4.3 Tetap Dalam Kendali

1K 42 0
                                    

Hanya dua setengah langkah lagi dan Lakhsya sudah bisa mengalahkan target yang Dokter fisioterapinya berikan. Tapi dua kakinya yang sudah lama tidak digunakan untuk menapak tersebut sepertinya masih cukup lemah dan membutuhkan banyak pembiasaan. Karenanya, kembali tubuh Lakhsya terhuyung dan limbung pada langkah kelima.

"Tidak apa-apa... kita akan mencobanya lagi setelah break."

Bantalan khusus pasa siku dan kedua lutut mengamankannya dari cidera akibat terjatuh ataupun tergores meski hanya sesaat.

Dua orang perawat yang selalu berada disisi Lakhsya tampak memapahnya dimasing-masing lengan. Lakhsya dibantu berdiri, dan karena dua kakinya terus mengalami tremor maka Dokter yang sebelumnya memberi instruksi berinisiatif mendekatkan kursi roda.

"To—tongkat saja... tolong." Lakhsya menolak di dudukan diatas kursi rodanya.

"Nanti setelah lebih baik baru gunakan kruk, untuk sementara masih harus memakai kursi roda." Astari muncul dengan gelas air putih juga handuk kecil. Melalui tatapan matanya, dua orang perawat tersebut tetap mendudukan Lakhsya diatas kursi rodanya.

Tubuh Lakhsya sedikit melorot karena penolakannya tersebut. Astari lah yang kemudian mendekat, mensejajarkan tinggi dengan Lakhsya dan mengangkat sebelah kaki Lkhsya yang menggantung jatuh.

"Tuan Muda sudah berjanji untuk tidak memaksakan diri."

Akhirnya meski masih terlihat kecewa, Lakhsya mengangguk juga. Mebiarkan Astari menaikan kakinya keatas pangkuan dan memijat-mijat bagian telapak kaki juga betis yang mulai kembali keukuran normal. Belum sepenuhnya kuat, tapi setidaknya dengan pengobatan rutin juga terapi berjalan, bengkok juga pengecilan massa otot pada kaki yang sebelumnya membelenggunya dalam kelumpuhan sekarang mulai membaik.

Tentu saja Lakhsya tidak tahu, tapi tanpa gangguan dan penggunaan obat yang selama ini selalu rutin Cala berikan, kondisi kedua kakinya dengan cepat telah membaik. Begitu juga dengan organ vital termasuk paru-paru juga jantungnya yang sempat melemah.

Lakhsya hampir sepenuhnya kembali normal.

"Minum..." gumam Lakhsya lalu menerima gelas tinggi berisi air putih dari Astari tersebut.

Astari selesai dengan pijatan ringannya. Selanjutnya menyerahkan handuk kecil pada dua orang perawat yang melanjutkan mengelap titik keringat disekitaran leher juga wajah Lakhsya. Kancing piyama juga dibuka dan bagian dada hingga perut turut mendapatkan sekaan lembut.

"Bagaimana terapinya hari ini?"

Dokter tersebut menunjukan senyum puas, "tulang kaki dan otot yang melemah sebelumnya milik Tuan Muda semakin kuat. Recovery nya didukung oleh terapi obat khusus tulang yang bagus dan saya yakin dalam beberapa minggu kedepan Tuan Muda akan kembali bisa berjalan. Bahkan berlari lagi."

"Itu bagus!" Lakhsya menyerahkan gelas tingginya pada salah satu perawat. Senyumnya melebar seketika dan terlihat tidak sabar menantikan kedua kakinya kembali berfungsi normal. "Sebelumnya aku selalu dimanja Kakak jadi lama sembuhnya. Sekarang aku lebih giat berlatih dan aku tidak sabar untuk memberikan kejutan ini pada Kakak. Kakiku... akhirnya bisa sembuh. Aku tidak akan lagi membuat susah Kakak."

"Tentu. Tuan Muda bisa melakukan semua itu seandainya terus berlatih tetapi tetap tidak boleh sampai memaksakan diri. Latihan itu penting, tapi memberikan beban yang terlalu berat pada dua kaki yang masih dalam tahap pemulihan ini juga bukanlah tindakan yang tepat."

Lakhsya mengangguk dengan bersemangat. Tentu, selama ini memang Lakhsya begitu patuh dalam melakukan nasihat Dokternya.

"Kalau begitu ini sudah waktunya Tuan Muda untuk bersih-bersih. Makan siang sudah disiapkan dan kali ini saya meminta koki membuatkan menu khusus yang Tuan Muda sukai."

Si Lumpuh Kesayangan Nona Cala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang