea kaget sampai loncat dari kursi. Dia melotot melihat sosok yang membuatnya sakit hati sedang terengah di ambang pintu dengan pakaian lembab sedikit basah dan sebuah bingkisan di tangan.

Orang itu langsung menghampiri Sea dengan langkah cepat bagai robot membuat Dea takut saja.

"Hoi, hoi, hoi, apa-apaan ini?! Romeo?! Kenapa lo baru datang?! Ngagetin aja!"

Sea mengelus dada membuat dirinya tenang. Sedangkan Romeo duduk di kursi dekat kubikel Sea sambil melonggarkan dasinya dan menggulung lengan kemejanya.

"Astaga, tadi itu gila sekali!" Mengerikan!" keluh Romeo tanpa ekspresi.

Hanya napasnya saja yang terengah.

Sudut mata Sea berkedut.

"Apanya yang mengerikan? Dan kenapa lo ngos-ngosan begitu?"

Dia tak habis pikir.

Romeo menoleh dan meletakkan bingkisan itu di meja yang ada di depannya. Mereka berdampingan.

"Ibu-ibu sama para cewek gila yang antri roti bakar. Gara-gara hujan si penjual roti itu laris manis sampai kualahan. Untungnya masih dapat bagian."

Sea melirik bingkisan itu yang dia tebak isinya pasti roti bakar. Lalu memicing ke arah Romeo.

"Jangan bilang lo berdesak-desakan sama mereka demi ngrebutin roti bakar."

Romeo mengangguk.

"Astaga kenapa lo bisa sebego ini? Nggak balik-balik dari tadi cuma gara-gara beli roti bakar yang direbutin ibu-ibu. Romeo, lo itu terlalu .... Aw!"

Sea meringis tak jadi menyelesaikan protesannya karena Romeo memukul kepalanya dengan gulungan kertas.

"Diam! Panggil gue senior. Nggak ada sopannya sama sekali. Ini masih di kantor."

Romeo tanpa ekspresi.

Sea sedih meringis kesakitan.

"Aduhh, sakit! Senior macam apa yang selalu mukul juniornya sendiri tanpa mau bantuin?! Ngapain juga gue harus sopan sama senior modelan begitu!"

"Heh? Apa gue emang begitu?"

Tanpa wajah berdosa Romeo membuka bingkisan itu dan terciumlah aroma roti bakar dengan tumpukan selai stroberi. Sea yang mau marah lagi jadi terdiam sejenak.

"Hmm, wanginya! Rasa stroberi?"

Ikut melihat roti bakar yang hangat itu.

Romeo pun tersenyum.

"Berhenti dulu, ayo makan dulu."

Romeo mengambil satu potong dan berniat ingin menyuapi Sea, tapi sea refleks mundur.

"Eh? Emangnya boleh begitu? Ini masih banyak."

Menunjuk komputer dan melirik pekerjannya.

Romeo ikut melirik komputer itu dan meneliti sebentar.

"Oh, kerja bagus Sea! Udah sampai tahap ini ya? Nggak masalah, nanti kita kerjain sama-sama. Lagian yang bagian belakang jauh lebih rumit. Lo nggak bakal bisa ngerjainnya tanpa gue."

Romeo masih mempertahankan senyum kecilnya.

Sea jadi meringis kaku.

"Si-siapa suruh ninggalin gue gitu aja. Kalau ada yang salah gue nggak tanggung jawab." melengos acuh.

"Hahaha, iya maaf. Sekarang istirahat aja dulu. Jangan dipikir terlalu berat. Gue sengaja beli yang stroberi karena lo suka stroberi loh."

Senyum Romeo semakin manis membuat pipi Sea menghangat.

'Orang ini...'

"Ck, malah ketawa." mengambil satu potong sendiri tak menghiraukan yang ada di tangan Romeo.

'Nyebelin banget!'

Akhirnya mereka memakan roti bakar itu sampai habis, lumayan untuk mengisi kehangatan pada tubuh yang mulai dingin. Separuh kebugaran yang hilang tadi sedikit kembali. Setidaknya cukup untuk menatap layar komputer lagi.

Dan mereka, mengerjakan sisa pekerjaan itu bersama-sama.

The Story of SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang