3.0 Menemui Dokter

1.9K 75 18
                                    

Lakhsya memandang sedikit tidak nyaman pada perawat yang sedang menggantikannya diapers. Setalah satu minggu hanya diam berbaring di kamarnya, hari ini kondisi Lakhsya sudah cukup stabil. Karena terus merengek, akhirnya Cala setuju untuk membawa Lakhsya bertemu dokternya.

"Karena perjalanannya cukup lama, sebaiknya Tuan Muda memakai diapers saja untuk berjaga-jaga."

Sebelumnya Cala sendiri yang memberikan pengaturan demikian. Akhirnya Lakhsya setuju dan membiarkan perawat membantunya memakai diapers pada bagian bawahnya.

"Sa—saya bisa pakai sendiri..."

Perawat bernama Emy tersebut mengulas senyum tipis, "nanti Tuan Muda bisa kelelahan. Hasil pemeriksaan kali ini harus bagus, bukannya itu yang Tuan Muda inginkan?"

Dan Lakhsya kembali mengangguk. Akhirnya yang dilakukannya hanyalah berbaring dengan tenang. Mencoba mengatur napas dan berpikiran positif. Papinya—dalam ingatan Lakhsya yang terbatas sangat jarang mengunjungi atau mempedulikan kondisinya yang sering sakit-sakitan. Menurut cerita Cala, bahkan selama dirinya koma dulu juga kedua orangtuanya tersebut sudah tidak lagi datang. Mungkin ini adalah bentuk perhatian yang akhirnya Lakhsya rasakan.

"Ngg... suster, apa... saya bisa sembuh?"

Sejenak Emy memelankan gerakannya dalam mengaitkan celana Lakhsya. "Tentu saja kalau Tuan Muda tidak pernah menyerah dan tetap semangat. Yang terpenting, selalu istirahat teratur dan meminum obat dengan patuh."

Padahal Lakhsya selalu melakukan semua itu. Satu tahun ini dirinya hanya berteman dengan peralatan medis dan obat-obatan. "Sejak bangun saya... selalu menyusahkan Kakak. Kali ini pasti bisa sembuh dan gantian menjaga Kakak."

"Tentu saja." Emy selesai mengaitkan celana di pinggang Laksya, memastikan kaus kaki sudah melekat sempurna dan ganti membantu Tuan Mudanya tersebut untuk duduk bersandar. "Nona Cala sangat menyayangi Tuan Muda dan Nona Cala pasti akan selalu mendukung apapun itu demi kesembuhan Tuan Muda."

Senyum Lakhsya terbit. Benar, dirinya yang selalu sakit-sakitan ini harus lebih berusaha lagi. Berjuang untuk sembuh dan membuktikan bahwa Lakhsya juga bisa menjadi seseorang yang normal.

Tidak lama pintu kamar Lakhsya terbuka dan Cala yang sudah siap dengan stelan semi formalnya tampak tersenyum lembut pada Lakhsya yang membalas dengan sama lebarnya.

"Kakak..."

Emy merapihkan sisa perlengkapan dan towel lalu mengangguk kecil dan bergerak menepi. Membiarkan Cala mendekati Lakhsya. "Tuan Muda sudah siap."

"Suster Emy, tolong kamar Lakhsya dibereskan dan semua obatnya diperiksa lagi. Nanti sore orang Central Hospital akan datang untuk mengantar beberapa kursi roda baru."

Cala memang selalu memperbarui milik Lakhsya dengan pilihan terbaik dan tidak jarang melakukan upgrade menggunakan rekomendasi dari kenalan Dokter Vio. Emy mengangguk dan mencatat pada notes kecil. Lalu bergerak menjauh dan membiarkan Lakhsya diambil alih oleh sang Nona.

"Pakai dulu jaketnya," Cala meraih bahu Lakhsya, menuntun adiknya tersebut yang masih dalam posisi setengah berbaring disisi tepi ranjang.

Lakhsya menurut, memberikan lengannya untuk memudahkan Cala membantunya memakai jaket tebal yang telah disiapkan. Sebenarnya Lakhsya tidak sama sekali merasa kedinginan tetapi pergi bersama Cala itu berarti dirinya harus melakukan segala hal yang Kakaknya tersebut inginkan.

"Ng... nanti perginya naik mobil?"

Cala mengerti arah pertanyaan Lakhsya, tetapi tetap saja dirinya tidak akan luluh dan menegaskan satu hal, "karena mau bertemu dokter, harus benar-benar fit."

Si Lumpuh Kesayangan Nona Cala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang