3.7 Kesalahan Fatal

1.5K 44 0
                                    

Suara 'Beeep' berderap dalam interval konstan terus bersahutan. Lakhsya masih belum mengenakan apa-apa selain bagian bawah yang terlingkupi selembar selimut tipis. Sementara bagian atasnya dibiarkan terbuka, hanya ditambahi dengan lilitan elektroda juga spuit EKG dibagian dada kirinya.

Ada nassal canula yang melintang di hidungnya, masih belum juga cukup Cala melingkupkan masker oksigen bening pada mulut serta hidung Lakhsya. Ini adalah protokol untuk keadaan darurat karena Lakhsya sudah begitu lemah akibat dehidrasi kronis.

"Anak hebat, terus berjuang ya..." lirih Cala dihadapan tubuh Lakhsya yang tergolek tidak berdaya. Banyaknya alat yang melekat ditubuhnya menunjukan seberapa serius kondisinya kini.

Suara pintu dibuka dengan keras sedikit mengusik ketenangan Cala. Tatapannya begitu tajam tersorot pada Aditya Brotowiryo yang juga menatap sama tajamnya. "Kamu berniat membunuh seseorang dengan serangan jantung membuka pintu begitu kasar?"

"Jika ada yang mati karena alasan konyol tersebut maka itu adalah bayi cacat kesayanganmu! Sudah sangat tidak berguna dan kerjaannya merepotkan saja! Lebih baik dia memang mati saja!"

"Lancang!"

Aditya terlihat begitu frustasi karena lagi-lagi dikalahkan oleh Lakhsya yang dianggapnya bukanlah apa-apa melainkan hanya laki-laki cacat yang pantas mati. "Kalau kamu pintar dan memikirkan kelangsungan kejayaan keluarga Tahir, seharusnya kamu tinggalkan dia dan bukannya mempermalukan aku seperti ini!"

Cala berdecih sinis, "diam atau aku robek mulut sialan itu!"

Aditya sang calon tunangan potensial pilihan opa nya tersebut tampak berkacak pinggang kesal. Penampilannya yang sempurna sudah menurun akibat emosinya yang sampai menarik lepas dua kancing pada bagian kemeja dibalik scraf nya. Wajahnya begitu muram apalagi saat mengetahui yang menjadi alasan Cala membatalkan makan malam mereka tidak lain adalah karena Lakhsya. Lagi-lagi Lakhsya!

"Harus berapa kali aku bilang? Titipkan saja manusia tidak berguna ini ke panti perawatan orang-orang cacat. Kerjanya hanya menyusahkan saja!"

"Sebaiknya kamu diam kalau benar masih menyayangi nyawamu." Cala mengatakannya penuh peringatan, "dan untuk masalah perjodohan itu tidak perlu berlebihan. Aku menolaknya dan itu berarti semuanya selesai."

"Kamu- apa?!" Wajah Aditya semakin merah padam, "kamu tidak bisa menolak begitu saja! Sudah banyak kerjasama yang perusahaan kita jalin dan lagi, Papaku baru saja menandatangai kontrak puluhan milyar bersama—"

"Aku tidak peduli. Masalah pekerjaan akan selalu menjadi masalah pekerjaan buatku."

"Brengsek!" Aditya bahkan tidak segan mengumpat. "Wanita sialan kamu!"

Suara berdebum dari tendangan Aditya pada kabinet kayu begitu nyaring. Cala masih bisa bersikap tenang seandainya hal tersebut tidak mengganggu dan sampai membuat Lakhsya tersentak terkejut. Dada Lakhsya bergerak naik turun cepat, juga interval monitor pasien yang semakin kencang.

Cala menggeram kesal, "pelayan!"

Langkah berderap terdengar, lalu dua orang pelayan mendekat dengan kepala tertunduk. "Saya Nona,"

"Siapa yang mengizinkan bajingan ini masuk?" Cala melirik sebal pada Aditya, "cepat minta—"

"Persetan! Jangan bertingkah layaknya kamu seorang putri yang harus aku sembah. Mau tidak mau, kamu harus ikut aku karena para orangtua sudah menunggu!"

"Aku menolak untuk pergi dan kamu tidak bisa seenaknya memaksa!"

"Tentu saja aku bisa!" Aditya berteriak dihadapan wajah Cala.

Tatapan Cala menajam seketika. Tidak lama gestur tegangnya berubah hingga menyisakan raut tanpa riaknya. Tidak ada lagi perlawanan dan Cala membiarkan saja saat Aditya merasa menang untuk menariknya keluar.

Si Lumpuh Kesayangan Nona Cala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang