4.9 Tidak Bergerak

3.8K 72 4
                                    

"Ini sudah terlalu larut untuk berkunjung," Athar melirik jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukan lebih dari tengah malam. "Ini pukul satu pagi, Cala."

"Aku sudah tidak bisa menunggu lagi."

Mobil berhenti di halaman mansion utama kediaman keluarga Tahir. Salahnya karena sampai kehilangan kesempatan untuk langsung menodong sang opa mengenai pemenuhan janji kesepakatan mereka. Acara resepsi baru benar-benar berakhir pukul sebelas malam dan acara ramah tamah adalah satu-satunya yang menahannya lebih lama.

Itu juga karena sebagian besar klien dan kolega penting yang tinggal untuk menyapanya secara langsung. Cala akui trik yang Hambalang lakukan terbukti mampu membuat Cala tinggal lebih lama sampai kehilangan kesempatannya. Belakangan Cala baru menyadari kejanggalan dari semuanya. Sejak awal harusnya dirinya sudah menyadari bahwa tidak pernah ada tindakan tanpa alasan yang mungkin Hambalang lakukan.

Dua tahun terakhir, Cala adalah orang yang bertanggung jawab dalam urusan baik dalam maupun luar perusahaan. Dan hal tersebut termasuk ramah tamah bersama para kolega penting. Ternyata itu hanyalah akal-akalan sang opa untuk menyibukannya dengan harapan mampu mengalihkannya dari Lakhsya.

Sayangnya semua itu tidak akan pernah mungkin terjadi. Selamanya, Lakhsya adalah tujuannya. Keinginan terbesarnya yang mustahil Cala singkirkan.

"Cala—"

Terlambat. Cala sudah lebih dulu membuka pintu mobil bahkan sebelum pelayan yang datang untuk membukakannya. Langkahnya terayun cepat tidak peduli lampu utama mansion bahkan sudah dimatikan.

"Nona Cala, ada apa selarut ini—"

"Minggir." Dan Cala mendorong petugas keamanan tersebut untuk menyingkir dari jalannya. Cala tidak memiliki waktu mengurusi mereka. "Sampaikan kedatanganku pada Opa."

"Tuan Besar sudah berada di kamarnya untuk beristirahat."

Bukan pengawal atau petugas keamanan yang mengatakannya, melainkan Astari. Wanita yang Cala kenali sebagai tangan kanan sang opa tersebut muncul dari cahaya redup diujung tangga. Melangkah turun dengan gerakan pelan sementara tatapannya mengunci Cala ditempatnya.

"Siapapun yang menghalangi saya untuk bertemu dan berbicara pada Opa, tidak akan saya biarkan." Lalu tatapan Cala melirik kaki kanan Astari yang telah pulih dan tidak lagi pincang seperti yang terakhir kali. "Dalam kasusmu, sepertinya kamu mulai bosa berjalan dengan dua kaki."

Tidak seperti pelayan lain, karena memang Astari bukanlah pelayan biasa dengan kedudukan rendah. Seseorang yang akan dengan mudah Cala buat gentar hanya dengan ancaman berupa kalimat remeh semacam itu. Astari tidak bergeming dan justu mengulas senyum tipis.

"Kebetulan sekali saya berada dianak tangga saat ini. Mungkin Nona Cala ingin sedikit bernostalgia?"

Wajah Cala langsung mengeras. Senyum culasnya pudar dan giginya saling bergemelatuk. "Pelayan rendahan!"

"Saya bekerja sebagai asisten pribadi yang dipercayai langsung dibawah Tuan Besar Hambalang Tahir. Jadi, bisa dipastikan bahwa posisi saya berbeda dengan para pelayan yang Nona sebutkan rendahan itu."

"Pelayan atau bukan, kalau saya meminta nyawamu pada Opa maka itulah yang akan terjadi!" Geram Cala. "Sekarang cepat menyingkir dari jalan saya atau saya tidak akan segan dan menahan diri lebih dari ini!"

"Nona tahu kalau Nona tidak akan pernah bisa memaksakan kehendak kepada Tuan Besar. Jadi, saya hanya memberikan saran agar Nona lebih bersabar dan menjaga sikap. Itupun jika Nona masih menginginkan Tuan Muda kembali."

Cala jelas sudah berada diambang batas kesbarannya. Kedua tangannya mengepal dan seandainya saja Astari masih menyayangi nyawanya maka seharusnya asisten Hambalang tersebut diam atau nyawanya bisa saja melayang malam ini.

Si Lumpuh Kesayangan Nona Cala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang