Hai semuanya.
Maaf untuk keterlambatan yang begitu terlambat ini.
Setelah sekian lama, akhirnya cerita ini akan kembali berlanjut sesuai jadwal (update dalam 5 hari sekali/tak menentu).
Terima kasih untuk para readers yang masih setia menunggu, dan untuk para readers baru yang baru saja menemukan cerita ini.
Peluk hangat dari kejauhan♡
*****
Angin dingin malam berhembus dengan kuat, membawa aroma berdarah dari sisa pertempuran yang masih berlangsung ditengah hutan.
Diantara kekacauan dimana pedang saling beradu, dan juga tubuh yang satu persatu mulai tumbang.
Dibagian lain dari hutan, dua sosok saling menatap dengan jarak yang cukup jauh antara keduanya.
Saling melemparkan tatapan yang tampaknya menyimpan kebencian satu sama lain.
Keduanya bertahan dengan tatapan yang saling menusuk, sampai didetik dimana satu sosok diantara keduanya mulai berucap ringan. Diserta cemoohan disela ucapannya.
"Kuharap kau bersiap siap untuk kekacauan baru yang akan segera kau dapatkan, karena tampaknya kau telah mengambil keputusan yang sangat salah." Ucap sosok berjubah itu.
Namun seolah tak berniat mendengarkan omong kosongnya lebih jauh, Asher memutar pedang ditangannya dan menggenggamnya dengan erat. Sebelum kemudian melesat kembali mengarahkan serangan kearah sosok itu. Kali ini dengan kekuatan dan juga intensitas yang lebih besar.
Bagai kerasukan pria itu menargetkan sosok berjubah dengan begitu sengit, membuat anak buahnya yang lain hanya bisa melihat kilatan cahaya samar dari gerakan keduanya yang begitu cepat.
Kyle yang untuk beberapa saat sempat teralihkan oleh pertarungan dua sosok itu, kembali mengalihkan perhatian kearah Liliana. Melihat Liliana tampak memasang wajah cemas disaat dirinya tengah memeluk tubuh Dante yang meringis kesakitan.
Dante meringis dengan pilu, memegang perutnya yang beberapa saat lalu terhantam batang pohon cukup keras akibat gerakan sosok berjubah itu.
"Bertahanlah, kita akan segera keluar dari hutan ini." Liliana berucap penuh kecemasan, dengan kedua mata yang mulai memerah.
Matanya melirik antara Lamina yang kini tak sadarkan diri, dan juga Dante yang kesakitan dipelukannya.
Kepala Liliana terasa kacau, memikirkan jalan keluar sementara yang bisa menyelamatkan dua sosok itu dalam kondisi yang begitu tidak memungkinkan. Mengingat ramuan penyembuh yang ia bawa juga tidak ada lagi yang tersisa.
Karena satu botol terakhir yang ia miliki jatuh tepat beberapa saat sebelum pertempuran berlangsung.
Liliana menggigit bibirnya erat, tangannya berkeringat dengan rasa cemas yang begitu besar.
Bersamaan dengan itu, wajahnya termenung. Teringat akan sengatan rasa sakit yang terasa pada telapak tangannya.
Pada detik itu juga ia seolah tersadar, menunduk untuk melihat kearah telapak tangannya yang dibalut oleh kain perban.
Bisakah..
Dengan helaan nafas tegas, Liliana mendongak untuk melihat kearah Kyle yang tampak saat ini tengah berusaha memastikan kondisi Lamina dan membalut luka wanita itu yang telah terkapar tak berdaya dengan wajah pucat.
"Kyle, bisakah kau membantuku untuk memegang Dante sebentar?"
Kyle menoleh dan dikejutkan dengan permintaan tiba-tiba Liliana, namun belum sempat dirinya mengatakan apapun. Liliana telah lebih dulu menyerahkan Dante kepelukannya, dan bergerak mendekat kearah posisi Lamina berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIELD OF DAISIES
Fantasy"Kehadirannya membawa antara dua kemungkinan, jika bukan sebagai pertanda diberkatinya kerajaan maka itu merupakan sebuah tanda kehancuran." "Sembunyikan dia dari keramaian dunia, jangan biarkan dunia tahu keberadaannya!" ___________________________...