2.5 Dongeng Pengantar Tidur

1.9K 72 7
                                    

Beeep.... beeep... beeeep...

Deru konstan dari monitior vital menunjukan kondisi normal.

"Putri Anna berteriak, 'jangan sentuh pangeran ku!' Tatapannya sedingin es saat melecutkan cambuk api. Para pelayan istana langsung mati ditempat dengan darah berceceran."

Nit-nit-nit- tiiiiit.... tiiiiit...

"Lalu sang putri menarik tubuh pangerannya yang sudah kaku dan dingin. Kulitnya memucat dan bibirnya biru." Cala mengulum senyum saat merasakan tubuh Lakhsya yang terbaring dalam pelukannya menunjukan reaksi tegang dan gemetar. "Ternyata Putri sudah sangat terlambat untuk menyelamatkan sang Pangeran. Tubuhnya sudah kaku, wajahnya pucat seperti mayat, matanya melotot keluar separuh dan..."

Narasi monolog tersebut terhenti karena deru monitor vital yang semakin rapat. Bunyi beeep dengan cepat digantikan menjadi tiit-tiit yang memiliki interval cepat. Itu jelas sebuah peringatan dari vital Lakhsya, baik deru napas, detak jantung dan pengaruh impuls kesadarannya.

Tiit-tiit-tiit-tiit-tiit...

Tiit-tiit-tiit-tiit-tiit...

Bibir pucat Lakhsya gemetar dan bola matanya mulai menggelinjang tidak menentu karena serangan panik. Ini bukanlah kali pertama dan Cala tidak merasa panik untuk mengambil tindakan penetralan. "Sweet prince, hei... dengar Kakak kamu nggak perlu takut... ada Kakak disini."

Karena tidak kunjung mendapatkan kesadaran dari Lakhsya, Cala menyingkirkan buku bacaan dipangkuanya untuk bergerak lebih dekat. Ditariknya turun masker oksigen Lakhsya lalu menunduk dan mendekatkan bibir. Disesapnya bibir pucat tanpa warna milik kesayangannya tersebut hingga perlahan-lahan entakan di tubuh Lakhsya membaik.

Bola mata Lakhsya bergulir lambat dan segera Cala menyatukan ujung hidung untuk membantu Lakhsya kembali pulih. "Jangan tidur dulu karena ceritanya belum selesai." Cala mengecup kedua kelopak mata Lakhsya yang mengerang. "Kamu sudah janji mau mendengarkan sampai selesai malam ini."

Bibir Lakhsya yang terkatup terbuka. Cuping hidungnya melebar dan Cala segera mengembalikan masker oksigen sebagai alat bantu pernapasan Lakshsya. Kondisi paru-parunya memang masih cukup lemah sehingga belum mampu untuknya bernapas secara mandiri.

"Hnggh... hnggh... hngg... hngh...."

Dada Lakhsya yang dutempeli pad EKG bergerak naik turun cepat. Cala hanya perlu mengelusnya sebentar dan tidak lama kondisi kesayangannya tersebut membaik.

Tiit-tiit-beeep... beeep... beeep...

Beeep... beeep... beeep... beeep...

Alat pendeteksi vital kembali mencapai angka normal meski berada di batas terbawah. Dan Cala tahu bahwa ini adalah saatnya menyelesaikan cerita pengantar tidurnya. Sebuah cerita dongeng dengan judul 'Putri Es dan Pangeran Lembah Peri'.

"Setiap Kakak pulang, Kakak akan bacakan satu lembar tapi karena ini bagian paling menariknya bagian terakhir... jadi kamu harus dengarkan sampai selesai. Oke?"

Karena Dokter Vio mengatakan otak Lakhsya sudah banyak mengalami perkembangan, itu berarti kesayangannya ini sudah mulai mengerti. Tidak seperti malam-malam sebelumnya saat dirinya seringkali membacakan cerita pengantar tidur kepada Lakhsya yang hanya mampu berbaring dengan segala peralatan medis yang melekat sementara kesadarannya justru hilang timbul.

Sweet prince nya ini memang sedikit penakut, tapi Cala senang setiap kali mendapati ekspresinya yang ngeri atau bergetar dengan keringat dingin setelah mendengar ceritanya.

Malam ini lebih spesial lagi karena Lakhsya bahkan menunjukan perubahan detak jantung dan respon kondisi vitalnya semakin menunjukan bahwa otaknya sudah muali pulih. Lakhsya mengenalinya dan mulai memahami lingkungan sekitar. Tentu saja termasuk merespon dan menanggapi impuls yang masuk oleh alat indra.

Si Lumpuh Kesayangan Nona Cala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang