3.2 Sweet Dream Lakhsya

1.8K 76 16
                                    

Malam harinya Lakhsya demam. Sistem imunnya langsung menurun setelah mendapatkan suntikan pelumpuh pada tulang belakangnya dan hal tersebut diperburuk dengan tekanan stres yang Cala berikan.

"Sweet prince..." lirih Cala. Tangannya kembali menangkup sisi leher untuk merasakan sendiri suhu tubuh kesayangannya yang meninggi.

"Nona Cala," suster Emy melirik pada ponsel pribadi Cala yang terus berdering. "Pelayan menitip pesan kalau Nona Barbara ada di bawah. Beliau menunggu."

"Abaikan saja. Saya tidak menerima panggilan atau bekerja selama Lakhsya sakit."

Tahu untuk tidak banyak bicara, sebagai satu-satunya yang diizinkan mengakses masuk kamar Lakhsya akhirnya suster Emy diam. Kembali pada posisinya yang siaga ketika akhirnya Cala membutuhkan bantuan atau memberikan perintah-perintah kecil sementara sang Nona sendiri yang turun tangan merawat juga mengurusi Lakhsya.

"Demam nya bisa lebih buruk dan dia tidak boleh sampai kejang atau kondisinya bisa memicu serangan jantung." Cala mulai merasa bahwa sudah cukup untuk menyiksa Lakhsya. Tubuhnya terlalu lemah dan Cala akan membantunya lebih baik dengan suntikan obat.

Stein obat ada diatas troli yang sudah disiapkan Emy, Cala meraih satu tabung dan menyiapkan suntikan. Kali ini mengambil dosis yang lebih tinggi dan melebihkan beberapa cc dari ambul yang biasa diberikan.

"Ini morphin sweet prince, dengan ini kamu akan lebih baik. Nggak akan merasakan sakit..."

"Sshh—aakh..." desisan Lakhsya terdengar sebelum detik berlalu dan lenguhan-lenguhannya memudar. Tubuh Lakhsya melemas dan terkulai tampa daya.

"Istirahat lagi sampai sembuh, Kakak akan disini merawat kamu."

Lakhsya tidak lagi bergerak. Suster Emy yang menyksikan bagaimana Cala hanya terus menyuntikan morphin atau bius dosis tinggi kepada Lakhsya hanya bisa menahan dalam diam. Betapa kasihan Tuan Mudanya.

"Kamu boleh keluar sekarang. Jangan masuk sebelum saya sendiri yang memanggil."

"Baik, Nona."

Cala menelusupkan lengan dibawah leher Lakhsya, mengangkatnya sedikit untuk bisa meloloskan kaus yang dikenakan oleh kesayangannya tersebut. Sekarang Lakhsya sepenuhnya polos selain celana dalam yang memang Cala sisakan. Diapers Lakhsya sudah diganti sore tadi agar tidurnya lebih nyaman.

Sebelumnya suster Emy sudah membantunya untuk mendekatkan monitor vital yang terhubung dengan lilitan kabel elektroda ke sisi ranjang. Cala menekan tombol on dan mulai memasangkannya pada dada Lakshya yang terbuka.

Dada Lakhsya terentak lemah saat Cala mulai melekatkan elektroda tersebut dibagian dada. Sengatan listriknya cukup mengejutkan. Mungkin saja Lakhsya merasa kesakitan, tetapi justru Cala senang ketika mendapati tubuh kesayangannya yang sensitif meresponnya.

"Pakai ini dulu ya, sweet prince. Kakak janji setelah ini kamu akan baik-baik saja."

Tubuh Lakhsya tidak lagi bergerak-gerak, memudahkan Cala hingga semua elektroda tersebut terpasang sempurna. Cala beralih menyalakan monitor diatas nakas, lalu bunyi interval vital Lakhsya segera saja memenuhi ruangan.

Beeeep.... beeeep.... beeeeep....

Terakhir, Cala memasangkan oxymeter pada ujung telunjuk tangan kanan Lakhsya. Dipandanginya wajah pucat juga berkeringat Lakhsya, pemandangan favoritnya selama dirinya hidup. Napas Lakhsya memberat tetapi Cala memilih membiarkan.

Cala sudah memberikan morphin dengan dosis tinggi tadi, jadi setidaknya... Cala akan membiarkan yang satu ini.

"My favorit sweet prince..." gumam Cala dengan tangan membelai wajah Lakhsya.

Si Lumpuh Kesayangan Nona Cala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang