HAPPY READING
...."Vin" panggil seorang, Gavin menoleh tersenyum tipis melihat Gava.
"Suka banget lo di perpustakaan." ujar Gava sambil menaruh minuman,
"Sepi gaada orang." Gava tersenyum mendengar itu.
"Sorry buat kata-kata gw beberapa hari lalu yang mungkin nyakitin lo. Gw tau lo mau wujudin mimpi orang tua lo yang nuntut lo buat jadi juara dalam segala hal, tapi lo jangan sia-siain masa muda lo dengan sepenuhnya belajar. Lo juga butuh temen, you need someone to talk. Seenggaknya ketika di rumah lo tertekan gaada buat cerita gaada yang dengerin lo, ketika di luar lo punya seseorang yang mau denger keluh kesah lo." Jelas Gava, Gavin mengangguk sambil meminum minuman yang diberikan Gava.
"Gw juga minta maaf ucapan gw waktu itu--"
"Santai, lo emang bener kok." Gava terkekeh pelan, begitupun Gavin yang ikut tertawa kecil.
"Lo juga bener, gw gak dapet itu semua. Gw semaleman mikirin hal itu, gw juga butuh buat healing gak harus belajar terus."
"Di sekolah gak bakal ada yang cepuin ke ortu lo. Lo belajar ketika pelajaran, ketika istirahat lo istirahat jangan dipake belajar terus. Lo belajar 20 jam buat jadi juara kelas, padahal lo belajar 10 jam sehari aja bisa jadi juara kelas tanpa membuang waktu buat main sama temen-temen lo." Gavin termenung mendengar itu. Selama 15 tahun ini Gavin tak pernah mendapatkan teman satupun, dia terlalu sibuk dengan pelajarannya hingga melupakan fakta bahwa dia masih remaja.
"Gw takut." cicit Gavin, Gava mengangguk faham. Memang tak mudah, ini sama saja seperti mempertaruhkan nyawa.
"Pulang sekolah gw ajak lo ke markas, gw liatin apa itu keluarga tanpa bangunan megah kaya rumah lo." Ujar Gava dan langsung pergi meninggalkan Gavin.
Gava benar, dia butuh teman untuk mengungkapkan rasa lelahnya. Dia masih remaja, banyak yang belum peenah Gavin lakukan di luar selain belajar. Jika di pikir ulang, selama 15 tahun ini Gavin tak mempunyai memory bersama teman. Dia hanya memiliki memory betapa keras dan giatnya dia belajar untuk mendapatkan kasih sayang orang tuanya yang tak kunjung dia dapatkan.
Gavin membereskan bukunya dan segera menyusul Gava. Gava tersenyum melihat Gavin yang mengikutinya ke kantin.
"Kemana aja lo?" Tanya Oliver pada Gava,
"Jadi guru tutor Gavin." Jawab Gava asal, Ken melemparnya dengan roti membuat Gava tertawa.
"Makan Vin." ajak Sagara, Gavin mengangguk sambil tersenyum tipis.
"Hai, Gavin ya? Gw Bianca" ujar Bianca sambil tersenyum, Gavin hendak menerima uluran tangan Bianca namun Sagara lebih dulu menggenggam tangannya.
"Bianca cuma punya Sagara, lo gak sengaja kena aja biar di pukulin ampe mati." kekeh Rafkha, Gavin terdiam menatap tangannya takut yang digenggam oleh Sagara.
"Duduk aja makan, tar lo yang bayar kan lo punya keluarga kaya." suruh Sagara tanpa ekspresi membuat Gavin canggung.
"Sa, jangan gitu ah kasian dia jadi takut." omel Bianca, Sagara langsung tersenyum manis sambil mengangguk.
"Duduk aja pesen, nanti yang bayar Sagara." Suruh Bianca sambil tersenyum, Gavin mengangguk dan duduk di sebelah Oliver.
"Gw Oliver, Ken, Gava, Bianca, Sagara, Rafkha, Alvero." Ujar Oliver memperkenalkan dirinya dan teman-temannya, Gavin mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT || END✔
Teen FictionSeorang lelaki menggunakan jas hujan menutupi dirinya bahkan wajahnya, dia menatap seorang perempuan dari kejauhan yang sedang menangis dibawah derasnya hujan. Sakit, hatinya ikut sakit menatap perempuan yang setiap hari dia ukir senyuman di bibir n...