4.7 Peringatan dari Cala

1.1K 41 2
                                    

"Uh! Bau apa ini?"

Astari yang mendengar keluhan spontan tersebut hanya bisa melirik kepala pelayan disisinya. Pagi-pagi sekali, dirinya baru bisa menuju kediaman utama setelah semalaman kehilangan kesadaran akibat mendapatkan amukan dari Cala.

Bahkan dalam keadaan pergelangan kaki bengkak juga plester di pelipisnya, Astari tetap datang setelah benar-benar membersihkan jejak di paviliun sebelumnya.

"Ini karena kamu menaikan suhu ruangannya, baunya jadi sulit tersamarkan."

"Ya?" Kepala pelayan masih belum menyadari keadaan Lakhsya.

Astari sedikit menekan langkah yang tertatih untuk masuk. Sedikit kesal karena kepala pelayan bahkan menguncikan ruangan dari luar dan meninggalkan Lakhsya yang sakit sendirian tanpa pengawasan.

"Apa kamu mengganti pakaian Tuan Muda?" Astari langsung menghela napas panjang begitu mendapati Lakhsya yang terbungkus selimut masih dengan piyama kusutnya. "Kalian bahkan tidak memakaikannya diapers."

"Diapers?" Kepala pelayan terdengar sedikit terkesiap. "Saya belum pernah bertemu Tuan Muda sebelumnya dan tidak tahu. Apakah Tuan Muda penyandang disabilitas?"

"Tidak—" belum. Tetapi Astari hanya mampu mengatakannya dalam diam. "Tuan Muda Lakhsya hanya menderita sakit dan itu menyebabkan imun tubuhnya lemah. Dalam kondisi lemah seperti ini, saya biasanya menggunakan diapers atau kateter untuk mengatasi hal-hal dasar."

Dan sadarlah kepala pelayan setelah Astari menyebut hal-hal dasar. Selimut disingkap dan wanita paruh baya tersebut sampai melangkah mundur karena sangat terkejut. Raut wajahnya mengkerut dan terlihat tidak nyaman.

Lakhsya membuat kubangan kotoran diatas pembaringannya.

"Astaga... kotorannya sampai kemana-mana!"

Hanya Astari yang tampak tenang. Bergerak menggulung selimut dan membebaskan tubuh Laksya dari kungkungan. "Sudah jadi begini, apa kamu hanya akan melihat saja?"

Ads canggung yang kemudian berubah menjadi deheman berat. "Perintah yang saya terima hanyalah sampai menyediakan tempat. Saya... saya tidak harus melakukan pekerjaan kotor seperti ini."

"Kalau begitu keluar. Karena kamu tidak bisa membantu, maka setidaknya jangan mengganggu."

Tanpa diminta dua kali, kepala pelayan langsung berbalik dan berlalu pergi. Helaan napas Astari terdengar memelan. Sedikit iba dengan keadaan Lakhsya yang sangat menyedihkan.

Terbaring lemah dengan kubangan kotorannya tanpa benar-benar diinginkan oleh siapapun.

"Kamu malang sekali, Nak..." lirih Astari. Sejujurnya sudah sejak lama dirinya menaruh kasihan kepada Lakhsya. "Sejak kecil kamu dipisahkan dari Ibu mu. Lalu... menjadi budak obsesi dari Nona Cala."

Astari melepaskan lingkupan masker oksigen pada wajah Lakhsya. Bahkan kepala pelayan tidak mau repot-repot memeriksa dan entah sudah berapa lama gas oksigen tersebut mencapai limit. Saat ini gas nya bahkan sudah benar-benar habis. Malang sekali Lakhsya harus menahan pengap dari bekapan masker tanpa semburan gas oksigen tersebut.

Pakaian Lakhsya dilepaskan dan Astari sendiri yang membantu memakaikan diapers celana juga menyeka tubuh Lakhsya. Selanjutnya mengangkat tubuh ringkih tersebut untuk dipindahkan ke sofa sementara pelayan datang dan mengganti ranjang.

Tubuh Lakhsya yang meringkuk diselimuti dan kesadarannya yang perlahan kembali membuat Astari mendekat. "Apa Tuan Muda sudah bangun?"

Cuping hidung Lakhsya melebar ketika mencoba untuk berbicara. Bibirnya bergerak-gerak dan matanya menyorot lemah.

Si Lumpuh Kesayangan Nona Cala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang