0.3 Cala Benci Lakhsya

3.6K 140 1
                                    

Beberapa jam sebelumnya.

Suasana hening. Khorden tebal disisi partisi jendela besar tidak juga disingkap meski terik diluar sana sudah mebembus kisi-kisi. Semua pelayannya tahu untuk tidak membukanya karena memang Cala memiliki sensitifitas tinggi terhadap cahaya matahari.

Gerakan jarinya yang menggores pen elektrik pada layar macbook dihadapannya tiba-tiba saja terhenti. "Cala, kamu dengar Papi Nak?"

Cala meletakan pen miliknya dan sedikit memutar leher untuk menoleh Handri yang sejak tadi terus membujuknya agar bisa bersikap lebih baik kepada keluarga barunya. "Kenapa Cala harus mendengar Papi?"

Hembusan napas Handri terasa memberat melihat respon sang putri yang tidak juga menunjukan kepedulian berarti. Diliriknya jam di pergelangan tangannya yang sudah semakin membuatnya terdesak akan jadwal meeting paginya. Meski harus sedikit mengulur jadwal, Handri sudah berjanji pada Anita untuk berbicara kepada Cala.

"Cala, please... tolong mengerti Papi oke?" Raut wajah Handri benar-benar memohon agar putrinya tersebut bisa sedikit mengerti. "Bukannya Cala senang bisa punya Mami lagi? Nanti ada adik juga—"

"Aku nggak suka Mami. Nggak suka adik." Cala mengatakannya tanpa riak sedikitpun pada wajah jelitanya. Gadis berusia 15 tahun tersebut terlihat begitu dingin dan seolah tidak tersentuh. Bahkan oleh Handri sedikitpun. "Kenapa harus punya Mami baru? Apa karena Mami lama ku sudah mati?"

"Mami Anita buknnya mau menggantikan Mami Freesia, sayang. Tapi Mami Anita disini sebagai istri Papi," Handri berusaha untuk berpikir serealistis mungkin demi membuat Cala mengerti. "Kalau Cala nggak mau panggil Mami, nggak apa-apa. Tapi Cala harus berjanji untuk bersikap baik, terutama kepada Lakhsya"

Cala berkedip pelan, "siapa Lakhsya?"

Ada senyum kecil di bibir Handri ketika menyadari putrinya ini seolah menunjukan ketertarikan terhadap Lakhsya. "Lakhsya itu anaknya Mami Anita. Dia sekarang adalah keluarga kita, anaknya Papi juga"

Wajah Cala berubah murung seketika, "aku nggak suka Anita. Aku lebih nggak suka lagi pada Lakhsya!"

"Sayang..."

Cala melengos dan kembali pada layar macbooknya. "Papi pergi. Cala harus menyelesaikan tugas dari Miss Erica"

Kembali Handri menghembuskan napasnya panjang. Sikap dingin Cala ini juga bukannya hal yang baru. Putrinya ini hidup dalam didikan dan tata krama sempurna dari keluarga besarnya. Sebagai seorang pewaris tunggal dari kerajaan bisnis Tahir, tentu kehadiran Cala sendiri adalah hal yang paling ditunggu-tunggu.

Pada masanya, mendapatkan Cala adalah anugrah yang bahkan sampai detik ini tidak akan pernah Handri ingkari. Freesia— istri pertamanya sekaligus Mami dari Cala bahkan harus melalui kehamilan yang begitu sulit dan sampai membahayakan nyawanya demi bisa melahirkan Cala.

Bukan salah Freesia karena memang Handri sendirilah yang memiliki kelaianan hormon sehingga memiliki kesulitan untuk memberikan pewaris keturunan keluarga Tahir. Membayangkan wanita yang begitu dicintainya— Anita, Handri tidak akan sanggup seandainya harus menyaksikannya berjuang. Cukup bagi Handri dengan memberikan Cala kepada keluarganya.

"Oke, Papi ke kantor dulu ya sayang... nanti pelayan bawakan sarapannya kemari" Handri mendekat untuk mencium pelipis Cala dan baru berlalu pergi. Tahu bahwa sang putri tidak akan membalas kalimat sayangnya dengan hal serupa.

Cala berhitung dalam hati sampai yakin bahwa Handri sudah benar-benar meninggalkan kamarnya. Netra jernihnya melirik layar macbook yang menunjukan desain pentagon tugas miliknya. Tidak sulit, karena Cala memang tidak pernah merasa kesulitan dalam menyelesaukan setiap tugasnya.

Si Lumpuh Kesayangan Nona Cala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang