1.7 Memisahkan Ibu dan Anak

2K 84 7
                                    

"Sayang... tolong buka mata kamu. Aku sudah datang membawa Lakhsya, kamu pernah mengatakan kalau dia adalah semangat hidup kamu. Lakhsya... adalah obat."

Remasan tangan Handri pada tautan tangan antara Anita dan Lakhsya menguat. Berharap istri tercintanya tersebut segera membuka matanya. Dan ternyata Tuhan sedang begitu baik kepadanya karena keajaiban tersebut akhirnya datang.

"Sa—sayang..." Handri menatap antara senang dan terharu.

Telunjuk Anita terentak dan menunjukan gerakan lemah. Sementara itu, gerakan bola mata dalam kelopaknya semakin jelas. Masker oksigen yang melingkupi hingga dagu terlihat berembun banyak.

"Mma—ma..." Lakshya teraktuk-antuk separuh sadar. Dadanya ditahan dengan sebelah lengan Handri dan dua kakinya yang lemas dipaksa untuk tetap berdiri. "Mama..."

Handri menatap wajah kuyu Lakhsya sedikit lebih lama. Raut wajahnya tidak terbaca. Seolah separuh dirinya berterima kasih dan separuh lainnya masih saja tidak terima. Tubuh ringan ini... dalam darahnya mengalir ketrunan dari lelaki bajingan yang berani-beraninya merebut Anita dari dirinya.

"Saya tidak membenci kamu, tapi... saya juga tidak bisa membiarkan darah bajingan yang ada di dalam tubuh kamu itu terus merongrong istri saya. Karena setelah menikah saya mau seluruh cinta dan perhatian istri saya hanya untuk saya seorang."

Tubuh lemah Lakhsya sudah tidak mampu lagi mempertahankan kesadaran. Gumaman dari bibirnya yang pucat mulai memelan hingga akhirnya terhenti sepenuhnya. Dua belah bibir Lakhsya sedikit terbuka ketika Handri menggungkan tubuh lemah tersebut untuk memastikan kesadarannya.

"Lakhsya...?"

Tidak ada pergerakan berarti. Tubuh Lakhsya sudah terkulai sepenuhnya. Handri mulai panik hingga melepaskan tautan tangan Anita. Bagaimanapun, anak dalam dekapannya ini tidak boleh sampai mati atau Papinya akan benar-benar menyulitkannya.

Cala adalah cucu kesayangan sekaligus keturunan satu-satunya yang membawa darah Hambalang Tahir hingga apapun yang Cala inginkan maka Handri yakin, orang nomor satu di keluarganya tersebut akan benar-benar mengerahkan kemampuan untuk mewujudkannya.

"Lakhsya! Hei... jangan mati!"

Teriakan Handri rupanya mengejutkan Anita. Wanita yang selama beberapa hari ini terbaring koma diantara hidup dan mati tersebut akhirnya membuka kelopak matanya. Napasnya tercekat dan pandangannya buram. Sementara telinganya menangkap seruan-seruan dari sisi kiri brankar.

Disana—diatas lantai yang dingin, tepat disisi brankar dimana Anita berbaring ada Handri yang kalut berusaha menekan-nekan dada Lakhsya. Napas anak tersebut terhenti bersama dengan detakan jantungnya yang melamah.

"Aaa—anakku..." bibir pucat Anita menggumam tanpa suara. Sementara tangannya terangkat untuk meraih bayangan Lkahsya yang terbaring diantara kematian.

Handri sendiri tidak menyadari bahwa istri tercintanya sudah benar-benar sadarkan diri karena kekalutanya. Dalam kepalanya hanya ada pikiran kalau Lakhsya ini tidak boleh sampai mati! Karena itu benar-benar bencana bagi diriya!

"Jangan mati!"

Seruan kalut Handri disusul dengan suara pintu menjerebak dan juga jeritan histeris Cala. Hambalang beserta beberapa pengawalnya berderap masuk dan tatapan mereka semua tertuju pada kekacauan yang terjadi.

"Lakhsya!" Cala mendekat untuk mendorong Handri. "Jangan sentuh Lakhsya-ku!"

Suasana semakin kacau saat Cala menyadari jantung Lakhsya telah berhenti berdetak. Segera Hambalang meminta anak buahnya untuk menggendong Lakhsya keluar dan mendapatkan pertolongan medis.

Si Lumpuh Kesayangan Nona Cala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang