2.6 Kepulangan Cala

1.5K 69 8
                                    

SATU TAHUN KEMUDIAN
.
.
.
.

15.35 Bandara LNG Bafak.
Bontang. Indonesia.

Jadwal hari ini begitu padat. Setelah malam sebelumnya Cala harus menghadiri peresmian perusahan migas yang rencananya akan diexpor ke beberapa negara di Eropa, sore ini akhirnya Cala baru bisa mendarat di Bontang.

Butuh dua kali naik pesawat sebenarnya karena bandara di kota kelahirannya ini merupakan bandara kecil dan mobilitas seperti ini sudah menjadi keseharian bagi dirinya. Pengumuman landing sudah terdengar dan Cala hanya perlu sedikit merapihkan rok sepannya yang kusut selama dirinya melakukan reading proposal yang akan segera dibahasnya begitu tiba di perusahaan nanti.

Ya, setelah melakukan perjalanan bisnis selama 18 belas hari, Cala masih harus menghadiri pertemuan bersama para penanggung jawab divisinya sepulang nanti. Masih cukup lama daftarnya untuk bisa segera pulang dan mengistirahatkan tubuhnya yang redam.

"Bacakan jadwal saya selanjutnya"

Barbara— wanita keturunan Indo-Prancis disisinya yang sejak satu tahun belakangan menjadi asiaten pribadinya tampak mengetuk layar tablet yang memang selalu dibawanya kemana-mana. "Anda memiliki jadwal meeting bersama tim divisi satu, selanjutnya melakukan penyisiran proposal yang sudah diseleksi bagian HR. Lalu ada janji bertemu dengan Pak Anwar dari Law firm dan baru setelahnya bisa pulang ke mansion."

"Batalkan janji bersama Pak Anwar. Alihkan ke jadwal pertemuan selanjutnya." Cala tidak merasa perlu untuk menoleh Barbara saat mengatakannya. "Dan buatkan janji bertemu dengan dokternya Lakhsya untuk besok siang."

"Baik. Ada lagi?"

"Cukup. Pastikan semuanya berjalan tepat waktu karena saya harus sudah di rumah pukul lima nanti."

Barbara mencatat dan mengintruksikan untuk memberi pengaturan yang sesuai. Langkahnya terayun lebar mengikuti Cala yang bergegas turun. Bagasi mereka akan langsung diurus supir sementara mereka sudah harus mengejar jadwal berikutnya.

Keduanya berjalan cepat dan langsung dikenali bagian bandara untuk diarahkan pada jalur VIP. Cala hanya menanggapi sapaan sekedarnya lalu kembali bergegas menuju mobil jemputan yang menunggu. Langkahnya mendekati bagian pintu belakang yang langsung dibukakan dan tatapannya memicing seketika.

Disana— dikursi bagian penumpang yang sengaja diturunkan sandarannya, ada Lakhsya yang meringkuk nyaman. Sepertinya tertidur karena kelelahan menunggunya.

"Siapa yang membiarkannya ikut?"

Seorang lelaki berseragam perawat tampak buru-buru menjelaskan, "Maaf Nona Cala, saya sudah berusaha melarang tapi Tuan Muda tetap bersikeras untuk ikut menjemput. Tuan Muda bilang sangat merindukan Nona Cala."

Cala hanya diam menatap tubuh ringkih kesayangannya dihadapannya. Lakhsya yang terkulai seperti ini benar-benar membuatnya lemah. "Ada lagi?"

"Tidak ada Nona. Pagi ini Tuan Muda juga menghabiskan menu sarapannya. Sama sekali tidak muntah."

Itu berita bagus setelah dua hari lalu Cala hampir saja menyiapkan penerbangan darurat karena Lakhsya yang terus saja memuntahkan makanannya. Dokter sudah memeriksa, itu adalah masalah pencernaan dan tidak cukup serius untuk dilarikan ke rumah sakit mengingat di mansion pun peralatan medis yang tersedia cukup lengkap.

Hembusan napas Cala berangsur memelan. Tatapannya melembut seketika. Betapa rindunya dia pada laki-laki dihadapannya ini. Lalu tatapannya menoleh Barbara, "Batalkan semua jadwal hari ini, setelah ini saya akan langsung kembali ke mansion. Untuk lebih lanjutnya akan kita bahas melalui conference meeting."

Si Lumpuh Kesayangan Nona Cala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang