3.9 Demi Lakhsya

1.1K 53 2
                                    

Mungkin sudah lebih dari empat jam atau bahkan lima, Cala masih belum puas untuk mundur dari kursi kerjanya. Kantung matanya hitam dan menebal akibat kerasnya dirinya memaksakan diri.

"Bawakan lebih banyak. Saya mau semua informasi mengenai keluarga Santoso!"

Suaranya bahkan sudah separuh serak. Tapi sebagaimana Hambalang membangun kerajaan bisnisnya dengan kokoh, maka Cala juga demikian mewarisi setiap etos kerja kerasnya. Termasuk dalam menuntaskan segala hal yang mungkin bisa mejadi celah dalam dirinya mengakali situasinya saat ini.

Santoso Corp. Sebuah perusahaan bidang properti dan konstruksi yang cukup terpandang. Qatar Banyuaji Santoso sebagaimana yang disebutkan oleh sang opa beberapa hari lalu ternyata bukanlah seorang pewaris utama melainkan hanya putra kedua dari keluarga Santoso. Ini jelas diluar dugaan Cala, karena opa nya tidak pernah mau menerima cacat untuk calon penerusnya.

Kenapa harus pewaris kedua kalau ada Athar Biru Santoso?

Jawabannya bahkan lebih rumit dan melelahkan bagi Cala untuk dapat menguak satu celah saja dari segala kemungkinan yang ada. Tapi, setelah tiga hari berlalu dan tidak satupun pengawal maupun orang bayarannya yang mampu melacak jejak kemana opa nya membawa Lakhsya pergi, Cala menyerah. Tidak ada jalan lain selain berpura-pura menurut dan menjalani proses perjodohan memuakan yang sudah direncanakan untuknya.

Dan untuk alasan itulah Cala sampai begadang hingga kurang tidur selama beberapa hari ini.

"Nona, ini adalah semua informasi yang berhasil kami dapatkan. Semua artikel, majalah, portal berita bahkan beberapa hasil penyelidikan profesional mengenai putra sulung keluarga Santoso hanya mengarah pasa satu hal. Athar Santoso bahkan sudah mengikrarkannya sendiri. Beliau memang menolak untuk menikah."

"Tidak mungkin hanya itu... pasti ada alasan lain... kita hanya harus berhasil menemukannya." Guman Cala separuh tidak fokus. Kuku ibu jarinya sudah bergerigi akibat terus digigiti karena kegelisahannya yang belum juga menemukan jawaban.

"Bahkan sekretarisnya juga mengatakan demikian. Selama ini, sejak kembali dari pendidikan di Amerika dua tahun lalu Pak Athar tidak sekalipun dekat dengan seorang wanita. Ini tidak diumumkan di publik tapi keluarga besar sudah tahu kalau Pak Athar memang tidak berencana membangun komitmen yang serius."

"Justru itu, kenapa mereka membiarkan?" Cala masih merasakan sesuatu yang janggal disini. "Sebagai putra sulung dan berstatus sebagai pewaris utama kenapa keluarga Santoso membiarkannya bebas begitu saja? Bukannya aneh saat dia bebas padahal seharusnya bertanggung jawab atas kelangsungan penerus?"

Barbara terlihat lelah sekaligus kehabisan akal. Segala pencariannya selalu berakhir buntu.

"Apa mungkin ada sesuatu yang tidak diungkapkan kepada publik?"

"Itu mungkin saja, tapi terlalu sempit waktu yang kita miliki untuk terus berpaku pada informasi mengenai Pak Athar ini. Kenapa Nona tidak menerima dan fokus saja pada pertunangan bersama Pak Qatar? Meskipun hanya pewaris kedua, tapi jika benar kakaknya tidak berniat berkeluarga atau menikah maka seluruh warisan keluarga Santoso tetap tidak akan berpindah tangan."

Cala lantas berdecak dan melirik sinis pada sekretarisnya tersebut. "Kamu pikir saya kekurangan uang sampai memikirkan warisan keluarga Santoso yang tidak seberapa itu?"

"Lalu, kenapa Nona justru tertarik kepada Pak Athar saat jelas-kelas Tuan Besar Hambalang meminta Nona untuk menjalin pertunangan dengan adiknya?"

Sesaat hening. Suara ketukan telunjuk Cala pada tepian map berisi data diri dan informasi pribadi mengenai Athar tersebut menjadi satu-satunya suara yang terdengar. Haruskah Cala mengatakanya?

Si Lumpuh Kesayangan Nona Cala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang