1.8 Lakhsya-nya Cala

2.6K 92 30
                                    

"Tahan sebentar, anak baik..."

Dua orang perawat sudah berdiri siap disisi kanan dan kiri bed Lakshya. Satu perawat membawa wadah stein dan satu lagi memegangi troli berisi set spuit juga selang yang salah satunya sedang digunakan untuk melakukan injeksi cairan melalui pvc di pembuluh leher.

"Enghh..." tubuh lemah Lakhsya menggeliat. Spuit yang ditekan benar-benar membuat sekujur tubuhnya nyilu.

"Setelah ini Kakak Dokter akan memasang selang ini kedalam hidung. Lakhsya anak baik, pasti berani..."

Tatapan mata Lakhsya langsung memendar gelisah. Apalagi semua orang yang mengelilinginya ini begitu asing dan tidak satupun dirinya kenali. Tapi Dokter Vio lebih dulu mengambil sikap dengan meminta perawat memegangi lengan Lakhsya dan menahannya agar berhenti bergerak-gerak.

"No... no.... aku nggak mau..."

"Ayo sekarang angkat dagunya," Dokter Vio memegangi kepala Lakhsya yang terus bergerak-gerak. "Tahan sebentar, anak baik."

Tubuh Lakhsya bergolak dan sebisanya merespon tindakan intuibasi NG Tube pada lubang hidungnya melalui gerakan penolakan. Kakinya yang dibalut selimut menjejak-jejak sementara dua lengannya ditahan disisi tubuh.

"Ng—ghaaak... nghh—uhuk! Uhuk... huk..." punggung Lakhsya melengkung dengan kepala mengentak.

Tapi tidak ada satupun yang mendengar penolakan dari Lakhsya. Anak tersebut hanya belum menyadari bahwa sekarang apapun mengenai dirinya akan diputuskan oleh Cala. Tidak ada lagi Anita atau siapapun yang bisa menyelamatkannya.

Ujung selang diberi pelumas, begitu juga dengan bagian lubang hidung Lakhsya. Meski mendapatkan penolakan, tapi tentu itu tidak seberapa dibandingkan kekuatan dua orang perawat juga Dokter Vio yang sigap menahan.

Lakhsya mulai menangis keras. Bulir-bulir air matanya menetes jatuh hingga wajahnya memerah. Dokter Vio mendorong selang tersebut masuk melalui lubang hidung sebelah kanan hingga ambang batas yang sudah ditentukan.

Rasa mual yang kemudian muncul menyertai masuknya benda asing kedalam saluran kerongkongan membuat tubuh Lakhsya berguncang karena desakan muntah. Perawat sigap menyiapkan handuk juga wadah untuk menampung muntahan cair yang keluar dari mulut Lakhsya.

"Dia kesakitan..." gumam Cala yang sejak tadi mengamati dengan tatapan penasaran. Wajahnya jelas menunjukan rasa antusias yang membuat siapapun tahu bahwa nona muda Tahir sedang merasa senang.

"Ng— haaaah...m haaah... haah.. hahhh.... hhh..."

Napas Lakhsya tersenggal-senggal karena kelelahan. Dadanya naik turun cepat dan pendek. Dokter Vio dengan cepat memberikan instruksi agar perawat menyiapkan injeksi. "Buka lehernya."

Tubuh Lakhsya sedikit ditekan. Jarum suntik menembus pembuluh darah dibagian leher bersamaan dengan jeritan tertahan Lakhsya. Selanjutnya hanya menunggu waktu sampai tubuh Lakhsya melemah akibat sedasi obat.

"Stay still, prince... you'll be okay."

Dokter Vio tersenyum melihat wajah Lakhsya yang sudah menunjukan penurunan kesadaran. Dielusnya lembut kening Lakhsya untuk menyeka titik keringat disana. Perlahan tarikan napas Lakhsya melambat bersamaan dengan gerakan dadanya yang pelan.

"Gunakan ambu dulu sampai ventlatornya siap."

Perawat mengangguk dan meraih kepala Lakhsya untuk sedikit diluruskan batang lehernya. Selanjutnya masker ambu dirungkupkan dan balon bag mulai dipompa mengikuti ritme napas Lakhsya.

Dada Lakhsya mengembang tinggi ketika udara dipompa masuk dan perutnya akan mengempis dalam saat udara ditarik keluar. Perlahan, pernapasan Lakhsya akan dikendalikan dengan stimulus ambu bag tersebut.

Si Lumpuh Kesayangan Nona Cala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang