2.8 Keram Perut

3K 94 8
                                    

"Huekk.... uhuk!"

Tubuh Lakhsya berguncang akibat rasa mual yang hebat. Untung saja wajahnya sempat menoleh ke samping atau muntahannya bisa mengotori tubuh. Tenggorokan Lakhsya perih dan perutnya melilit sakit.

"Khaaaak.... tohhholongg..." suaranya serak karena sisa muntahan yang mengganjal.

Jemari kurus Lkahsya yang gemetar menekan-nekan bel yang biasanya digunakan untuk memanggil perawat. Sayangnya tidak satupun perawat datang untuk membantunya. Padahal rasa sakitnya benar-benar membuat Lakhsya menangis keras.

Sakit sekali! Perutnya seperti diremas-remas. Tatapan Lakhsya jatuh pada piring cookies juga biskuitnya yang tinggal beberapa. Sepertinya benar yang Kakaknya katakan kalau Lakhsya terlalu banyak makan sehingga sekarang perutnya sakit.

"Khaaaaak...." Lakhsya kembali meraung. Berharap Kakaknya itu segera kembali karena Lakhsya merasa sudah akan pingsan.

Melalui sudut mata, terlihat langkah tenang Cala kembali dengan stein khusus obat. Pandangan Lakhsya kabur oleh air mata sementara tubuhnya terus gemetar kesakitan. Tanganya menggapai-gapai Cala yang dibalas dengan senyuman tipis.

"Kenapa, sayang?"

Genggaman tangan mereka Lakhsya remas sebisanya. Memberi tahu Cala betapa dirinya kesakitan. "Saakhittt...."

"Sakit, hm?"

Kepala Lakhsya bergerak-gerak gelisah. Sementara Cala mengusap sisa liur disudut mulut Lakhsya. "Sakithh...."

"Kakak bilang apa tadi? Jangan makan biskuit lagi setelah ini." Senyuman Cala tidak luntur. Tatapannya bahkan melirik dingin pada biskuit yang sebelumnya Lakhsya makan. Padahal dirinya sendiri yang sudah menaburkan obat keatas biskuit Lakhsya yang memicu keram perut.

"Sakithhh... toh—ngh... tohlong..."

Satu ciuman Cala berikan di ujung hidung Lakhsya, selanjutnya membuka kuncian pada kursi roda. "Karena sakit, sekarang Kakak akan bawa kamu ke ruangan medis. Nanti kita obati disana. Ya..."

"Ng—hhgaak... mau, Kakak... jangan kesana—akkh!!" Lakhsya yang menolak langsung saja menjerit-jerit kesakitan saat Cala mengulurkan tangan untuk meremas perut Lakhsya. Keramnya semakin memburuk. "Sakit! Sakit—shhh...."

"Kakak cuma pegang sedikit," dalih Cala. "Ini harus diperiksa. Ayo kita ke ruangan medis."

Kali ini Lakhsya tidak lagi menolak karena rasa sakitnya yang menusuk-nusuk. Bagian dalam perutnya serasa dipelintir dan diremas-remas hingga membuat tenaganya habis menahan sakit. Dengan mudah Cala mendorong kursi roda Lakhsya menuju ruangan perawatan medis yang menjadi salah satu bagian paling luas di lantai tiga selain kamar utama yang Lakhsya tempati.

Selagi Lakhsya gemetaran menahan sakit, tubuhnya dipindahkan keatas bed pasien yang memang disediakan khusus untuk situasi darurat. Lakhsya langsung menggelepar dengan erangan kesakitannya. Permukaan perutnya mengencang dan menunjukan bahwa otot-otot ringkih disana juga turut mengalami kejang.

"Oh, astaga... ini keram perut sweet prince." Cala datang setelah mengenakan glove medis nya. "Ini karena kamu terlalu banyak makan pasti. Mulai hari ini sampai tiga hari kedepan kamu harus berpuasa. Kakak akan berikan makanan melalui infus nutrisi."

Lakhsya mengangguk kaku. Memang selama kepergian Cala yang kali ini cukup lama, Lakhsya sering menang membujuk para perawatnya untuk memberikan snack tambahan. Biskuit rasa susu pisang adalah favoritnya. Akhir-akhir ini kesehatannya memang membaik dan itu membuat nafsu makannya meningkat. Dirinya hanya tidak tahu kalau keram perut akan sesakit ini hanya karena dirinya terlalu banyak makan.

Wajah Lakhsya pucat dan titik-titik keringat semakin bermunculan. Bibirnya terus merintih sakit sampai Cala menginjeksikan obat melalui pembuluh darah pada lipatan sikunya. Menimpa beberapa jejak yang lain.

Si Lumpuh Kesayangan Nona Cala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang