4.2 Pertunangan Cala

1.2K 48 2
                                    

Suasana formal bergaya makan malam Eropa tampak lekat dari setiap kursi yang terisi mengitari meja oval besar tersebut. Tidak kurang ada sepuluh kursi disana, masing-masing sudah terisi tepat saat kepala koki menyajikan hidangan pembuka.

Cala adalah satu-satunya yang terus diam selama acara makan malam tersebut berlangsung. Ini bukan acara biasa melainkan pertemuan dua keluarga besar guna membahas rencana pertunangan yang lebih lanjut.

"Akhirnya... pertemuan ini terjadi juga. Sudah lama kita merencanakan ini, tidak disangka meski terpisahkan puluhan tahun kita bisa juga menjadi besan"

Hambalang tampak sama puasnya, balas menatap Martaji sebagai kepala keluarga Santoso tersebut dengan bangga. "Memang penilaian orang tua yang paling bagus. Mau bagaimanapun anak muda berencana, mata tajam kita tetap bisa membaca segalanya."

"Tentu... tentu..." lalu tawa dua keluarga kembali menggema. "Calon cucu menantuku benar-benar cantik malam ini. Tidak salah kalian menjaganya selama ini dari publikasi."

Cala enggan menanggapi seandainya sang Opa tidak memandangnya tajam. Sebuah senyum tipis diberikannya. Siapa yang menyangka bahwa apapun yang Cala kenakan malam ini tidak lepas dari pengaturan sang Opa.

"Cala memang sangat cantik, diusianya yang begitu muda sudah mampu memimpin Tahir Coal BaraIndo dengan begitu hebat." Salah satu wanita yang duduk menggamit Martaji tampak menatap dengan senyuman lebar. "Tapi, tidak sepenuhnya benar kalau si cantik ini luput dari pemberitaan media. Beberapa teman arisan saya sempat membahasnya, tentang pertunangan Cala dengan seorang Brotowiryo. Apa berita itu benar?"

Hambalang langsung berdehm terkejut. Tatapan tajamnya kembali tertuju pada Cala, mengingatkan tentang apa yang akan terjadi seandainya Cala dengan sengaja memancing situasi demi menggagalkan rencana perjodohan tersebut.

Berbeda dengan Cala yang tampak menyembunyikan senyum miringnya. Seharusnya berterima kasih karena berkat salah satu kerabat Santoso ini makan malam membosankan ini menjadi lebih menarik. "Oh, Tante juga mendengar berita itu? Saya sedikit terkejut tapi... teman arisan? Apa ini kelompok arisan yang sama seperti yang sebelumnya sempat masuk akun gosip? Saya bahkan mendengar beberapa anggotanya digiring ke BNN."

Semua orang tampak terkesiap mendengar hal tersebut. Kali ini gantian Martaji yang tampak mengingatkan salah seorang cucu menantu di keluarganya tersebut. "Sudahlah... memang apa gunanya membahas masalah yang sudah berlalu. Ada hal yang lebih penting untuk kita bahas saat ini. Bukan begitu?"

"Tentu. Masalah pertunangan dua penerus cucu kita lebih penting dari gosip murahan semacam itu." Hambalang menyambutnya dengan persetujuan. Lagipula tidak ada yang bisa menjamin sampai di batas mana sikap penurut yang akan Cala tunjukan.

Sebaiknya mereka tidak mengujinya lebih jauh mengingat rencana besar dua keluarga yang hampir menuju kesuksesan. Memberikan pewaris bagi dua keluarga adalah yang utama.

Sementara itu, tanpa mereka sadari Cala melirik lelaki disisinya yang tampak sama bosannya dengan dirinya. "Sepertinya ada kesalahpahaman disini. Saya tidak mau bertunangan."

Lalu kepala-kepala tertoleh pada Cala dengan beragam ekspresi. Cala mengulas senyum tipis, terutama pada Hambalang yang menatapnya waswas.

"Cala?" Handri tampak menegurnya lirih.

Satu yang semua orang tidak tahu, bahwa mengendalikan Cala adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan. Cala tidak mengenal takut apalagi kalau itu hanya perihal harta dan kekuasaan. Beruntung saja sisi manusianya menjatuhkan hati pada Lakhsya sehingga kali ini Hambalang bisa menegaskan keinginannya. Meski tidak lebih dari sekerar kompromi dan kesepakatan.

"Cala, kamu sudah berjanji pada Opa."

Dan Cala mengangguk, "tentu, dan aku masih mengingatnya dengan jelas."

Si Lumpuh Kesayangan Nona Cala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang