BAB 60

1K 93 9
                                    

Tatiana terdiam mendengarkan cerita Vainas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tatiana terdiam mendengarkan cerita Vainas. Ia tak menyangka akan sebegitu tragis Duchess Horte terdahulu merenggang nyawa. Merelakan dirinya mati di hadapan anaknya agar dia bisa selamat dan tetap hidup.

"Kau pasti berpikir aku adalah anak pengecut yang membiarkan ibunya mati di depan mata." Ujar Vainas sambil menundukkan kepalanya.

"Kenapa pula aku berpikir seperti itu? Bukan salah anda kalau Duchess Horte terdahulu mati bukan? Lagipula anda sudah menemaninya sampai akhir hayatnya. Bukan salah anda jika Duchess Horte terdahulu mati saat itu hanya takdir yang membuat beliau mati disana." Tatiana berkata sambil menuangkan teh ke cangkir keramik. Apa salah Vainas disana? Pikirnya.

Mungkin bagi Tatiana itu hanyalah perkataan tak bernilai atau hanya asal bicara tapi bagi Vainas itu adalah semacam pengakuan yang sangat ia tunggu sejak dulu. Saat kematian ibundanya banyak orang-orang yang menyalahkan dirinya atas kematian Duchess Horte terdahulu. Mengatakan kalau dirinya adalah anak pembawa sial atau semacamnya. Dan hidup selama bertahun-tahun akan rasa penyesalan dan bersalah.

"Terimakasih." Ucap Vainas.

"Sekarang untuk apa pula?" Tanya Tatiana dengan anda galak.

Vainas menggeleng, "untuk semuanya."

Tatiana menggaruk wajahnya yang tak gatal. Tadi minta maaf sekarang malah berterima kasih padanya sungguh mood booster yang cukup merepotkan, bagi Tatiana. Vainas kembali melanjutkan memeriksa dokumen di atas meja beberapa ditandatangani secara acak. Tatiana masih menunggu Vainas di ruangan kerjanya, ia tak tahu harus melakukan apa jika pamit pergi dari sana.

"Kau bilang ingin menanyakan sesuatu bukan?"

Tatiana tertegun, ia lupa akan hal itu. "Iya, ada yang ingin kutanyakan." Jawab Tatiana seraya menaruh cangkir teh ke atas meja.

"Apakah ada cara mendatangi kediaman Marquiss Martin secara resmi?" Tanya Tatiana dengan wajah sedikit risih. Pikirannya sudah menumpuk karena urusan perpindahan jiwanya ini.

Vainas mengentikan gerakan tangannya, ia mengangkat padangan menatap Tatiana. "Kenapa kau ingin mendatangi kediaman Marquiss Martin?"

"Aku-- aku ingin menanyakan beberapa hal soal ramalannya itu. Sudah berbagi cara yang kulakukan di luar kediaman agar bisa bertemu dengan dirinya namun tak kunjung berhasil. Kupikir mungkin aku bisa bertemu dengannya jika mengirimkan surat ingin bertemu secara resmi." Jawab Tatiana sambil memainkan dua jari telunjuk.

"Sayang sekali itu tak bisa dilakukan Tatiana." Ujar Vainas sambil menggeleng.

"Kenapa?" Tanya Tatiana sedikit berseru.

"Karena kediaman Marquiss Martin tak menerima surat undangan dari manapun. Bahkan keluarga raja hanya bisa bertemu dengan keluarga tersebut jika mereka yang datang menemui. Tak ada yang berhasil walaupun sudah puluhan bahkan ratusan surat di kirimkan ke kediaman Marquiss Martin. Rue Martin hanya akan menemui orang secara acak."

Kisah Setelah Akhir [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang