0.0

13.8K 273 7
                                    

Handri Adyaksa Tahir melangkah penuh percaya diri dengan seorang wanita cantik dalam rengkuhan lengannya. Dia adalah Anita Mayangsari— Tahir, wanita cantik yang baru saja resmi menjadi istri barunya. Kecantikan yang begitu bersahaja juga sikap anggun yang menunjukan tata krama tinggi dari seorang Nyonya besar keluarga Tahir.

Semua orang tahu bahwa Handri sudah menyandang status sebagai seorang duda sejak tujuh tahun lalu dimana istri pertamanya meninggal dikarenakan sebuah kecelakaan hebat yang juga hampir membuatnya meregang nyawa. Lebih dari itu, penantian juga pencarian selama tujuh tahun membawanya pada sosok sempurna Anita.

"Ini rumah baru kita, sayang" tidak hentinya Handri menciumi pelipis dari sang istri. Terlihat jelas dari sikapnya bagaimana pewaris keluarga Tahir tersebut begitu memanjakan istri barunya.

Senyuman Anita mengembang indah. Wajah ayunya semakin bersahaja ketika ditimpa puluhan lampu kristal mewah yang menggantung di langit-langit ruang depan.

"Terimakasih Mas, ini sangat indah!"

Handri mengelus lengan sang istri, "kamu suka?"

"Sangat!"

Tidak lama beberapa pelayan menyusul masuk dengan deretan koper milik sang Nyonya baru. Satu diantaranya berjalan mendekat dengan seorang bocah berusia sembilan tahun berada dalam gandengan.

"Mama..." suara seraknya membuat Anita juga Handri menoleh cepat.

"Sayang, Lakhsya sudah bangun?" Anita segera meraih Lakhysa dalam gendongan. Karena meski sudah berusia sembilan tahun, anak lelakinya ini masih tampak kanak-kanaknya karena memiliki tubuh kecil dan ramping.

"Kemari sayang, Lakhsya suka rumah barunya?"

Anita membawa Lakhsya yang merebahkan kepala dibahunya mendekati Handri. "Ini Papa Lakhysa... coba panggil Papa, sayang..."

Lakhsya menguap kecil, tatapannya menunjukan bahwa bocah tersebut benar-benar belum mengerti keadaannya. "Papa..."

Handri tersenyum manis, mengelus kepala Lakhsya dan menunjukan rasa bahagia yang sama seperti yang Anita tunjukan. Sebelum menyepakati hubungan yang lebih serius keduanya memang sepakat untuk menjalin hubungan baik dan membiasakan panggilan hangat dalam keluarganya.

"Manisnya... Lakhsya mau lihat kamar baru? Disana sudah ada banyak mainan baru untuk Lakhsya"

Kerjapan kelopak yang sebelumnya tampak mengantuk berubah cerah. Sebagaimana usianya, Lakhsya masih begitu mudah dibujuk dengan hal-hal yang menjadi kesenangannya. Anita mengulum senyum menyadari betapa interaksi yang terjadi diantara keduanya terjalin manis.

"Mama, boleh?"

Anita mengangguk, masih menahan gemas sekaligus haru. "Tentu saja. Ini rumah Lakhsya dan Papa Handri adalah Papa Lakhsya, jadi semua yang ada dirumah ini Lakhsya boleh memilikinya. Apapun."

Lengkungan senyum polos begitu saja membuat hati Anita merasa luar biasa bahagia. Putranya yang selama ini harus hidup dalam kesederhanaan kini akhirnya bisa menikmati kemudahan dalam hidup. Bersama dengan Handri, dirinya yakin segalanya akan menjadi lebih baik.

"Tolong bawa Lakhsya ke kamarnya yang baru" Handri meminta pelayan yang sebelumnya untuk membawa Lakhsya. "Pastikan untuk berhati-hati menaiki tangganya."

Anita beralih kesisi Handri, "Mas, kamu berlebihan. Lakhsya itu sudah tujuh tahun, menaiki tangga seperti ini tentu saja dia sudah bisa"

"Aku hanya mau memastikan kalau apa yang menjadi hal terpenting dalam hidupmu akan tetap aman dan baik-baik saja."

"Terima kasih Mas. Terima kasih karena sudah mencintai aku dengan begitu besar" Anita menelusupkan tubuhnya pada dekapan hangat Handri, "aku benar-benar wanita beruntung karena menemukan kamu disaat hidupku sudah begitu—"

Si Lumpuh Kesayangan Nona Cala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang