Nielsen menjatuhkan dirinya keatas kursi dengan tak berdaya, meraih kerah pakaiannya yang ketat dan menariknya dengan serampangan hingga membuat kancing yang terpasang rapi itu terlepas lalu terlempar cukup jauh.
Nick disisi lain, berdiri diam di sudut ruangan dan menatap majikannya yang berwajah kusut. Hanya diam diam menunduk, dan memungut kancing mewah yang terlepas dari pakaian Nielsen dengan ringan.
"Anda ingin secangkir teh tuan?" Tawarnya.
Nielsen tampak memijat kepalanya dengan gerakan ringan, mengerutkan alisnya ketat seolah ia benar-benar tengah merasa tidak nyaman.
"Ya, tentu Nick." Timpal Nielsen rendah.
Nick menganggukkan kepalanya. "Baik tuan muda, akan segera saya siapkan."
Nielsen hanya mendongak singkat untuk melihat Nick pergi meninggalkan ruangannya, sebelum akhirnya ia menghela nafas dan bersandar pada sandaran.
Perlahan, ia mengangkat sebelah tangannya ke udara. Menatapnya dengan tajam seolah tengah melihat sesuatu yang sangat ia benci.
"Upacara khusus?" Gumamnya.
Kerutan diantara alisnya tampak berubah menjadi kemarahan yang kental.
"Yang benar saja." suaranya yang hangat terdengar mencibir pelan, matanya yang berkilat tajam menyoroti bekas luka memanjang yang terungkap dibalik lengan pakaiannya.
Bekas luka yang tampak seperti sulur itu membentang diatas kulitnya dengan jejak yang terlihat begitu jelas.
"Dasar pembual menjijikkan." Seringai menghina muncul disudut bibirnya, tampak sangat tidak sesuai dengan kepribadian yang ia miliki.
"Para tua bangka dan para bajingan itu hanya menyematkan nama yang mewah dengan dalih mengambil darahku untuk kepentingan mereka sendiri." Nielsen mengepalkan tangannya, membuat bekas bekas luka pada lengannya menonjol keluar.
Tatapan mata Nielsen tampak sangat mengerikan, menatap tangannya dengan jejak kebencian yang dalam. Seolah tengah mengingat berbagai macam memori yang melintas dikepalanya hanya dengan melihat bekas luka itu.
'Akan lebih baik jika bekas luka ini tetap anda pertahankan, agar menjadi bukti jika anda merupakan orang terpilih. Bukti berkat kekaisaran'
"Orang terpilih? Ha, jangan bercanda." Seringai diwajah Nielsen semakin melebar, bersamaan dengan semakin tajam netra biru pucat itu menatap bekas luka.
"Julukan yang sangat mewah huh." Rahangnya tampak mengeras seusai ia berbicara.
Dengan ringan Nielsen tampak menarik nafas panjang, menghembuskan nya seraya menutup kedua matanya dengan lengan. Bersandar pada sandaran kursi dengan postur yang tampak kelelahan.
Pria itu tampak berusaha keras mengontrol perasaannya dengan mengatur pernafasan, mencoba untuk menenangkan emosinya yang menggebu gebu.
Ketukan pintu terdengar pada pintu ruangan miliknya, membuat Nielsen sedikit menghela nafas ringan untuk beberapa saat.
"Masuklah."
Pintu terbuka dan menampilkan Nick yang kembali seraya membawa nampan kedalam ruangan, pria itu berjalan mendekat kearah meja tepat dimana Nielsen berada. Dan menaruh nampan ditangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIELD OF DAISIES
Fantasy"Kehadirannya membawa antara dua kemungkinan, jika bukan sebagai pertanda diberkatinya kerajaan maka itu merupakan sebuah tanda kehancuran." "Sembunyikan dia dari keramaian dunia, jangan biarkan dunia tahu keberadaannya!" ___________________________...