4.8 Tahir-Santoso

962 50 6
                                    

Satu Bulan Kemudian
.
.
.

Satu bulan. Itu adalah waktu paling singkat untuk mempersiapkan segala pesta megah dengan mengundang banyak pengusaha-pengusaha terkemuka baik dalam negeri maupun kolega kedua keluarga di luar negeri.

Acara pemberkatan dilakukan pagi ini di gereja dan baru resepsi yang mengundang tema internasional wedding di salah satu hotel berbintang Jakarta. Segalanya serba mewah. Penataan ruang, desain pelaminan hingga aula dansa pengantin yang bertabur kristal juga bunga beralaskan kaca penuh gemerlap.

"Tidak diragukan lagi, ini adalah pernikahan abad ini!"

Stage VVIP penuh oleh kelakar saling membanggakan acara megah tersebut. Beberapa pengusaha kelas kakap berkumpul dalam meja oval panjang dengan uap cerutu bertumbukan.

"Benar! Bahkan cucuku sampai kesal membujuk Ricaed Lee. Aku sampai berpikir usahanya tutup karena menolak klien... ternyata Pak Martaji membayarnya eksklusiv selama dua bulan ini. Benar-benar perencanaan yang matang."

Pamor dari desainer ternama Ricard Lee memang tidak diragukan. Kliennya seputaran selebritis kelas atas dan beberapa pejabat penting negara. "Bukan main... aku dengar dari isrriku harga satu potong pakaiannya mencapai milyaran."

Tawa keras saling bersahutan. Sementara Hambalang yang duduk di bagian kepala meja hanya memangku kaki dengan kepul cerutu panjangnya, menikmati bagaimana semua orang memuji kemegahan acara.

"Pernikahan klan Tahir dan Santoso tentu saja harus melibatkan segala sesuatu yang eksklusiv. Mereka akan menjadi pilar kejayaan kita di Bontang!"

"Benar... benar."

Lampu utama meredup digantikan dengan kilap kristal-kristal yang digantungkan di langit-langit ruangan hall besar tersebut. Gemerlapnya menyerupai taburan bintang yang sempurna seolah nyata. Beberapa tamu undangan yang terpukau terus memuji betapa megah resepsi pernikahan antara Tahir dan Santoso tersebut.

Hal yang semakin menambah rasa bangga di dada Hambalang.

"Lihat itu, mereka bagaikan raja dan ratu yang begitu serasi. Benar-benar visual yang sempurna!"

Letak stage VVIP memang berada di selasar balkoni lantai dua. Dan dari tempat mereka saat ini duduk, terlihat jelas bagaimana langkah anggun Cala bersama dengan Athar yang memulai prosesi dansa pertama. Decak kagum kembali berdengung saat musik pertama terdengar.

Senyuman Hambalang melebar. Dadanya penuh akan rasa kemenangan. Bukan hanya karena kesuksesan acara tersebut dan pujian dari pada rekan juga kolega perusahaannya tapi juga kemenangan atas persetujuan Cala.

Sekeras kepala apapun cucunya tersebut, Hambalang sudah terlalu licin untuk dikelabuhi. Butuh seratus tahun lagi bagi Cala untuk bisa membaca langkahnya. "Pasangan yang sempurna dan setelah ini, tugas mereka adalah melahirkan pewaris untukku. Hahaha..."

"Tentu saja! Para bibit unggul pastinya akan lahir dari pasangan yang sangat diberkati itu!"

Tawa Hambalang hanya terdengar semakin keras saja. Benar! Mereka berdua adalah pasangan yang paling diberkati. Lalu dipenghujung usianya, Hambalang sudah membayangkan betapa membanggakannya menunggu para cucu buyutnya lahir dan bertumbuh.

Mereka akan mewarisi segala kesuksesannya. Sebuah prestasi yang ditunggunya hanya untuk semakin memperbesar nama Tahir. Hambalang berharap bisa meniknati kemenangannya ini lebih lama lagi.

Si Lumpuh Kesayangan Nona Cala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang