Selamat malam teman teman.
Maaf untuk update yang sangat terlambat ini, semoga masih ada yang menunggu lanjutan dari cerita ini.
(Part berikutnya akan update besok)
*tandai typo atau kesalahan penulisan
Selamat membaca♡
*****
Merasakan getaran pada kereta kuda sederhana yang berjalan menyusuri jalanan ibukota, dua sosok didalam tampak terdiam dalam suasana yang cukup canggung.
Tidak ada satupun yang mengangkat suara ataupun berniat membuka pembicaraan satu sama lain sepanjang perjalanan, dengan keduanya yang duduk saling berhadapan satu sama lain didalam kereta kuda.
Liliana hanya bisa terdiam, menyaksikan Asher menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Bersandar pada dinding kereta dan memejamkan matanya dengan tenang, mengabaikan keberadaannya.
Sementara itu Liliana yang hampir secara paksa dibawa oleh Asher menaiki kereta kuda yang telah dibawa oleh pria itu, tidak bisa melakukan apa apa selain diam. Meski ia telah begitu penasaran dengan hal yang ingin ia ketahui dari Asher, namun Liliana masih memilih untuk diam.
Tidak mengganggu istirahat pria itu.
Karena sebenarnya, untuk Liliana sendiri. Meski dirinya telah bergaul bersama dengan Asher dan yang lain cukup lama, masih terlalu sulit baginya untuk bisa merasa akrab dengan Asher yang memiliki ekspresi wajah dingin setiap hari. Ditambah dengan sikap acuh tak acuh serta kaku nya yang semakin membuat Liliana ragu untuk bisa memulai pendekatan terlebih dulu dengan pria itu.
Tapi meskipun begitu, Liliana mengetahui jika sikap Asher sebenarnya tidak seburuk apa yang terlihat dari luar.
Teringat bagaimana pria itu mencoba menyelamatkannya ketika insiden penyerangan didalam hutan, serta perlakuan yang ia terima sepanjang perjalanan yang telah mereka tempuh.
Terlebih ketika Asher sendiri yang lebih dulu menawarkan diri menggendongnya disepanjang perjalanan keluar dari–
Liliana terdiam, wajahnya secara bertahap mulai berubah merah padam.
Dengan cepat ia segera menggelengkan kepalanya, menghapus ingatan yang melintas didalam kepalanya tentang memori antara dirinya dan Asher.
Ia memejamkan mata, merutuki dirinya sendiri yang tidak tahu malu. Mengingat kebaikan sopan yang diberikan Asher untuknya.
Wajah Liliana terasa panas hingga mencapai batas leher dan telinga, itu bertahan beberapa saat hingga membuat Liliana berakhir memutuskan untuk menatap lurus kearah sekotak buah apel yang diterimanya sebagai tanda terimakasih dari paman yang sebelumnya ia temui.
Sementara itu Asher, yang tampak memejamkan mata dengan tenang. Perlahan membuka matanya ketika mendengar gerakan acak yang berasal dari kursi tepat dimana Liliana duduk.
Menatap gadis itu yang tampak tengah terdiam, memandang kotak berisi apel disebelahnya dengan tatapan hangat.
Itu membuat Asher turut menatap kearah gadis itu untuk waktu yang cukup lama.
Rambut coklat gelap Liliana berkibar pelan akibat sapuan ringan angin yang masuk melalui jendela yang dibiarkan terbuka, cahaya lembut matahari juga menerpa kulit putih Liliana yang diwarnai dengan warna merah muda pucat.
Mendongak untuk menatap wajah pihak lain yang tampak tersenyum lembut, tatapan Asher terpaku untuk beberapa saat. Memandang wajah yang tidak ia kenali namun terasa akrab diwaktu bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIELD OF DAISIES
Fantasy"Kehadirannya membawa antara dua kemungkinan, jika bukan sebagai pertanda diberkatinya kerajaan maka itu merupakan sebuah tanda kehancuran." "Sembunyikan dia dari keramaian dunia, jangan biarkan dunia tahu keberadaannya!" ___________________________...