Kamar bernuansa mewah tersebut terlihat lengang. Hanya ada seorang wanita yang sedang terbaring di atas kasurnya. Ia terlihat tertidur pulas. Sinar matahari sama sekali tak masuk ke dalam kamarnya, tebal gorden jendela cukup memberikan kesan gelap di dalam kamar tersebut.
Suara ketukan pintu terdengar di depan sana. Seseorang sedang memanggil sang pemilik kamar yang masih tertidur. Beberapa kali panggilan itu kembali terdengar diiringi suara ketukan, akhirnya orang yang ada di depan pintu itu berinisiatif masuk. Terlihat Valina yang masuk ke dalam kamar.
"Nyonya," panggil Valina dengan suara pelan.
Tak ada sahutan, Tatiana masih tertidur nyenyak di atas ranjangnya. Kemarin ia menghabiskan waktu untuk berusaha tidur. Valina menaruh mangkuk air hangat ke atas meja, ia mendekati ranjang Tatiana.
"Nyonya, sudah saatnya anda bangun." Valina kembali membangunkan wanita itu.
Dahi Tatiana mengerut, dia mulai mengeluh sambil mengubah posisi tidurnya kemudian menggeliat. Valina kembali membangunkan Tatiana dengan suara pelan. Wanita itu akhirnya bangun dari kasur dan duduk dalam keadaan masih setengah sadar.
"Selamat pagi, Nyonya." Valina memberikan salam pagi pada Tatiana.
Tatiana menguap lebar, merenggangkan kedua tangannya ke atas. Ia menatap sekeliling kamarnya yang sepi. Hanya ada dirinya dan Valina di dalam. Tatiana melirik ranjangnya, hanya dirinya ada di kasur tersebut.
"Apakah Vainas sudah kembali ke kamarnya?" Tanya Tatiana melirik Valina yang datang membawakan mangkuk air hangat.
Valina mengangguk, "tuan Duke pergi tadi pagi." Jawabnya sambil tersenyum lebar.
Tatiana mengangguk paham, matanya mendadak melebar dan menatap Valina dengan wajah terkejut. "Tadi pagi?"
"Ya Nyonya." Jawab Valina girang.
Astaga sudah jam berapa sekarang? Batin Tatiana.
Tatiana membasuh wajahnya dengan air hangat dan mengusap wajah basahnya dengan handuk bersih. Valina menyiapkan gaun yang akan Tatiana kenakan hari ini.
"Aku ingin mengenakan gaunku sendiri." Ujarnya tiba-tiba. Valina yang mendengar hal itu terlihat bingung namun tetap dengan patuh pergi meninggalkan kamar Tatiana.
Pintu kamar tertutup perlahan begitu Valina keluar. Tatiana tak langsung mengganti gaunnya, ia merogoh kantong gaun yang dikenakannya dan mengeluarkan secarik kertas yang di dapatkan di kedai teh kemarin. Tangan Tatiana bergegas membuka lipatan kertas tersebut dengan perasaan lega.
"Setidaknya tidak ada yang mengecek barang yang kubawa," Tatiana tersenyum puas. Ia khawatir kalau ada pelayan yang mengecek kantong gaunnya dan membawa pergi surat dari Nero atau Nasiro itu.
Kepada Lady Teresia.
Jika anda mendapatkan surat ini saat berkunjung ke kedai teh maka saat itu anda akan tahu kami takkan berkumpul disana lagi. Belakang ini seperti ada kecurigaan kalau saya, Nasiro, dan Jena membuat pertemuan tersendiri jadi untuk menghilangkan kecurigaan mereka takkan ada lagi pertemuan di kedai teh tersebut. Anda bisa bertukar surat kabar lewat Kuro atau Nio, saya yakin akan lebih aman jika surat tersebut diberikan saat malam hari.
Sebenarnya saya ingin bertemu dengan anda segera namun keadaan saya saat ini lumayan terdesak oleh penyamaran saya, jadj akan saya beritahu secara ringkas saja. Penyerangan yang akan pihak kerajaan Lotrus lakukan akan dipercepat. Tidak dalam waktu 1 bulan ini namun dalam beberapa bulan ke depan lebih cepat dari perkiraan awal. Ini keputusan pangeran Ace begitu mendapatkan kabar dari Bartolomeo di istana utama. Keadaan raja Giano memburuk belakang ini. Dia bahkan tak keluar dari kamar jadi akan banyak pertemuan para bangsawan kerajaan Lazio untuk memutuskan kenaikan tahta putra mahkota Iaros.
Saran saya sebaiknya anda segera menarik diri dari orang-orang kediaman Duke Horte, kita akan mempercepat rencana dan urusan yang anda bilang sebelumnya harus di selesaikan dnebsn segera. Saya takut jika saat kembali ke kerajaan Lotrus anda masih belum menyelesaikannya dan akan membuat anda kesusahan untuk menyelesaikan hal tersebut.
Untuk saat ini lewat surat ini hanya itu yang ingin saya sampaikan. Jika ada waktu saya akan mengirim surat pada anda lagi lewat Kuro. Segala hormat saya atas surat ini.
Nerona Gea Absolut.Tatiana menelan ludah, awalnya ia senang karena rencana penyerangan akan tetap seperti keputusan awal namun keadaan raja yang memburuk membuat pangeran Ace memilih keputusan lebih cepat. Ia masih belum selesai dengan Rue Martin sudah ada pula urusan terbaru untuknya.
"Untunglah kemarin aku tak bertemu dengan para bangsawan yang akan berdiskusi di istana utama jika benar-benar bertemu akan kebih sulit lagi aku keluar kediaman ini. Ngomong-ngomong separah apa penyakit raja Giano itu? Sampai para bangsawan sampai panik seperti ini?"
Tatiana bergumam sambil memicingkan matanya. Ia bahkan sampai tak sempat mengganti gaun yang terpasang di badannya. Suara ketukan pintu kembali terdengar, seseorang memanggil Tatiana lagi.
"Nyonya."
"Ya-- ya ada apa?" Sahut Tatiana terkejut, bergegas membereskan surat dari Nero ke dalam laci.
"Tuan Duke menunggu anda di ruangan, beliau ingin sarapan bersama dengan anda pagi ini." Lapor pelayan itu dari balik pintu. Itu suara pelayan yang jarang Tatiana dengar.
"Baiklah, tolong sampaikan aku akan segera kesana." Tatiana bergegas mengganti gaunnya dan merapikan penampilan.
Pelayan tersebut menyahut perkataan Tatiana dan meninggalkan pintu kamar Tatiana. Wanita di dalam kamar itu secepat kilat mengganti gaun dan memperbaiki penampilannya yang sedikit kusut.
"Apakah dia baik-baik? Dia terlihat seperti orang gila kemarin," gumamnya, kedua tangan Tatiana sibuk merapikan rambut hitamnya yang kusut.
Gaun warna kuning emas itu terlihat cantik, memperlihatkan lekuk tubuh Tatiana yang memiliki perawakan tinggi dan pinggang seperti jam pasirnya. Rambut hitamnya hanya di ikat biasa dengan sebuah pita berwarna hitam dan sepasang anting emas senada. Tatiana bergegas menuju ruangan makan yang dijaga oleh para penjaga dan pelayan.
"Maaf atas keterlambatannya." Ujar Tatiana begitu sampai disana.
Di sisi meja makan terlihat Vainas sudah ada di sana. Dia terlihat baik-baik saja untuk seseorang yang babak belur. Wajahnya memiliki banyak memar dan beberapa terlihat membiru, tangannya di balut perban dan lebih parahnya lagi sudut bibir kiri pria itu terlihat robek.
"Tak apa, duduklah." Vainas berkata dengan suara serak.
Tatiana mengangguk kaku. Kejadian tadi malam kembali berputar di dalam otaknya, sungguh hal yang sama sekali tak ia duga jika mengingat yang membuat keributan kemarin adalah Vainas yang sedang duduk di sampingnya itu.
Aku penasaran apa yang membuatnya sampai seperti itu. Pikir Tatiana, sedikit terganggu dengan kejadian tadi malam. Saat dirinya memeluk paksa Vainas yang sedang mengamuk.
Menu sarapan kali ini jauh lebih membuat Tatiana berselera. Telur dadar yang telah lama tak dimakannya kini terhidang di atas meja, ada juga beberapa ikan yang dipanggang dengan bawang putih dan mentega. Tatiana memakan semua itu dengan perasaan bernostalgia.
"Ngomong-ngomong aku ingin menyampaikan sesuatu." Ujar Vainas tiba-tiba. Tatiana mendongak sambil memakan potongan kentang goreng di piringnya.
Apa yang ingin dia sampaikan? Batin Tatiana terlihat cuek namun penasaran juga.
"Aku rasa ada baiknya jika kita tidur sekamar mulai dari hari ini."
Tatiana menganga, menghentikan mulutnya yang sedang mengunyah makanan.
Dia bilang apa? Pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Setelah Akhir [On Going]
Fantasy[MARI FOLLOW SEBELUM BACA] ✨Bukan Novel Terjemahan✨ FANTASI STORY 🙏Typo sebanyak dosa Malin Kundang Akhir yang bahagia kedua pasang kekasih yang selama ini menjalani hubungan mereka dengan penuh rintangan akhirnya berakhir manis. Para pemeran uta...