Langkah kaki berkelompok itu berhenti, tepat didepan jembatan batu yang melintasi danau kecil.
Tatapan setiap orang itu mengarah kearah satu rumah kecil dengan cahaya kuning hangat yang tampak mencolok ditengah tengah hutan.
Rumah batu itu berdiri kokoh dengan aura kehidupan yang sangat jelas terasa.
Membuat senyum diwajah Phill mekar seiring berjalannya waktu.
"Wah wah, tidak cukup mengejutkan menemukan tempat seperti ini ditengah tengah hutan liar. Rumah kecil itu semakin menambah daya tarik dari tempat ini." ucap Phill penuh minat.
Simon, yang berdiri tepat dibelakangnya menatap rumah kecil itu lurus.
Ia melihat jika pria didepannya mulai melangkah, menyeberangi jembatan batu yang melewati danau menghampiri rumah batu itu.
Simon dan juga kelima belas prajurit miliknya juga mengikuti dibelakang Phill, menyeberang untuk mendekat kearah rumah.
Tak selang lama rombongan nya berhasil menyeberangi jembatan batu, pintu rumah batu itu perlahan terbuka. Disusul sesosok tubuh ramping dengan balutan gaun usang bermodel lama.
Rambut panjang yang mengalir dipunggungnya memberi kesan anggun dan juga bersih, ditambah wajah wanita dewasa yang tampak cantik itu seolah menghipnotis mata setiap orang disana.
Simon sedikit terkesiap begitu melihat sesosok wanita yang saat ini berdiri didepan pintu rumah batu itu, wanita yang tampaknya berusia sekitar awal tiga puluh. Terlihat ramah dan bersahabat jika dilihat dari senyum tipis yang tersungging dibibir wanita itu.
"Heh." Terdengar suara Phill mendengus.
Simon menoleh.
"Penyihir tingkat tiga." Lanjutnya.
Simon kembali menoleh menatap wanita yang masih setia berdiri didepan pintu, tak menunjukkan tanda tanda akan mendekat. Ataupun menjauh.
"Halo nona, maafkan ketidaksopanan kami yang harus mengganggumu diwaktu malam. Kami hanya secara kebetulan mampir setelah perjalanan jauh." Phill membuka pembicaraan dengan salamnya yang terdengar sopan namun juga acuh tak acuh.
Greta, yang berdiri diam didepan pintu tetap tak bergerak. Sebelah tangannya yang berada dibalik punggung terkepal erat.
Aura sosok berjubah yang berdiri di barisan paling utama itu, membuat Greta berusaha keras untuk menahan dan menjaga raut wajahnya tetap sempurna.
Aura yang terasa kotor dan hitam pekat ini sangat sangat mengganggu Greta.
Dan jelas memberi isyarat pada nya bahwa yang saat ini berdiri didepannya merupakan seorang penyihir hitam, salah satu jenis penyihir yang dilarang di kekaisaran Van Zielworth.
Senyum sempurna diwajah Greta tampak sangat tepat. "Apa yang bisa kubantu tuan tuan sekalian?"
Phill berjalan mendekat beberapa langkah.
"Kami sebenarnya sedang mencari seseorang nona, dan secara kebetulan keberadaan terakhir sebelum dua sosok itu menghilang adalah disini. Ditempat ini." Phill tersenyum.
Greta juga balas tersenyum kearahnya.
"Maaf mengecewakanmu tuan, tapi tidak ada satupun orang yang pernah kulihat memasuki hutan ini selain kalian." Jawab Greta lugas.
Tangannya yang tersembunyi dibelakang tubuh terus terkepal.
Ia berusaha keras untuk menyembunyikan keberadaan Liliana, Asher, dan juga Kyle. Mengingat jika penyihir yang saat ini berdiri dihadapannya, bukanlah penyihir biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIELD OF DAISIES
Fantasy"Kehadirannya membawa antara dua kemungkinan, jika bukan sebagai pertanda diberkatinya kerajaan maka itu merupakan sebuah tanda kehancuran." "Sembunyikan dia dari keramaian dunia, jangan biarkan dunia tahu keberadaannya!" ___________________________...