3.6 Berenang Bersama

1.6K 56 0
                                    

"Wake up sweet prince..." Cala menggesekan ujung hidungnya pada tulang pipi Lakhsya. Semalam saja dipisahkan rasanya begitu rindu. Hari ini, Cala sudah berniat untuk memonopoli Lakhsya sepuasnya.

"Euunggh...."

"This time to wake up."

Lakhsya menggeliat-geliat kecil. Perlahan kelopaknya membuka, irisnya berpendar lemah. Saat merasakan kaku diseluruh tubuhnya, ringisan lolos dari bibir Lakhsya.

"Ada yang nggak nyaman?" Cala mengulum senyum, begitu menikmati raut tidak nyaman Lakhsya.

"Ss—shaakit..." keluhnya serak.

Dalam hatinya Cala tersenyum lebar. Lakhsya hanya tidak tahu bahwa setelah membuat semua pelayan termasuk perawat pergi dan menjauhi lantai tiga, dirinya juga menginjeksikan obat pada tubuh Lakhsya. Sesuatu yang membuat tubuh Lakhsya langsung melemas dan kehilangan kekuatannya dalam sekejap.

Cala mengembungkan pipi, sebelah tangannya menangkup perut Lakhsya yang mengempis. "Sebelah mana yang sakit?"

"Semuuuwah..."

Cala menanggapinya dengan semakin menjelajahi tubuh Lakhsya menggunakan telapak tangannya. Sesekali jari lentiknya akan membelai dan meremas dibagian perut yang semakin membuat Lakhsya mendesis kesakitan.

"Nggak apa-apa ya? Nanti juga sembuh sakitnya." Cala menggerakan bibirnya untuk menyasar sisi leher Lakhsya. Lalu menyesapnya kuat.

"Ssshhh...." tubuh Lakhsya langsung menggeliat akibat sengatan dari hisapan Cala di lehernya.

Cala menepuki dada Lakhsya lembut. Lalu, pandangannya jatuh pada masker bening yang masih dikenakan Lakhsya. Desisan juga erangan yang dilakukan sweet princenya tersebut semakin membuat uap tebal disana bergemul. Tangan Cala menariknya turun, sementara Lakhsya yang tidak siap langsung melengkungkan punggung. Tersedak napasnya sendiri.

"Its oke, sweet prince.... try to breathe, slowly..." Cala membimbingnya agar bisa bernapas sendiri. Menuntun dengan sabar.

Lakhsya mengentak-entak, bibirnya mengerucut berusaha untuk meraup oksigen sebanyak mungkin. Cala melihatnya dengan tidak tega, separuh menggoda saat akhirnya meraup bibir pucat Lakhsya untuk kemudian ditiupkan udara kedalamnya. Pipi Lakhsya menggelembung, perutnya yang kempis sedikit melembung begitu Cala meniupkan udara kedalam paru-parunya.

"Huuk— ahhh...." Lakhsya melenguh kuat saat bibirnya dilepaskan.

"Hang on, sweet prince" Cala terus membimbing dengan sabar, "coba untuk menarik napas sendiri."

Hingga bermenit berlalu dan napas Lakhsya mulai melega. Cala sendiri masih betah mengusap-usap dada tanpa berniat untuk kembali mengancingkan atasan piyama yang Lakhsya kenakan.

"Better?"

Lakhsya mengangguk kepayahan. Rambutnya lepek dan lehernya terasa tidak nyaman karena terus berkeringat banyak. Lakhsya hanya menggeliatkan tubuhnya ketika menyadari respon tidak nyaman tersebut.

"Kamu nggak kangen Kakak?" Belaian lembut Cala berikan pada bibir bagian bawah Lakhsya.

"Ng... kangen."

Satu alis Cala terangkat menunjukan ekspresi tidak percaya. "Kalau kangen berarti harus kiss yang banyak."

Tidak lama dan Cala langsung melancarkan aksinya. Menyasar bagian tubuh mana saja yang menurutnya menarik untuk dijamah. Sementara Lakhsya yang lemah hanya mampu menggeliat-geliat atas tindakan Cala pada tubuhnya. Lama Lakhsya hanya bisa melenguh dan meringis merasakan ketidaknyamanan atas sikap Cala yang menuntut hingga Cala menghentikan aksi gilanya.

Si Lumpuh Kesayangan Nona Cala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang