4.0 Kesepakatan

933 42 0
                                    

Tit-tit-tiiiiiiiiiiit—

Beep—tiiiiiiiiit—

Tubuh Lakhsya diantara lilitan kabel elektroda mengentak pelan sebelum kembali terkulai dan kini kehilangan detak jantungnya. Monitor vital pasien disisi ranjang berdengung dengan kedip emergency.

"Code blue!"

"Shock cardiogenic!"

Decit roda dari pendorong Electrocardiograf mendadak bising di ruangan yang selama beberapa hari ini senyap. Kondisi Lakhsya terus mengalami penurunan dan tanpa doping suplemen obat yang selama ini selalu Cala berikan, perkembangan tingkat kesadaran Lakhsya bisa dikatakan mencapai nol persen.

Perawat yang bertugas jaga langsung menyingkirkan selimut sementara satu lainnya datang bersama dengan Astari. Sebagai satu-satunya dokter yang berwenang, Astari bergegas meraih stetoskop. Ditekannya ujungnya pada dada Lakhsya.

"Cargh defib! 200 joule."

Desing mesin kejut jantung tersebut terdengar. Pengisian daya selesai dilakukan dan Astari segera meraih pad untuk diposisikan pada dada Lakhsya yang terbuka.

"200 joule, clear!"

Dugg—dug...

Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit—

Dada Lakhsya yang kurus mengentak keras untuk beberapa saat. Kedua lengannya terkulai dan lehernya yang sempat tegang kembali mengentak pada ranjang besarnya. Tidak bergerak.

Kantung ambu bag dipompa pada lingkupan wajah Lakhsya yang pucat. Grafik monitor masih menunjukan garis lurus konstan. Wajah-wajah para perawat menatap tegang. Keringat mengaliri pelipis Astari yang juga sama tegangnya.

"Masih belum. Cargh defib 300 joule. Clear!"

Dug—dug...

Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit—

Sekali lagi pengisian daya dilakukan. Pad ditekan pelan dan tubuh lemah Lakhsya mengentak dengan suara menyakitkan. Dua tanda kemerahan dari pad defibrilator tercetak jelas, Astari kemudian melemparkan alat tersebut untuk memberikan kompresi jantung.

"Bernapaslah... bernapaslah..." rapal bibir Astari sementara dua tangannya yang disatukan mulai melakukan kompresi atau pijat jantung. Tekanan konstan diberikan bergantian dengan pompa oksigen menggunakan kantung ambu.

"B—bagaimana ini..."

Astari tidak sama sekali melirik keluhan penuh gelisah dari seorang perawat. Fokusnya saat ini adalah untuk mengembalikan detak jantung dan napas Lakhsya yang menghilang.

"Kita lakukan sekali lagi," Astari menghembuskan napasnya yang berat. "Cargh 350 joule, clear!"

Dug... dug...

Dada kurus Lakhsya melengkung keras. Beberapa saat kembali megentak dan berakhir terkulai lemah.

Tiiiiiiiiiiiiiiit—tiit tiit tiit tiit...

Beeep... beeep... beeep...

"Tuan Muda kembali!"

"Syukurlah..."

Bersamaan dengan monitor vital yang menunjukan grafik naik turun detak jantung Lakhsya, tubuh Astari melorot jatuh. Napasnya putus-putus karena tertekan juga rasa takut yang begitu besar. Hampir saja mereka kehilangan Lakhsya dan itu dibawah pengawasannya.

Kalau sampai kejadian mengerikan tersebut terjadi, maka tamatlah sudah segalanya. Bukan hanya nyawanya yang melayang tapi trah penerus keluarga Tahir juga pasti akan hancur. Sangat mungkin bagi Cala untuk memilih mati dan mengikuti Lakhsya.

Si Lumpuh Kesayangan Nona Cala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang