Beberapa tahun yang lalu.
Kilatan petir terus menyambar tanpa henti. Saling bertautan tak terputus. Kediaman Duke Horte terlihat sangat gelap malam ini, tak ada satupun lampu yang dinyalakan, hanya menyisakan bangunan mewah yang sangat gelap gulita. Dari sekian banyaknya anggota kediaman masih ada beberapa yang beraktivitas malam ini. Salah satunya adalah pelayan wanita dengan nama Tatiana.
Wanita itu terlihat sedang menyusuri lorong kediaman utama dengan sebuah lilin menyala sebagai pencerahan jalan. Dia tampak dengan langkah pelan menyusuri lorong menuju ke sebuah ruangan. Kilatan petir kian berganti memberikan kesan horor dan teror di rumah besar tersebut. Tak ada satupun langkah kaki Tatiana terlihat gentir, dia hanya terus berjalan dan berhenti di sebuah pintu besar yang terlihat gelap.
Tatiana mengetuk pintu tersebut lalu masuk ke dalam tanpa menunggu persetujuan sang pemilik kamar. Di sana, di sebuah kasur seorang pria tua tengah terbaring lemah, badannya kurus, wajahnya terlihat sangat sayu, lalu tatapan yang terlihat sudah sedia menunggu ajal datang.
"Kau-- sudah datang?" Tanya pria itu dengan suara lemah.
Tatiana mengangguk penuh hormat. "ya Tuan Duke." Jawabnya. Pria yang terbaring disana adalah Duke Horte sebelumnya, pria itu adalah ayah dari Vainas.
Duke Horte terlihat kesulitan bernafas, wajahnya pias kian terlihat lelah dan lemah. Tatiana tetap diam sama posisinya, berdiri di sebelah ranjang dengan posisi tegak lurus. Tangan Duke Horte terangkat, meminta agar Tatiana mendekatinya.
"Kau sudah besar rupanya." Ujar Duke Horte, kedua mata pria itu tak sepenuhnya terbuka. "Aku masih ingat saat pertama kali membawamu ke rumahku, hanya anak perempuan berumur 10 tahun."
Tatiana hanya diam mendengarkan pria itu bercerita, mengingatkan kembali pada masa gelap hidupnya. Saat dimana seluruh keluarganya di bantai oleh pihak kerajaan Lazio. Duke Horte mengambil nafas dengan susah payah, pria ini sudah berumur 60 tahun sudah banyak penyakit yang menggerogoti tubuhnya.
"Tatiana, bukan itu nama pemberianku." Ucapnya. "Teresia." Panggil Duke Horte.
"Ya Tuan Duke?" Sahut Tatiana tetap dalam posisi yang sama. Tak ada sedikitpun perubahan ekspresi pada wajahnya.
"Apakah kau masih berencana membalas dendam?" Duke Horte bertanya dengan nada lirih. Pria itu kembali kesusahan mengambil nafas.
Tak ada jawaban dari Tatiana itu berarti iya. Dia memang sedang merencanakan penyerangan pada pihak kerajaan Lazio atas penghinaan pembunuhan keluarga Grand Duke Medeia. Demi kematian kedua orang tuanya yang sama sekali tak bersalah.
"Aku takkan bisa mencegah hal itu walaupun sejak awal membawamu ke kediaman ini sama saja membesarkan seekor ular berbisa yang bisa kapan saja menggigit orang yang membesarkannya. Itu keputusanmu, hak milikmu jadi aku takkan menghalangi dirimu untuk melakukannya. Tapi tolong ingatlah satu hal Teresia, sebenci apapun dirimu semarah apapun kau pada mereka tolong jangan biarkan hal itu menguasai hati nuranimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Setelah Akhir [On Going]
Fantasi[MARI FOLLOW SEBELUM BACA] ✨Bukan Novel Terjemahan✨ FANTASI STORY 🙏Typo sebanyak dosa Malin Kundang Akhir yang bahagia kedua pasang kekasih yang selama ini menjalani hubungan mereka dengan penuh rintangan akhirnya berakhir manis. Para pemeran uta...