Bab 2. Rupa Pembawa Bencana

4.3K 304 2
                                    

9 Tahun kemudian

Mansion luas berwarna terang dengan hiasan lampu lampu serta gaya yang sangat boros itu bersinar dengan sangat mewah.

Dengan halaman serta taman yang luas, para pegawai setia yang senantiasa merawat dan tampak lalu lalang diseluruh mansion tampak memberi kesan seberapa besar mansion yang didominasi warna emas itu.

Disalah satu ruangan, dengan ukuran terbesar, pintu terlebar, dan pencahayaan serta ventilasi udara terbaik. Dua sosok tubuh tampak tengah saling berbincang dengan serius.

Satu sosok yang duduk dibalik meja lebar, dengan pakaian santai yang tampak sekilas terasa sederhana namun tidak bisa menutupi aura berkarisma nya tampak berbicara dengan nada tegas kearah seorang pria berpakaian rapi seorang bawahan.

Dilihat dari bagaimana cara pria itu berpakaian, ia tampak merupakan ajudan dari seorang penguasa keluarga ternama.

Menjawab dengan rendah hati dan tepat setiap kata kata sosok yang duduk dibalik meja.

Sosok itu melipat kedua tangannya diatas meja, membuat penampakan otot lengan yang kuat jelas terlihat.

Ditambah dengan pakaian putih polos yang menampilkan celah dibagian atas dada dibalik tali yang tidak terikat, dapat dilihat dengan mata telanjang bagaimana proporsi tubuhnya yang berkembang dengan baik.

Jakun yang berguling ketika sosok itu bicara, menambah nilai tambah keseksian pada setiap kalimat yang ia ucapkan.

Pria dengan pakaian rapi itu membungkuk dengan sopan, setelah mencatat beberapa hal di gulungan kertas yang ia bawa.

Pembicaraan itu ditutup dengan helaan nafas pria yang duduk di dibelakang meja, pria itu tampak meregangkan tubuhnya yang sedikit kaku akibat duduk terlalu lama.

Pria lain yang sedari tadi berdiri, yang tampak seperti bawahan dari pria itu tersenyum tipis. Merapikan setumpuk kertas dan beberapa benda berbentuk dokumen dipelukannya.

"Terima kasih atas waktunya tuan muda, maaf mengganggu waktu istirahat anda." ucap pria itu penuh kesopanan.

Pria yang duduk dibelakang meja terkekeh geli mendengar kalimat formal pihak lain, ia bersandar pada sandaran kursi dibelakangnya.

"Tidak perlu sungkan Nick, aku senang bisa membantu pekerjaanmu di mansion." jawab pria itu ramah.

Bawahan bernama Nick itu kembali membungkuk dengan sopan sebagai tanggapan kemurahatian sang tuan.

"Kau ingin tinggal untuk minum teh sebentar?" Tanya pria itu sembari bangkit dari duduknya.

Nick menggeleng pelan. "Saya tidak akan mengganggu waktu anda lagi tuan muda, berkas ini juga perlu segera diurus orang orang di bagian administrasi." Tolaknya halus, seraya mendorong kacamata tanpa bingkai diwajahnya.

Pria yang merupakan atasan Nick itu mengangguk mengerti, dan duduk di kursi santai disamping jendela.

"Tapi sebelum saya pergi, maaf sebelumnya, tuan muda Nielsen." ucap Nick menginterupsi gerakan sang tuan yang tengah menuang teh.

Rambut putih berkilau itu bergoyang tersapu angin dari jendela, wajah tampan dan berkarisma pihak lain terpampang dengan jelas dibawah paparan sinar matahari.

Pria bernama Nielsen itu tersenyum kearah Nick.

"Ada apa Nick?"

Nick merogoh sesuatu dibalik saku jas berekor miliknya, mengeluarkan sebuah benda pipih dengan segel bertanda sebuah keluarga diatasnya.

Tampak seperti sebuah surat.

"Surat hari ini, dari nona Aileenchoff." Ucap Nick seraya menyodorkan amplop surat berwarna kulit itu.

FIELD OF DAISIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang