Beberapa tahun yang lalu tepat 2 hari sebelum kematian Duke Horte sebelumnya terjadi. Kini ruangan nan kelam itu tengah di isi oleh ayah dan anak laki-laki yang sedari tadi diam membisu satu sama lainnya. Apa mungkin karena sejak awal hubungan mereka memang jelek? Ntahlah.
Duke Horte sebelumnya memandang langit-langit kamarnya yang terlihat gelap. Hanya ada 3 lilin yang menjadi cahaya penerang di dalam kamar nan gelap di tengah malam itu. Sang anak, Vainas hanya duduk diam sedari tadi, ia sama sekali tak mengeluarkan suara sedari masuk sampai duduk di bangku tersebut. Dia hanya diam mematung.
"Vainas." Panggil Duke Horte sebelumnya dengan suara lirih. Sudah hampir 2 tahun pria tua itu hanya berbaring di atas kasurnya tak lagi bekerja sebagai seorang Duke seperti sebelumnya.
Vainas mengangguk, "ya Tuan Duke." sahutnya dengan suara datar.
Pria tua itu menoleh dengan susah payah. "Apa kau baik-baik saja jika ayahmu ini mati nanti?" Pertanyaan tersebut spontan keluar dari mulutnya. Mungkin Duke Horte sebelumnya sadar kalau kematian sebentar lagi akan menjemput dirinya.
Anak itu hanya diam tak menjawab dan tak juga memberikan reaksi lainnya. Ia seperti sebuah boneka yang di pajang di dalam lemari pajangan di ruang tamu. Duke Horte sebelumnya terkekeh, sifat Vainas saat ini mungkin karma karena perlakuan yang dirinya berikan pada Vainas dulu. Saat anak umur 6 tahun itu harus hidup sendirian di mansion mewah tersebut, bukan dalam katagori orang tapi kasih sayang dan perhatian orang tuanya.
Duke Horte sebelumnya terbatuk sekali dua kali. "dengarkan aku nak, aku sungguh minta maaf akan semua perlakuan yang kau dapatkan dariku dulu. Mungkin kau berpikir ayahmu ini tak berguna, memang begitu kenyataan diriku. Merasa tak berguna dan tak berarti lagi di dunia ini sejak istriku, ibumu pergi meninggalkan dunia ini.
Aku ingin meminta maaf dengan setulus-tulusnya, aku tak mengharapkan kau memaafkan diriku ini mengingat bukan hanya kau uang kubuat menderita tapi juga gadis kecil itu." Perkataan pria tua itu tak terhenti sampai disitu. Kali ini Vainas mulai memerhatikan ayahnya yang sedang bicara itu, dia tertarik dengan topik tersebut.
"Siapa yang anda maksud Tuan Duke?" Vainas bertanya-tanya.
Tatapan Duke Horte sebelumnya meredup, ia mulai mengingat kejadian di kerajaan Lotrus dulu. Dimana dirinya adalah seorang penjajah bagi para warga sana termasuk gadis kecil yang ia bawa ke kediamannya.
"Teresia Arlinda Fre Medeia adalah nama asli Tatiana, pelayan pribadimu." Ujar Duke Horte sebelumnya dengan suara bergetar.
Pupil mata Vainas langsung membulat, bukan terkejut akan kenyataan bahwa ayahnya akan menyampaikan hal tersebut tapi karena nama belakang Teresia, Grand Duke Medeia adalah bangsawan dibawah raja yang sangat dielukan di kerajaan Lotrus dan merupakan simbol dari kesetiaan di kerajaan tersebut serta keluarga bangsawan mulia yang di bunuh oleh ayahnya atas perintah raja Lazio.
"Maksud and-"
"Itu benar Vainas, apa yang kau pikirkan sekarang itu benar. Tatiana adalah putri satu-satunya Grand Duke Medeia dan satu-satunya bangsawan berdarah Grand Duke Medeia yang masih hidup. Dia adalah keponakan Raja kerajaan Lotrus." Potong Duke Horte sebelumnya dengan senyum ketir teringat saat Grand Duke Medeia saat sekarat, pria itu meminta tolong agar membesarkan anak semata wayangnya di kerajaan Lazio, di dalam pengawasan Duke Horte sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Setelah Akhir [On Going]
خيال (فانتازيا)[MARI FOLLOW SEBELUM BACA] ✨Bukan Novel Terjemahan✨ FANTASI STORY 🙏Typo sebanyak dosa Malin Kundang Akhir yang bahagia kedua pasang kekasih yang selama ini menjalani hubungan mereka dengan penuh rintangan akhirnya berakhir manis. Para pemeran uta...