1.6 Menemui Mama

2K 94 34
                                    

2 minggu berlalu dengan begitu cepat. Setidaknya itu adalah apa yang Cala rasakan sementara bagi Lakhsya, dua minggu ini berjalan dengan sangat lambat.

Lakhsya sudah dikeluarkan dari dalam tabung kaca dan kini siap menempati bangsal rawat biasa. Selama dua minggu belakangan kesadaran Lakhsya terus dibuat menurun hingga benar-benar dibiarkan tidak dalam keadaan sadarkan diri sepenuhnya.

"Sebelum dipindahkan saya mau kalian memasangkan ventilator."

"Ventilator?" Salah satu perawat yang berjaga bertanya separuh terkejut untuk memastikan. "Tapi Tuan Muda tidak membutuhkan ventilator untuk membantunya bernapas, Nona."

Tatapan Cala sendiri yang begitu datar semakin menusuk dingin. Dirinya tidak pernah suka gagasan kalau orang lain yang menangani Lakhsya selain Dokter Vio. Mereka terlalu cerewet dan tidak berguna.

"Membutuhkan atau tidak, saya yang putuskan. Dan saya tidak sedang bertanya tetapi saya perintahkan kalian untuk memasang ventilatornya sebelum dia dipindahkan."

Perawat lain yang lebih senior jelas mengerti bagaimana pengaruh Cala dan perintahnya pada rumah sakit ini. Sehingga tanpa banyak membantah atau bertanya, dirinya segera menyanggupi.

"Akan saya pasangkan ventilatornya."

Cala mengangguk tanpa memberikan apresiasi apapun. Dirinya terlanjur sudah merasa kesal. Inginnya sekarang adalah secepatnya memindahkan Lakhsya dari ruangan intensif ini agar bisa dirinya pandangi sesuka hati. Kekesalan Cala ini bermula dari beberapa peraturan ketat yang tetap sulit dilonggarkan meski dirinya menyandang nama Tahir sekalipun.

Ruangan intensif ini sangat dibatasi. Awalnya Cala sama sekali tidak merasa keberatan sama sekali akan hal tersebut, tetapi ketika beberapa kali diberikan peringatan meski dengan bahasa yang halus sekalipun, Cala merasa muak.

Toh, lagipula izin pengurusan tabung kaca tersebut sudah berhasil dirinya dapatkan. Satu unit tabung kaca dengan spesifikasi terbaru sedang dalam pengiriman dari negara asalnya, Jerman menuju kediaman pribadinya. Memang setelah Lakhsya sehat kembali, dirinya tidak akan membawanya pulang ke mansion sang Papa melainkan memboyongnya ke mansion pribadinya.

Baru-baru ini Cala memang sedang mengurus beberapa properti dan sang Opa sudah setuju untuk Cala mulai belajar hidup mandiri meski masih dalam pantauan asisten Opanya tersebut. Setidaknya selama nilai akademis dan juga beberapa tuntutan pencapaian sang Opa berhasil dirinya pertahankan, semua peraturan yang ada masih bisa dirinya akali. Termasuk dengan menjaga Lakhsya disisinya.

"Nona Cala, saya akan mulai."

Cala mengerjap lambat sebelum akhirnya mengedik pelan kearah tubuh Lakhsya, "lakukan saja dan jangan berpikir untuk meminta saya keluar. Saya akan menunggu dan mengawasinya disini."

Tidak ada bantahan. Perawat tersebut mulai mempersiapkan peralatan termasuk selang dan infuibasi tube yang akan dimasukan kedalam mulut hingga saluran tenggorokan Lakhsya. Posisi tubuh Lakhsya sudah disesuaikan dengan leher dan bagian kepala sedikit diangkat. Prosesnya berjalan cepat sampai selang panjang tersebut berhasil dimasukan sepenuhnya hingga nembuat mulut kesayangannya tersebut penuh oleh alat bantu pernapasannya.

"Setelah ini, saya mau dia segera dipindahkan."

Perawat yang bertugas kemudian saling memandang dalam diam, "Nona, karena pasien menggunakan ventilator sekarang maka kami menyarankan untuk dipasangi selang NG Tube. Fusngsinya adalah untuk menyalurkan nutrisi kedalam lambung alih-alih menggunakan infus nutrisi karena pembuluh darah di punggung tangannya sudah mulai membengkak."

Tatapan Cala jatuh pada punggung tangan Lakhsya yang pucat. Memang benar ada sisa kebiruan disana dan sudah jelas itu adalah pembengkakan akibat terlalu lama menggunakan jarum infus atau terlalu sering mendapat suntikan tambahan.

Si Lumpuh Kesayangan Nona Cala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang